Waduk Gondang bertempat di Desa Gempolan dan Desa Ganten Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar dibangun di lahan seluas 96,23 hektare (ha). Waduk ini membendung sungai Garuda dan sungai kecil lainnya. Dibangun sejak tahun 2014 dan mulai beroperasi pada Mei 2019. Dasar pembangunan waduk Gondang adalah karena air di wilayah Karanganyar dan Sragen yang belum dikelola masih berlimpah, padahal masyarakat membutuhkan banyak air untuk irigasi. Â
Tujuan pembangunan waduk Gondang yakni mengatasi kegagalan panen, memenuhi kebutuhan lahan pertanian dan sumber daya listrik di Kabupaten Karanganya. Total lahan pertanian yang mendapat manfaat dari irigasi bendungan Gondang sekitar 4.680 hektare (ha). Kapasitas tampung bendungan cukup besar yakni sekitar 9,15 juta meter kubik dengan luas genangan 43,86 hektare (ha).
Lalu sumber biaya pembangunan waduk Gondang berasal darimana?
Setiap proyek berskala besar yang membutuhkan biaya relative cukup besar akan dipertimbangkan pelaksanaannya. Sumber biaya pembangunan waduk Gondang berasal dari APBN. Dimana sumber biaya ini berasal dari sumber pembiayaan Konvensional. Pembangunan bendungan menghabiskan dana sebesar Rp741 miliar dibangun oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo dengan kontraktor pelaksana yakni PT. Waskita Karya. Anggaran sepenuhnya dimintakan ke pusat, dikarenakanan pengerjaan proyek dinilai terlalu berat apabila dibebankan ke APBD Karanganyar.
Keberadaan waduk Gondang diperkirakan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat dari segi pertanian dan tempat wisata. Bendungan Gondang merupakan salah satu dari program pembangunan 65 bendungan yang bertujuan menambah kapasitas tampungan air sehingga keberlanjutan suplai air irigasi ke sawah terjaga. Indonesia hingga kini memiliki 231 bendungan besar yang mampu mengairi sawah irigasi sebanyak 11 persen dari total 7 juta hectare (ha) lahan irigasi yang ada di tanah air. Disamping untuk penyediaan jaringan irigasi, infrastruktur air digunakan untuk mengatasi bencana akstrim seperti banjir dan kekeringan hidrologis yang berdampak pada Kawasan permukiman dan pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H