Bekerja di industri nikel adalah impian Rizka (27 tahun). Sebagai metalurgis, Rizka memahami pentingnya proses pengolahan nikel dengan berbagai teknologi. Bagi Rizka, bekerja di industri nikel ini adalah pertama kalinya setelah dia mengikuti program Fresh Graduate Development Program (FGDP) yang diikutinya, dan kini, dia memahami bagaimana proses hilirisasi industri ini dilakukan, ditambah pengetahuan tentang tata kelola, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), roster leave, benefit hingga melihat secara nyata bagaimana perusahaan sangat peduli terhadap sosial dan lingkungan masyarakat yang berada di sekitarnya. 'Ini pengalaman pertama saya, dan membuat saya tahu banyak hal yang selama ini, saya tidak pahami apalagi soal sosial dan lingkungan yang juga menjadi tanggung jawab perusahaan' ungkap Rizka saat dihubungi via WhatsApp karena sedang berada on site di Morowali Utara, Sulawesi Tengah pada 19/08/2024.
Nikel merupakan logam mineral yang saat ini memiliki posisi baik dalam target segmen market. Indonesia diakui memiliki peluang pasar yang baik untuk nikel. Bahkan 14% nikel meningkat tajam pada 2024, termasuk kebutuhan 70% stainless masih di-support oleh nikel (KESDM RI, 2024).
Saat ini cadangan nikel di dunia mencapai 139. 419.000 Ton Ni (23%) dan 52%-nya berada di Indonesia 82 Ton Ni (United State Geological Survey, 2022). Ditambah dengan kelebihan investasi secara internasional dengan top rank #50 secara Global Competitiveness Index dari 141 negara (World Economic Forum, 2019).Â
Dengan investasi mineral yang tinggi, dan peringkat daya tarik investasi yang terus ditingkatkan, Indonesia tentu saja layak dijadikan investasi pada sektor pertambangan, dengan sebaran 90% terbesar berada di wilayah Sulawesi Tengah, Sulawesi selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara (Badan Geologi RI, 2019).
Salah satu industri nikel di Indonesia, PT Gunbuster Nikel Industry (GNI), sebuah perusahaan smelter untuk program hilirisasi nikel nasional yang diresmikan pada 2021. PT GNI terletak di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. PT GNI mengedepankan prinsip bisnis pertumbuhan jangka panjang dan 'etika bisnis' dengan model penerapan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan 25 jalur produksi, dan diperkirakan dapat menghasilkan hingga 1,9 juta Nickel Pig Iron (NPI) per tahun.Â
RKEF merupakan teknologi pengolahan dengan dua rangkaian proses utama, yaitu reduksi dalam tungku putar (rotary kiln) dan proses peleburan dalam tungku listrik (electric surface). Bijih nikel yang telah dipisahkan ini kemudian dimasukkan pada pengering putar (drying kiln) bersama material lainnya. Campuran ini dikeringkan guna menghilangkan kadar air (calcination) dan dipanggang dengan suhu 700-1.000 C.Â
Hasilnya, diolah melalui electric surface dengan suhu 1400 C yang selanjutnya menghasilkan crude NPI hingga proses casting atau pencetakan, dengan hasil akhir NPI padat (http: www//kompas.com/, 2023). RKEF juga dinilai menjadi teknologi yang reliable, sebagai project investment low risk hingga proses refining dengan strong adaptability, high grade, environmentally friendly, dan high level energy conservation-utilization (https://www.rotarykilnfactory.com/, 2023).
PT GNI juga mengklaim sebagai perusahaan yang berkomitmen menjalankan prinsip kaidah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi siapa pun yang bekerja di dalam lingkup perusahaan, sesuai dengan Kepmen ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik serta Keputusan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Nomor 185 K/37.04/DJB/2019 tentang Petunjuk Teknis Keselamatan Pertambangan dan Pelaksanaan, Penilaian, dan Pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara.Â
Komitmen ini oleh PT GNI dibuktikan dengan Pembentukan Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang berperan penting dalam melakukan pengawasan dan pelaksanaan regulasi K3 di perusahaan. Bahkan Kemnaker RI, menetapkan PT GNI sebagai role model bagi seluruh industri smelter di Indonesia yang aman, nyaman dan produktif (https://www.cnnindonesia.com/, 2023).
Pola Pemberdayaan Masyarakat di PT GNI
Pada dasarnya, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR). Implementasi ini terlihat dengan adanya penerapan role K3 terhadap belasan ribu karyawan di PT GNI, baik pekerja formal dan nonformal menjalankan berbagai program sosial-lingkungan yang concern sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR).
PT GNI berkontribusi terhadap masyarakat sekitar, khususnya area ring 1, melalui program unggulan pada bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan dan infrastruktur, seperti (https://gunbusternikelindustri.com/category/csr/, 2023);
1) Bantuan pendidikan sekolah (Desa Bungintimbe, Morowali Utara).
2) Capacity building; 90 buku mata pelajaran Bahasa Inggris, 30 kamus Inggris-Indonesia terbaru dan WiFi Orbit Max.
3) Support alat pirometalurgi untuk laboratorium Institut Teknologi Bandung (ITB).
4) Pemeriksaan kesehatan & pengobatan gratis untuk 3 desa di sekitar lingkar industri, Desa Bunta, Desa Bungintimbe, dan Desa Tanauge.
5) Membantu pembangunan infrastruktur Masjid.
6) Membantu pembangunan jalan Trans Bunta.
7) Sarana-prasarana untuk kelompok penjahit guna capacity building sekaligus mendorong kemandirian ekonomi melalui keterampilan jahit menjahit Desa Bunta.
8) Sarana-prasarana untuk kelompok pelaku usaha produk olahan ikan bandeng di Desa Bungintimbe.
Industri Nikel, CSR dan Pencapaian SDGs
Sebagai salah satu industri nikel smelter yang berhasil menghasilkan hingga 1,9 juta NPI per tahun dan telah melakukan ekspor ke China, PT GNI tentu berupaya untuk terus berbenah dengan peningkatan market segmentation yang semakin luas. Hal ini tentu tidak terlepas dari adanya komitmen implementasi CSR yang selaras dalam capaian SDGs Indonesia 2030 mendatang (https://gunbusternikelindustri.com/category/csr/, 2023).
Dasar dari Sustainable Development Goals (SDGs) adalah bagaimana CSR yang dilakukan oleh PT GNI mampu mencakup peningkatan pertumbuhan ekonomi, inklusif sosial hingga perlindungan terhadap lingkungan-ekosistem. SDGs dengan 17 indikator tentunya sangat terkait erat dengan apa yang dilakukan secara 'business ethics' dan 'how to operate' di tengah dinamika sosial dan lingkungan yang berat secara tantangan.
Kontribusi CSR yang dilakukan PT GNI aligned dengan 2 hal utama capaian SDGs Indonesia;
Pertama, End Poverty (SDGs 1). End poverty (mengakhiri kemiskinan), menjadi fokus utama PT GNI melalui kontribusi peningkatan ekonomi. PT GNI concern dalam End Poverty, maka  program CSR yang dijalankan oleh PT GNI kepada masyarakat sekitar, melalui pembangunan infrastruktur guna memudahkan alur logistik dan kebutuhan masyarakat, memperpendek supply chain berbagai kebutuhan, pembangunan fasilitas umum seperti masjid sebagai bentuk pembinaan hubungan sosial, capacity building melalui program pendidikan formal di berbagai sekolah, pembagian buku-buku penunjang belajar dalam rangka peningkatan kapasitas SDM di sekitar area lingkar industri  PT GNI, pemeriksaan kesehatan & pengobatan gratis untuk 3 desa di sekitar lingkar industri, yakni Desa Bunta, Desa Bungintimbe, dan Desa Tanauge hingga pelatihan keterampilan dan wirausaha.
Ada hal menarik saat pembangunan jalan Trans Bunta yang menjadi concern PT GNI, di mana diakui oleh masyarakat setempat memudahkan akses mereka dalam beraktivitas dan meningkatkan penghasilan terlebih bagi salah satu pedagang pasar setempat, sebut saja Misriawati Tosae. Sebagai pedagang sayur, sejak ada PT GNI membuka jalan, omzet penjualannya bertambah. Jika dulu hanya mampu membawa pulang Rp.50.000,00 kini bisa lebih dari itu. Harapan Misriawati bertumpu pada PT GNI agar semakin sukses dan terus mengembangkan pasar desa Bunta agar semakin ramai (https://news.detik.com, 2023).
Â
Rate return secara ekonomi yang dirasakan masyarakat inilah, menjadi dampak langsung dalam peningkatan taraf kehidupan guna pengakhiran kemiskinan melalui model pemberdayaan yang lebih inovatif, pendekatan yang tepat dan menyelaraskan potensi lokal serta kebutuhan masyarakat sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Kedua, Decent Work and Economic Growth (SDGs 8). Bicara soal pekerjaan dan penghasilan yang layak, menjadi isu krusial yang sering kali mengakibatkan banyak konflik sosial apabila secara risiko tidak ditangani dengan tepat. SDGs 8 berkorelasi erat dengan pilar prosperity dan economic sustainability dalam prinsip PPM dan CSR ISO 26000 yang ke 7, community involvement & development.Â
Beberapa hal yang telah diinisiasi dan diimplementasikan oleh PT GNI dalam mendorong penghidupan yang lebih layak bagi masyarakat sekitar, di antaranya penyerapan terhadap belasan ribu tenaga kerja lokal yang ditargetkan akan mencapai puluhan ribu pekerja (https://gunbusternikelindustri.com/, 2022). Tak hanya itu, berbagai bantuan pembangunan peluang kewirausahaan yang berkorelasi dengan produk dan jasa di sekitar smelter PT GNI juga dilakukan disertai dengan pendampingan intensif, terutama pada pertanian dan sektor perdagangan.Â
Sehingga dapat dipastikan secara supply chain, di masyarakat sendiri terjadi pertumbuhan ekonomi dan income rumah tangga yang signifikan. Pencapaian SDGs ini selaras dengan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten Morowali Utara dalam Perbup No. 24 Tahun 2016 pada pasal 7, di mana kemudahan penanaman modal di Kabupaten Morowali Utara harus memiliki manfaat dalam memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat.
Â
Analisa ini dapat menjadi kerangka acuan dalam mendorong pencapaian SDGs tentunya, melalui sinergi dengan program prioritas CSR bagi industri mineral khususnya industri nikel dengan membangun 'bridging' dan 'connecting' positif, menciptakan korelasi antara keberadaan industri dengan kesejahteraan masyarakat. Tak hanya itu, kontribusi ini harus juga sejalan dengan 'Good Corporate Governance (GCG)' prinsip, di mana dalam tata kelola industri harus mencakup pengelolaan yang baik secara operasional dan memberikan rasa aman-nyaman kepada seluruh karyawan hingga pekerja nonformal dalam perusahaan. Apa yang telah dilakukan oleh PT GNI, sebagai gambaran model penyusunan pola yang signifikan, bagaimana kemudian menginternalisasikan, mensinergikan, mengaktualisasikan seluruh program CSR dengan pembangunan daerah di Kabupaten Morowali Utara hingga secara nasional dalam mendukung pencapaian SDGs Indonesia 2030 melalui SDGs 1 (End Poverty) dan SDGs 8 (Decent Work and Economic Growth). Sehingga secara keseluruhan menjadi reliable dan measurable serta profitable for people dan planet.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI