Mohon tunggu...
Nor Qomariyah
Nor Qomariyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar stakeholder engagement, safeguard dan pegiat CSR

Senang melakukan kegiatan positif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Instagema, Inovasi Percepatan Penurunan Stunting melalui Gerakan Ekonomi Sirkular

2 Januari 2024   17:46 Diperbarui: 8 Januari 2024   10:47 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2) Pendidikan. Kurangnya edukasi, pendampingan, pengetahuan dan juga kesadaran akan pentingnya nutrisi keluarga termasuk Inisiasi menyusui dini (IMD). 

Pendidikan ini tentu saja tak hanya pendidikan formal, namun juga pendidikan non formal ataupun informal guna membantu proses penyadaran secara kolektif.

3) Komitmen. Dibutuhkan komitmen yang tinggi dalam penurunan stunting, untuk memaksimalkan berbagai potensi, memanfaatkannya sebagai sumber nilai gizi dan tekad yang kuat dengan dukungan kolaborasi berbagai pihak.

***

Tiga hal di atas menjadi catatan penting bagi kita semua, termasuk upaya yang telah diinisiasi pemerintah sebagai percepatan stunting dalam Perpres Nomor 42 Tahun 2013, tanggal 23 Mei 2013, tentang Gerakan Nasional (Gernas) Percepatan Perbaikan Gizi yang merupakan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) (https://adararelief.com/, 2023).

Dalam mendukung upaya ini, gerakan ekonomis sirkular melahirkan inisiatif baru Instagema. Instagema adalah salah satu strategi percepatan stunting dengan pendekatan optimalisasi pekarangan untuk pemenuhan gizi keluarga dan edukasi sistem pertanian yang diinisiasi oleh salah satu perusahaan yang ada di Kabupaten Banjar, PT Banjar Bumi Persada (BBP) mulai 2022 hingga 2023. 

Instagema dimulai dengan gerakan 'Aktivasi Posyandu' menjadi dasar dari bersama secara kolanoratif antara private sector, pemerintah kabupaten, kecamatan, ibu rumah tangga dan masyarakat umum sebagai zona terdekat dengan perusahaan berkolaborasi dalam penanganan stunting, melalui Posyandu bersama Bidan Desa dan para kader di 5 Desa (Bawahan Selan, Pasiraman, Pematang Danau, Simpang Empat, Surian Hanyar). 

Tak hanya melalui Posyandu, penting dilakukan guna mengajak Kelompok Wanita Tani (KWT) di Pematang Danau dan Simpang Empat untuk aktif menanam berbagai sayuran di pekarangan. Hasil penanaman sayur, disupport-kan kepada peserta Posyandu untuk penambahan gizi.

Hingga saat ini, dalam kerangka penanganan stunting kolaboratif, mampu mensupport sekitar 3.092 balita, ibu hamil dan lansia di 5 desa (2023) dari 1.518 peserta (2022). 

Artinya telah ada kenaikan semangat untuk mengikuti Posyandu guna pemeriksaan kesehatan dan penurunan stunting balita, sebesar 0,48%. Secara rutin khususnya membantu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa vitamin, susu, makanan bergizi lain seperti tempe, telur dan sayuran (support dari Kelompok Wanita Tani-KWT). 

KWT juga mendapatkan pendampingan intensif dari perusahaan dalam pengelolaan tanaman sayuran, dan disupport dengan bibit dan pupuk sebagai modal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun