Secara khusus dalam pengelolaan pekarangan, PKK berada pada Pokja III, dimana bertugas dalam upaya menjaga ketahanan pangan keluarga sesuai dengan UU No.7 Tahun 1996 tentang pangan, termasuk didalamnya mengelola perumahan dan tata laksana rumah tangga.
My Garden My Food Safety (My GFS), menjadi salah satu program utama yang telah diujicobakan oleh PT Banjar Bumi Persada (BBP) kepada 109 petani dan didalamnya terdapat 30 Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.Â
Program ini merupakan pengejawantahan dari program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang menjadi mandatory pada Kepmen ESDM No.25 Tahun 2018. PPM juga selaras dengan ISO 26000 mengenai Corporate Social Responsibility (CSR), ataupun SDGs 1Â (No Poverty) dan 2 (Zero Hunger) sekaligus ESG framework dalam IFRS 1 dan 2 (sustainability and climate targeted).
My GFS juga mampu menginspirasi keberhasilan banyak pihak melalui stakeholder yang secara kolanoratif, dan layak untuk diadaptasikan dalam industri pertambangan yang relate dengan PPM aspek 3 (pendapatan riil & pekerjaan), aspek 4 (kemandirian ekonomi), dan aspek 6 (lingkungan).Â
Strategi My GFS disinkronisasikan dengan 'Agriculture Go and Act Now' dengan pemanfaatan luasan pekarangan rumah, yang rata-rata hanya 500m2-1200m2 dengan berbagai macam sayuran seperti bayam, sawi hijau, tomat, cabai, kangkung, kacang Panjang, mentimun, terong, daun kelor, hingga daun papaya sayur, serta berbagai kebutuhan bumbu dapur atau empon-empon; kunyit, jahe, temulawak dan lainnya.
Model My GFS dilakukan dengan strategi dan perpaduan antara tradisional dan modern, sesuai dengan kemampuan kapasitas petani, melalui 6 kurikulum utama;Â
1) Belajar budiaya tanaman pangan sehat,
2) Penanganan hama dan penyakit pada tanaman,
3) Pembuatan pupuk alternatif,
4) Adaptasi perubahan iklim dan resiliensi dalam ketahanan pangan,
5) Pengolahan bahan pangan dari pekarangan dan
6) Akses pasar secara kolaboratif. Selain 6 kurikulum, industri petambangan juga bisa memberikan stimulasi kemandirian, baik melalui benih, bibit, media tanam dan tentu saja kunci utama adalah 'pendampingan, edukasi dan kontrol secara kontinyu' bagi petani.Â
Sehingga kemandirian pangan akan tercipta, pekarangan termanfaatkan dan benefit ekonomi sekaligus bisa dirasakan.
My GFS telah ikut andil dengan penghitungan nilai benefit sekaligus value di masyarakat, khususnya perempuan secara inklusif dengan 3 pilar utama: women empowerment, gardening transformation dan economic inclusively.Â
Hal ini mendorong keberhasilan dalam 11 indikator keberhasilan pertanian dan ketahanan pangan, di antaranya:Â
1) Intensively in land management (90%),
2) Integrative & collaborative learning (85%),
3) Dialogue & practical approach (85%),
4) Traditional technology used based an experiences (80%),
5) an Innovation through intervention with non-local rice (Cakra Buana), Rubber IRR 112, Chili (90%),
6) Stability in food safety (60%),
7) Reducing household expenses (600.000 IDR/month)Â (80%),
8) Combine in knowledge & experience (45%),
9) Intensively communication for problem solving between farmers (60%),
10) Increasingly for local market access ability (40%) dan
11) Adaptation & resilience on climate change (60%) (Data PT Banjar Bumi Persada (BBP), 2023).
Model My GFS juga diakui oleh Rusdiana, Desa Bawahan Selan, mampu memotivasi dirinya mengembangkan Integrated Farming System (IFS).Â
Kini, tak hanya memelihara padi sawah, Rusdiana juga mengembangkan peternakan itik secara mandiri dan menghasilkan nilai manfaat sebesar Rp 1.500.000,- hingga Rp 2.000.000,- secara kontinyu.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya