Mohon tunggu...
Nopri Isnaini
Nopri Isnaini Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Buah Kesadaran

13 Mei 2017   17:08 Diperbarui: 13 Mei 2017   17:14 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada pepatah mengatakan apa yang kau tanam maka itu yang akan kau tuai. Mungkin cerita ini mirip pepatah yang diatas, dimana ini terjadi oleh seorang pemuda di salah satu kota besar jakarta. 

Awal nya pemuda ini memiliki kesombongan karena dia mampu menyelesaikan kuliah hanya 3.5 tahun. Motivasi pemuda ini ingin membahagiakan kedua orang tua nya dan kekasih yang di cintai nya dari semester 4 sampai pemuda ini lulus kuliah. 

Keinginan pemuda ini terwujud ketika pemuda ini berkerja di salah satu perusahaan swasta dengan rate yang lumayan besar untuk ukuran pria lajang. Seiring waktu berjalan pemuda ini mengambil pundi-pundi rupiah dengan segala cara mau yang halal, haram dia ambil semua. 

Satu dua tahun ketamakan pemuda ini tidak di ketahui oleh bos nya, sampai akhirnya bos nya pun tahu kelakuan pemuda tersebut. Tapi apa yang dia kumpulkan ini tidak menjadi apa-apa rupiah nya hilang begitu saja entah kemana,  hari itu mungkin nasib sial si pemuda, dia di panggil oleh bos nya dan di tegur oleh bos nya tersebut, dia di pecat oleh perusahaan nya. Dia terus berfikir kenapa ini bisa terjadi,  teman-teman yang dulu dekat sekarang menjauh, sampai kekasih nya pun ikut menjauh.

Di landa kebingungan pemuda ini terus mencari jawaban apa yang salah di kehidupan nya. Harta yang dia kumpulkan hilang dalam sekejap saja,  teman-teman yang dia banggakan menghilang begitu saja. Pemuda ini akhirnya hidup menjadi pengangguran luntang lantung tidak jelas, apapun dia kerjakan asalkan untuk menjaga perut nya agar tidak kosong.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula mungkin pepatah ini juga sama seperti nasib pemuda ini,  bagaimana tidak disaat pemuda ini butuh dukungan dari orang-orang di cintai nya dia malah dijauhi dikucilkan sampai akhirnya hal yang tidak terduga pun terjadi kekasih yang di cintainya selama 4 tahun mengakhiri hubungannya dengan pemuda ini.  Betapa syok nya pemuda ini, sampai dia bertanya kepada dirinya sendiri kemana tuhan? Dimana tuhan? .

Dia tetap mencari jawaban apa yang salah dari hidupnya, akhirnya dia menghubungi orang tua nya yang tinggal jauh di desa.  Orang tua nya hanya mengatakan sabar berdoa kepada tuhan mu mungkin ibadah mu atau perbuatanmu yang membuat kamu seperti ini. 

Dia berdoa memohon kepada tuhan untuk mendapatkan jawaban yang selama ini dia cari. Dia berjalan berniat membeli sebungkus rokok mampirlah pemuda itu ke warung rokok dekat dengan kostnya. Mengobrol lah pemuda itu dengan pemilik warung,  lagi asik-asik mengobrol datang lah seorang laki-laki bertubuh tinggi ternyata teman dari pemilik warung, akhirnya mereka bertiga mengobrol asik dengan di temani secangkir kopi. Tiba-tiba laki-laki tinggi itu mengatakan yang tidak diduga-duga, sabar ikhlas menjalankan semuanya, pemuda itu pulang ke kostsnya dia terus membayangi apa yang di kata kan laki-laki itu sama seperti kata-kata kedua orang tua nya.

Esok harinya datang teman kecil pemuda itu mengatakan, mau tidak kerja di toko saya. Saya punya toko tapi tidak ada yang mengurus nya. dan pemuda itu menjawab ya, dan langsung bergegas ke toko tersebut, dengan kesabaran l dan keikhlasan pemuda itu mengurus toko yang awal nya kecil semakin berkembang pesat. 

Akhirnya jawaban pertanyaan dia pun terjawab,  ternyata apa yang selama ini dia banggakan itu fana hanya tuhan yang berkehendak atas segalanya,  menilai diri sendiri sangat sulit. Atas buah kesabaran pemuda ini dia mencapai puncak nya, ternyata toko itu bukan milik teman nya, melainkan bos dari teman nya yang sedang mencari pewaris dan menantu untuk memimpin perusahaan tersebut.  Pemuda ini pun akhirnya hidup bahagia menikah dengan anak bos dari pemilik Toko nya dulu. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun