Tahukan anda, 21 Maret itu diperingati sebagai hari apa? Tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Hutan Sedunia setelah ditetapkan oleh PBB dalam resolusi PBB 67/200 pada 21 Desember 2012. Hari Hutan Sedunia yang dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan Internasional Day of Forests. Ditetapkannya tanggal 21 Maret sebagai Hari Hutan Sedunia dengan tujuan mengingatkan kepada seluruh manusia yang ada di bumi tentang pentingnya hutan dalam keberlansungan hidup manusia. Sehingga manusia akan dapat menghargai, mencintai, melindungi, dan menjaga hutan sebagai bagian dari diri kita sendiri.
Selain manusia, hewan, dan tumbuhan, hutan juga merupakan salah satu ciptaan Tuhan yang memberikan kontribusi besar dalam keberlansungan kehidupan semua makhluk di bumi. Ketika hujan turun kebumi, meresap memasuki pori-pori tanah, ditampung oleh akar tumbuhan, kemudian disimpan di dalam tanah menjadi sumber air kehidupan, biji-biji tumbuhan tumbuh, berbunga, kemudian berbuah dan menjadi penyambung hidup bagi makhluk yang tinggal di hutan. Masing-masing makhluk menjalankan tugas masing-masing, seperti hewan herbivora yang menyebar biji tumbuhan ke tempat lainnya, yang akibatnya tumbuhan tersebut akan tumbuh di belahan bumi yang lainnya, dan hewan karnivora yang memangsa hewan lainnya untuk menjaga keseimbangan ekosistem, dan tumbuhan yang memberikan makanan dan tempat tinggal. Dimulai dari hutan pula, para manusia purba hidup berkelompok, menetap dan akhirnya berkembang biak dalam kelompok yang lebih besar, semakin besar dan akhirnya membentuk sebuah perkumpulan. Berjuta-juta tahun kemudian, orang-orang yang tinggal di atas wilayah atau tanah yang sama yang disebut dengan penduduk, menggabungkan diri membentuk suatu kesatuan yang utuh dalam batas wilayah tertentu yakni sebuah Negara.
Begitulah awal bagaimana makhluk hidup saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Sampai akhirnya, manusia sebagai makhluk hidup yang paling sempurna di antara ciptaan Tuhan yang lainnya, mulai memiliki perasaan tidak terpuaskan, sehingga menimbulkan berbagai masalah di atas bumi. Untuk memuaskan keinginannya, manusia akan melakukan apa saja untuk dapat menggenggam tujuannya. Bahkan dengan melakukan berbagai macam cara yang dapat menimbulkan kerugian bagi manusia yang lain.
Persaingan dalam dunia kerja yang berat, pendidikan yang rendah, masalah ekonomi, kesadaran diri yang tidak ada, dan ketidak puasan atas pencapaian, menjadi faktor-faktor timbul dalam permasalah-permasalahan yang diakibatkan oleh orang-orang pada zaman global ini. Untuk memenuhi kebutuhan, yang kata mereka, pada “Zaman Edan” ini, harus menggunakan berbagai macam cara dan strategi agar perut dapat terisi, tanpa mementingkan kehidupan khalayak banyak. Eksploitasi hutan berlebihan salah satunya. Berbagai bentuk eksploitasi berlebihan ini menjadi bentuk kejahatan yang sering terjadi, seperti penebangan pohon secara illegal, penambangan pasir illegal, pembakaran lahan hutan illegal, dan masih banyak kegiatan illegal lagi yang lainnya.
Mari kita Flashback, masihkah anda ingat, tahun lalu, sekitar pertengahan tahun 2015, Indonesia di hadapkan oleh permasalahan kebakaran hutan. Memang kebakaran hutan sudah sering terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Namun kebakaran yang terjadi di pulau Sumatera dan Kalimantan ini, cukup besar sehingga memakan waktu yang cukup lama untuk bisa memadamkannya. Bahkan kebakaran ini mempengaruhi kehidupan masyarakat dan perekomonian di Indonesia dan bahkan negara-negara tetangga terkena imbasnya. Ini di akibatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, yang ingin mendapatkan keuntungan dari kebakaran ini tanpa memikirkan masalah yang dapat di timbulkan. Inilah bentuk ketidak puasan manusia terhadap apa yang telah diperolehnya, sehingga ingin mendapatkan lebih dan lebih lagi.
Menurut Henry Purnomo seorang Peneliti Centre for International Forestry Research (CIFOR) (dalam www.bbc.com/siapa-aktor-dibalik-pembakaran-hutan-dan-lahan), “Pelaku pembakaran hutan baik masyarakat, maupun kelas-kelas menengah dan perusahaan selalu berhubungan dengan orang-orang kuat, baik di tingkat kabupaten, nasional, bahkan sampai tingkat ASEAN”. Bahkan pemerintah sebagai pemangku kepercayaan masyarakat, bekerja sama dengan pihak swasta dalam kejahatan seperti ini. Sungguh tidak dapat dipercaya. Inilah yang namanya “Menjual masa depan untuk masa sekarang”.
Coba bayangkan, bagaimana kita akan hidup di bumi jika hutan sebagai tidak lagi dapat menghasilkan oksigen untuk manusia dan hewan. Indonesia sebagai salah satu penyumbang oksigen terbesar di dunia memiliki andil yang sangat besar dalam hal ini. Jodhi Yudono mengatakan dalam artikelnya berjudul Sebelum Hutan Menjadi Kenangan (dalam cek di sini), “Kawasan hutan Indonesia mencapai 162 juta hektar. Lahan hutan terluas itu ada di Papua (32,36 juta hektar luasnya). Kemudian hutan Kalimantan (28,23 juta hektar), Sumatera (14,65 juta hektar), Sulawesi (8,87 juta hektar), Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta hektar), Jawa (3,09 juta hektar), serta Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta hektar). Indonesia adalah pemilik hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia, setelah Brasil dan Kongo. Sayangnya, menurut buku Rekor Dunia Guinness, Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat kehancuran hutan tercepat di antara negara-negara yang memiliki 90 persen dari sisa hutan di dunia”. Sungguh ironis bukan?
Oleh karena itu, untuk mengingatkan dan meningkatkan kesadaran setiap manusia agar selalu menjaga dan melestarikan hutan, Internasional Day of Forests digalakkan secara rutin tiap tahunnya diseluruh dunia. Seperti halnya di Indonesia, pada tahun ini Peringatan Hari Hutan Sedunia dilaksanakan di Pulau Pramuka, dengan berbagai rentetan acara untuk memeriahkannya. Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia akan menghadiri perayaan tersebut, tepatnya 21/03 nanti.
(Hutan Wisata Sesaot kami manfaatkan sebagai tempat kegiatan DIKSAR, tanpa merusak alamnya)
Kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk masa depan, terutama bagi generasi muda bangsa. Manfaat dari kegiatan ini bagi generasi muda adalah dapat mengenalkan berbagai pengetahuan tentang hutan di negerinya, menanamkan kepedulian sejak dini terhadap lingkungannya, memelihara, menjaga dan melestarikan hutannya, sehingga dimasa depan kita yang sudah tua nanti dapat dengan tenang menghirup udara segar karena anak dan cucu kita selalu menjaga dan memanfaatkan lingkungan dan hutannya dengan baik dan bijaksana.