Mohon tunggu...
Nora aulyashalsabilah
Nora aulyashalsabilah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Be your self

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Kewarganegaraan dengan Dosen Kekinian

6 Juni 2020   18:41 Diperbarui: 6 Juni 2020   18:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pertama kali foto bersama kelas A (dokpri)

Di awal jenjang perkuliahan pasti banyak mahasiswa yang merasakan hal sama seperti yang saya rasakan, yaitu khawatir jika dosen yang mengampu tidak sesuai dengan harapan. Tenang teman-teman, tidak semua dosen itu killer kok.

Hilangkan semua pikiran yang membuat kalian menjadi takut kepada dosen dan berfikiran yang aneh-aneh. Karena sesungguhnya dosen yang seperti itu pada aslinya tegas, ada tujuan tersendiri kenapa cara mengajar beliau berbeda dengan dosen lainnya.

Saya akan berbagi sedikit cerita tentang dosen saya yang super duper baik dan gokil mwehe tapi ada sedikit keselnya juga sih kadang kadang. 

Pak Edi Purwanto namanya, beliau dosen saya di  mata kuliah kewarganegaraan pada semester dua ini, oh ya saya sekarang masih semester 2 akhir ya temen-temen. Pak edi ini dosen saya juga pada semester satu tetapi dengan matakuliah pancasila.

Dulu waktu saya masih semester satu (MABA), awal masuk perkuliahan pancasila saya sangat takut kalau dosennya killer. Maklumlah masih maba, di kasih tau kakak tingkat tentang dosen kiler dikit udah gemeteran hehe.

Pada saat awal masuk kelas perkuliahan pak edi. Tiba-tiba pak edi masuk kelas dan beliau menyamar sebagai staff fakultas bagian TU. Beliau bilang bahwa pak edi tidak bisa hadir karena sedang keluar kota(padahal beliaulah pak edi yang asli). Kemudian beliau menyampaikan juga bahwa hati-hati dengan pak edi, soalnya beliau dosen paling jahat di fakultas ekonomi.

Saya dan teman-teman yang masih maba polos ini seketika percaya begitu saja tanpa bertanya ini itu. Dan jujur saja waktu itu pak edi tidak kelihatan seperti dosen yang lainnya melainkan seperti kakak tingkat atau asisten dosen yang biasanya sebagai pengganti. Kelihatan Muda banget ya kan.

Awal pertemuan beliau menjelaskan sistem perkuliahan dan menyuruh anak sekelas untuk membuat grup dengan ada pak edi di dalamnya. Saya waktu itu ketika akan menyimpan nomor pak edi dan sekilas melihat profil foto beliau. Awalnya saya heran, kok fotonya sama kaya bapak pengganti tadi, tetapi tidak lama foto profilnya di hapus. Mungkin beliau kelupaan kalo lagi menyamar ya hehe.

Saya sempat berfikir jika beliau ngeprank tetapi saya tetap diam saja dan husnudzon memang beliau dosen pengganti. Kemudian pertemuan selanjutnya beliau masih menyamar sebagai staff, hingga pada akhirnya ada yang tahu beliau memang pak edi yang asli dan kemudian temen sekelas saya bilang serentak bahwa beliau memang pak edi. Dan akhirnya beliau mengakui bahwa memang beliaulah pak edi sesungguhnya. Dan baru kali ini saya menemukan dosen ngeprank mahasiswanya.

Dipertemuan selanjutnya, pak edi mengajak untuk kelas di alihkan diluar. Kita sekelas seneng dong dan satu kelas memilih untuk ke qona'ah, tempat soto legend yang ada di belakang UIN. Pak edi orangnya yang tidak memandang bulu, tidak membedakan dosen dengan mahasiswa. Bagi beliau kita sama, bahkan beliau juga pernah bilang kalau diluar atau lagi ngopi jangan panggil saya pak panggil saja mas, cak, bro atau yang lainnya yang penting bukan pak.

Dan selama belajar dengan pak edi sangatlah seru, dengan sedikit leluconnya yang menjadikan suasana kelas tidak krik krik. Tetapi juga kadang raut muka beliau kelihatan cuek dan tatapan nya tajam. Hehe Itu menurut saya aja sih. Kemudian saya juga merasa sedikit janggal ketika diakhir jam perkuliahan,ketika beliau mejelaskan lebih jelas materi sampai waktu melewati batas jadwal, dan mengambil separuh jam kelas lain. 

Tau sendirilah ya mahasiswa kalau kuliah pagi banyak yang belum mandi dan sarapan hehe. Jadi, saya dan teman-teman di akhir perkuliahan rata-rata tidak memperhatikan dan tidak faham apa yang telah dijelaskan pak edi karena pikirannya sudah kemana-mana. Pikirannya sudah di mahad al-aly dan soto qonaah hehe.

Terlepas dari itu semua, ada saja hal-hal yang tidak diduga dari beliau untuk memberi tugas kepada mahasiswanya. Seperti disemester dua ini, Cara pak edi mendidik sangat berbeda, beliau punya cara tersendiri agar mahasiswanya bisa mengeksplor (memperluas) pengetahuan dan memahaminya sendiri.

Beliau memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memilih sendiri materi apa yang ingin dipelajari (yang berhubungan dengan kewarganegaraan yaa) dan harus menguasai materi tersebut. contohnya tentang masalah yang lagi viral di indonesia atau masalah-masalah politik lainnya.

Jadi beliau mengajarkan agar kita banyak membaca berita dan mencari informasi-informasi yang ingin kita bahas, termasuk belajar menulis artikel seperti yang saya lakukan ini. Meskipun ada saja rasa malas yang melanda untuk mengerjakan.

Cukup sekian dari saya. Saya berterimakasih kepada pak edi, dosen hits kekinian dan anti meanstrem hehe.  Kelas menjadi tidak bosan dan tidak tegang seperti di dalam kandang macan.:) 

Mohon maaf apabila ada salah dalam bahasa atau penulisan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun