Pengendara mobil, motor dan becak, mereka mengira kami berdua sedang apa? dengan si miskin ini. Tetapi kami berdua merayakan hari lahir 5sila dengan kasih, menolong dan salah satunya adalah menghormati isi dari pada Pancasila dan slogan RI "berbeda tetapi tetap 1".
Lambang Pohon Beringin; contohnya, merupakan tempat bersenter atau berlindung bagi seluruh rakyat Indonesia agar merasa aman dan nyaman meskipun terdapat banyak perbedaan antar suku bangsa. Itulah yang kami mengaplikasikan nilai pluralisme kepada si miskin itu.
Meskipun simbol Pancasila dan sila ke 3 adalah keanekaragaman suku bangsa di Indonesia yang bersatu dan berlindung di bawah payung Pancasila, ada daerah yang masih jauh dari penyebaran nilai pancasila bahkan hujan tembus membasahi di bawah payung Pancasila tadi.
Nilai-nilai Pancasila menjadi jari kelingking di tanah Cenderawasih. Manusia Papua yang berada di Merauke sampai Sorong, dulu (Jakarta aneksasi Papua) sampai pada hari besar 1 Juni, mereka (Papuan) tidak berhenti-henti, detik demi detik, jam demi jam, hari ke hari dimangsa oleh 5sila sendiri yakni lambang negara (Garuda).
Jakarta membungkam isi daripada 5sila itu sendiri. Yang benar-benar terjadi di Tanah Papua adalah hanya menangis, berdarah, intimidasi, seolah hidup di bawah tempurung kelapa yang tidak ada satupun celah untuk melihat betapa harmonisnya hidup dan kehidupan dunia luas.
Tidak ada bau-bau nilai Pancasila di seluruh tanah Papua. Mereka (wewenang Garuda/Pancasila) sendirilah yang menyelamkan asas-asas Pancasila.
Kami tidak bermaksud kalau orang Papua (OP) lupa definisi dan menerjemahkan value Pancasila (ke 5 sila) dan nasionalismenya di kehidupan nyata, bukan. Faktanya, kenapa kami bisa melupakan begitu saja sejak setiap hari senin saja, kami melakukan upacara bendera dan baca 5sila tentunya. Hafal nama-nama pahlawan. Kami memakai baju seragam yang ada lambang bendera merah putih di dada.
Namun demikian, adanya penerapan pancasila dan tidaknya di Papua, bukan selalu terjerumus dan tergantung ke dalam contoh yang saya dan teman lakukan kepadai si miskin tadi - memberikan dan menolong kepada yang lemah, tetapi menghidupkan eksistensinya Pancasila dan nasionalisme adalah melalui adanya pengungkapan dan penjelasan baik dari pemegang lambang garuda terutama pemimpin-pemimpin tertinggi negara ini tentang keprihatinan kelompok tertentu dalam hal ini OP dan isu-isunya. Toh, mereka juga orang Indonesia, bukan?
Jakarta harus menjelaskan baik ke rakyat Papua akar persoalannya. Jangan hanya menghapuskan air mata dan bilang 'meminta maaf saat setelah kejadian pembunuhan manusia Papua kepada pihak keluarga korban', tetapi Negara seharusnya mencari masalah sampai akar-akarnya.
Meman, OP mengerti kerendahan hati Jakarta saat memberikan uang kepada korban sebagai rasa nilai kemanusiaan, tapi sekali lagi manusia yang mati, kamu yang bunuh pula. Berarti benar tadi bahwa nilai pancasila disalahgunakan oleh mereka yang duduk di kursi tertinggi negeri ini.
Seandainya Jakarta hasrat untuk memenangkan hati OP dan untuk membalikan lebih ke pengikut kepancasilaan dan rasa nasionalisme tinggi, lebih baik jangan lakukan tips yang saya mengalamatkan diatas, dimana kita saling-menolong satu sama lain seperti saya dan teman saya beri Rp. 12.000 dan barang yang ada pada kami. Tapi sebaliknya bahwa gunakan alat anda untuk mengungkapkan dan menggali ke dalam-dalamnya kenapa sampai OP menangis seantero bumi kasuari ini setiap hari.