Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Senang melakukan kegiatan positif

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ketika Perempuan Memilih Berhenti di "Lampu Merah" atau Waithood, Fenomena Sosial-Global?

1 Maret 2024   09:37 Diperbarui: 1 Maret 2024   22:18 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi ku berada di lampu merah. Ku harap kau sabar untuk menunggu aku di sana. Walau ku berada di lampu merah" (The Lantis, 2021).

Penggalan lirik lagu di atas merupakan penggalan sebuah lagu yang sangat populer di tahun 2021.

Lagu dengan grup band aliran indie pop dari The Lantis ini viral di media sosial TikTok, Instagram dan trending di streaming musik spotify. Bahkan seringkali menjadi latar kusik dari berbagai video dan reels seputar kerasnya kehidupan.

Lagu "Lampu Merah" ini juga memiliki metafora yang menggambarkan seseorang baik laki-laki ataupun perempuan dalam perjalanan hidupnya yang terjebak atau harus terhenti sejenak.

Ketika berhenti inilah, individu meminta calon pasangan untuk menuggunya atau bahkan berhenti hingga waktu menemukan pasangan yang tepat tiba.

Pemberhentian sejenak ini dimaksudkan agar bisa menemukan jalan keluar guna melanjutkan perjalanan berikutnya dan mampu mengatasi rintangan.

Sama halnya dengan lampu lalu lintas, cepat atau lambat lampu hijau akan menyala dan kita akan sampai pada tujuan kita masing-masing.

Metafora lagu "Lampu Merah" ini juga menggambarkan sebuah fenomena sosial yang muncul ditengah masyarakat dengan istilah waithood, yang berarti "masa tunggu" atau "masa menunggu".

Waithood juga menjadi istilah yang saat ini sangat familiar di telinga kita. Waithood diartikan dengan "menunda" atau "menunggu" oleh Professor American University, Diane Singerman pada akhir 2007 ketika meneliti generasi muda Timur Tengah.

Dalam publikasinya yang berjudul Imperatives of Marriage: Emerging Practices and Identities among Youth in the Middle East (Imperatif Ekonomi Pernikahan: Praktik dan Identitas yang muncul di kalangan pemuda Timur Tengah), disebutkan terdapat beragam faktor yang menjadi penyebab 'waithood' atau penundaan terhadap pernikahan. Tidak hanya soal pendidikan, karir namun juga karena tuntutan ekonomi keluarga. Hingga pada akhirnya hal ini akan masih menjadi trend hingga 2050 mendatang (https://www.nu.or.id/, 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun