Kedua, engage. Engage merupakan salah satu strategi yang juga sering dikatakan sebagai elemen dasar dalam membangun pola pendekatan CSR, oleh beberapa coach CSR seperti; Basyori Saini (Codiac.id) dan Ditto Santoso (Majalah CSR.id) yang juga menjadi bagian dari pengurus Sekolah Kehidupan tempat pembelajar CSR bernaung.
Engage, pada prinsipnya adalah membangun kedekatan (personal, emosional, tactical) dalam implementasi CSR. Dalam strategi marketing, engage digunakan sebagai alat untuk pangsa pasar dan komitmen yang terbangun antara produsen dan konsumen dalam jangka panjang.Â
Pada dunia media sosial, engage lebih bermakna pada keterikatan publik dalam citra diri dengan apa yang digunakan/dikenakan, like dan mengukur komentar yang ada dalam digital business.Â
Strategi CSR dengan engage adalah bagaimana kita kemudian menempatkan 'anak' menjadi bagian subyek yang harus dilibatkan. Anak bisa menjadi connecting the dots, untuk membangun tujuan yang lebih besar pada visi yang ingin dicapai dalam proses membangun keberlanjutan.Â
Misalnya, bagaimana program yang kita susun ini bermanfaat untuk mereka melalui edukasi positif. Â Contohnya adalah membangun skill education melalui bakat dan minat anak yang disinergikan dengan konteks lokal masyarakat di sekitar perusahaan.
Ketiga, collaborate. Kolaborasi menjadi kata kunci dalam mencapai tujuan. Implementasi strategi CSR tentu tak lepas dari kita membangun partnerships dengan berbagai pihak dan kelompok sosial masyarakat.Â
Dimana tempat anak? Anak ada pada bagian 'beneficiaries' yang tumbuh kembangnya bisa kita bantu dengan membangun jejaring dan kolaborasi bersama 'dunia' dan 'lingkungan' yang ada di sekitar anak.Â
Sehingga, resiko dari impak negatif seperti persoalan stunting, keberlanjutan strata pendidikan, peningkatan kapasitas dan skill dapat kita lakukan bersama dengan berbagai pihak (pemerintah, NGo, akademisi, masyarakat) untuk ikut serta mendorong kemajuan bagi anak.
Keempat, positive impact. Dampak positif ini yang harus kita ciptakan bersama. Edukasi menjadi kunci utama dalam proses membangun dan menciptakan dampak positif.Â
Tentu, tantangan kita adalah tak mudah menciptakan nilai positif melalui sebuah program. Namun, jika program ini telah kita ukur dan kita selaraskan, maka impact ini akan terjadi. Tidak dalam waktu dekat, tetapi investasi ini akan sangat penting dan bernilai bagi keberlanjutan perusahaan dan juga masyarakat, terutama dalam 'investasi generasi' yang lebih edukatif di masa mendatang.
Kelima, create value. Nilai menjadi elemen utama dalam membangun keberlanjutan, bagi semua pihak, pun terhadap anak. ISO 26000 dimana bagian elemennya adalah HAM, maka 'anak' menjadi subyek yang harus diutamakan.Â