Tafsir Emansipasi didalam Toleransi
Emansipasi dalam KBBI disebutkan dalam dua makna; 1) pembebasan dari perbudakan, 2) persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak antara laki-laki dan perempuan).Â
Emansi secara terminology agama (Islam) juga disebutkan dalam al-Ahzab (33): 35 dimana selagi dalam ketaatan, kesabaran, kekhusyu'an, berpuasa, bersedekah dan memelihara kehormatannya disediakan pahala oleh Allah tanpa membedakan kelaminnya apakah dia sebagai laki-laki maupun perempuan.Â
Tak hanya dalam al-Qur'an, dalam al-Kitab pun disebutkan secara spesifik bahwa Allah menciptakan perempuan dan laki-laki dengan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga keduanya saling melengkapi (Kej 2:18-24).Â
Sejarah yang cukup jelas dalam al-Kitab juga menyebutkan beberapa nama besar perempuan seperti Debora yang juga menjadi pemimpin dan Ruth yang meminta Boas untuk mengepakkan sayapnya dimana secara tafsir berarti kasih perdamaian yang ia dapatkan dari Tuhan dan digunakan bersama.
Emansipasi dari sisi terminologi memiliki kata kunci yang sama dengan toleransi, dimana menempatkan perilaku untuk menghormati, menghargai yang menghadirkan perdamaian dan kebragaman dengan 'ketersalingan', tentu bagi laki-laki dan juga perempuan.Â
Secara etimologi, tolerare, justru sangat mendalam memaknai dalam keartian 'sabar' dan 'menahan diri' dengan menghormati berbagai pandangan, kepercayaan antar sesama manusia sekalipun bertentangan dengan apa yang kita yakini dari sisi perspektif.
Dua tafsir ini tentu menjadi refleksi yang sangat penting ditengah situasi yang saat ini kita hadapi pada 21 April 2022, dimana bertepatan dengan Ramdhan yang menjadi bulan suci bagi umat Islam untuk senantiasa 'menahan diri, bersabar, saling menjaga kehormatan dan menghormati' tanpa menciderai makna akan kesalehan atas perilaku dan sikap sebagai manusia tanpa memandang jenis kelamin.
Hari Kartini, sekaligus menjadi momentum tafsir yang baru, setelah melewati perjalanan panjang dari Pandemi Covid 19, menuju recovery dan jati diri sebagai negara yang besar dan 'agamis' sebagai nilai dan amalan yang 'ketersalingan' bukan 'kesombongan' atas harga diri yang merasa paling 'beragama'. Emansipasi menjadi kunci dan simbol dari perjuangan Kartini, atas bangunan relasi individu manusia yang 'setara' dan diperlakukan 'adil' sebagai makhluk sosial, sekaligus jembatan penghubung moral-etika-perilaku manusia yang kembali pada esensi sebagai makhluk Tuhan.Â
Pada akhirnya terjawab sudah, mengapa Kartini begitu penting diperingati perjuangannya dan menjadi hari khusus yang harus selalu dikenang sepanjang zaman.Â
Apa dan bagaimana gagasan Kartini tersampaikan untuk difahami sebagai ruh yang mampu memotivasi sebuah nilai 'kesetaraan', tak hanya kepada sesama manusia tanpa memandang kelamin melainkan nilai dan jiwa kita manusia kepada Tuhan sengan mengedepankan etika, perilaku dan 'memanusiakan manusia' serta menempatkannya sesuai dengan martabat dan nilai ke-Indonesia-an.