Mohon tunggu...
Nopjr
Nopjr Mohon Tunggu... Guru - Blogger

Trial Blogger. bit.ly/ianub

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Luka Lama yang Perih

13 Juli 2019   08:15 Diperbarui: 13 Juli 2019   08:20 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baunya berlipat-ganda... plus membuyur sel badaniku


mengiraku dia (garuda) besuku... tapi  dia bertopeng lunak


sanubariku, sudah lama jujur beritahu pengabdi kebinekaan...
tapi, raut benak kupingnya tersumbat mendengarkan perihku


pelbagai suara lebih melontarkan hanya untuk kesembuhan perihku...
tapi, dia menggapnya hal itu mustahil


tiga kali perubahan (orla, orba dan reformasi) untuk menjawab perihku...
namun itu dongeng zaman doeloe yang tidak perlu terurai kembali


kuberi suaraku untukmu jadi besuku...
jadinya diberiku bermacam-macam racun untuk tambah barah dibenakku


kupikir kau datang tanah empunyaku untuk membesuku...
tapi menyiksaku luka yang mendalam secara psikologis


bhineka punya dokter untuk kita semua... kita sama-sama punya bhineka
tapi kapankah! Mata bantinmu menoleh kearah matahari terbit?


Jika mereka juga berasal dari sang Pencipta aku...
horee, mereka mudah menolongku sampai lukaku sembuh total

Jikalau, pelontar kata sederhana "gitu aja kok repot" masih ada sampai sekarang...
aku diperhatikan dan membawah aku sampai di rumah sakit umum sedunia.

Tapi aku sadar bahwa hanyalah sang Pencipta yang bisa membesuhku luka lama nan tidak stabil sampai sedetik ini

Tuhan kuatkan Imanku... Karena imanlah yang dapat mengurai keperihanku

Tuhan... Tuhan...
Kuatkan Imanku...
Kuatkan batinku...

Tolong...Tuhan... Tolong...

Saya, kami, orang Papua ingin Sembuh!

Kota daeng-Makasar-Sulsel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun