Mohon tunggu...
Nopjr
Nopjr Mohon Tunggu... Guru - Blogger

Trial Blogger. bit.ly/ianub

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Tanpa RUU Permusikan pun, Arnold Clemens AP Dibunuh Negara

19 Februari 2019   14:30 Diperbarui: 20 Februari 2019   04:58 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musik sangat dekat dengan  masyarakat, entah itu pejabat, penjual bakso, hingga presiden (SBY buat album saat duduk di gedung putih) republik ini pun mengakui bahwa dia menggemari musik dengan distorsi keras. Musik merupakan sebuah bentuk sarana berekspresi, musik bukan hanya menjadi media yang bersifat menghibur namun dalam perjalanannya kerap digunakan sebagai tool untuk menyuarakan pikiran.

Tidak sampai disitu, musik juga di menunggangi oleh beberapa orang untuk menyuarakan pergerakan sosial, mulai dari pergerakan yang bersifat persuasif hingga pergerakan perlawanan yang acap kali berisi lirik kritik di dalamnya - marah kelakuan kekuasaan karena apa yang kekuasaan (pemerintah) terapkan adalah disconnected policy into civil society.

"Wind of Change" adalah lagu yang sempurna pada saat yang tepat untuk Scorpions - sebuah balada yang lebih ringan yang liriknya menangkap zeitgeist - lagu yang paling pas pada saat pergolakan politik  yang sangat besar, dan menjadi lagu untuk akhiri Perang Dingin. "Wind of Change" umumnya dikaitkan dengan jatuhnya Tembok Berlin - tetapi itu sebenarnya terinspirasi oleh berbagai peristiwa yang terjadi jauh sebelum Tembok mulai runtuh pada akhir 1989.

Lagu Wind of Change tercipta gara-gara pada pemberhentian tur ke Uni Soviet saat mempromosikan album Savage Amusement pada tahun 1988 - kunjungan yang seharusnya mencakup tanggal Moskow, katanya, dibatalkan oleh pejabat Rusia karena pemerintah Rusia berpikir - kalau mereka datang perfom, itu akan mungkin kerusuhan bisa terjadi. 

Band Scorpion itu akhirnya menambahkan tanggal tur ke tanggal berikutnya dan meskipun perjalanan tidak ternyata persis seperti yang mereka rencanakan, tapi mereka pergi dengan semangat. "Itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan untuk bermain di Rusia karena sejarah Jerman kami, kami melakukan begitu banyak hal buruk di Rusia sehingga kami ingin melakukan sesuatu yang baik, kami ingin menunjukkan kepada orang-orang di Rusia bahwa inilah generasi baru Jerman yang tumbuh dewasa, dan mereka tidak datang dengan tank dan senjata dan berperang - mereka datang dengan gitar dan rock 'n' roll dan membawa cinta!," ujar gitaris Jerman Rudolf Schenker.

Dari sisi ini, band Scorpion ini mengakui bahwa ada sesuatu yang salah di antara dua negara itu seperti tadi disconnected into civil society. Makanya mereka mulai tebarkan suara perdamaian melalui dunia musik bergenre rock n roll dan musisi Jerman ini dengan senang hati menuju ke Rusia mau menyanyikan lagu berjabat tangan atau tanda bersaudaraan meskipun pemerintahan Jerman menjatuhkan nyawa terhadap orang-orang Rusia. Kalau kita umpan jauh-jauh ada juga lagu seperti Imagine - John Legend, 1 Love oleh Bob Marley. Ada banyak. 

Sebagai hasil buah pikiran manusia, tidak jarang musik diartikan sebagai hal yang beragam, sesuai bentuk ekspresi diri. Musik sebagai cinta atau permusuhan, sebagai kebahagiaan atau kesedihan, sebagai perdamaian atau bahkan peperangan. Itulah uniknya musik, setiap orang memiliki pemikiran berbeda terhadapnya.

Melirik ke Indonesia, ada juga lagu Pak Tua keluaran Elpamas yang akhirnya tidak diizinkan putar di TV karena Pak Tua diduga mengkritik Soeharto yang duduk bangku no. 1 Indonesia sangat lama sejarah Indonesia - 32 tahun. 

Bicara dunia permusikan dunia, tidak kalah penting juga datang dari Tanah Cendrawasih, Arnold Clemens AP namanya. Bila anda menanyakan seorang penjual pinang atau koran domestik harian di sekitar Jayapura dan sebut nama Arnold C. Ap, mereka akan dengan serta merta bilang Arnold C. AP adalah Papuans' hero. Juga, Uncen (Universitas Cendrawasih) identik dengan Tuan Arnold C. AP. Kenapa, karena dia terkenal karya-karya musiknya - Mambesak. Dia seorang multitalenta di antaranya antropolog, musisi, budayawan, dan tentunya akademisi.

Arnold Ap lahir di pulau Numfor, Biak, 1 Juli 1945. la meninggal dunia pada tanggal 26 April 1984. Kepergiannya masih misteri sampai saat ini. la adalah tokoh seniman Papua di era 70-an sampai 80-an. Arnold dibunuh militer Indonesia lantaran kian populernya Mambesak, grup musik budaya Papua. 

Pada November 1983 dia ditangkap oleh militer Indonesia pasukan khusus (Kophasanda) yang sekarang berganti nama menjadi Kopassus dan dipenjarakan dan disiksa untuk tersangka simpati dengan Gerakan Papua Merdeka, meski tidak ada tuduhan telah dibebankan. Pada bulan April 1984, Arnold dibunuh oleh negara - tembakan ke punggungnya. Pernyataan ‘gombal’ resmi dari Pemerintah kanibal Indonesia menyatakan bahwa ia sedang berusaha melarikan diri. Tetapi ternyata Arnold Clemens Ap dieksekusi oleh Kopassus. Teman sebaya yang lain seperti musisi Eddie Mofu, juga ditembak mati.

Melaluinya ia bersama teman-teman kala itu mengangkat spirit orang Papua dengan nyanyian atau lagu pemersatu rakyat Papua. Dalam lagu-lagunya, Mambesak dinyanyikan tidak hanya satu bahasa di Tanah Papua, tapi mereka merangkul beberapa bahasa di Papua.

Yang terkenal dari kinerja studi budaya dan musik Papua yang dibangun Arnold Ap bersama group Mambesaknya dianggap oleh Pemerintah Indonesia sebagai sebuah tantangan terhadap upaya pemerintah Indonesia dalam memaksakan Nasionalisme Indonesia di Papua barat karena dengan adanya musik mambesak dan studi budaya yang dilakukan Arnold C Ap terbukti menumbuhkan Nasionalisme Papua dan penemuan jati diri/identitas orang Papua. Upaya yang dilakukan Arnold C. Ap adalah untuk menyatukan rakyat Papua barat.

Apa yang salah dengan musisi Arnold sampai dia di bunuh. Dia hanya merangkul eksistensi Papua menjadi satu bukan melawan negara. Memang benar Arnold sendiri merilis lagu terakhirnya sebelum dia meninggal dan di tuangkan pemikirannya bahwa “aku terkurung di dalam duniaku, tiada lain hanya kebebasan” berjudul “Hidup Ini Suatu Misteri”. Dia berhak praise dia punya tanah di tanahnya dia dan mengutuk orang-orang yang merampok psikologi orang Papua, makanya dia mengutarakan kemampuannya hanya untuk Papua dan orang Papua. 

Hal berekspresi melalui musik di Indonesia setelah reformasi (tidak termasuk tanah Papua ‘no reformation in Papua until now’), musisi tanah air beramai-ramai mengkreasikan ide-idenya melalui musik dan lagu-lagu tanpa ada pressure dari siapapun apalagi dari pemerintah setempat. Namun demikian, hal tersebut tidak diindahkan oleh Negara dalam hal ini DPR RI, tembusan dibawah payung pemerintahan JK.

Tidak salah juga kahwa para musisi ramai-ramai mengkritik Rancangan Undang-undang (RUU) Permusikan yang diusulkan oleh Komisi X DPR RI. Mereka menilai ada klausul yang rentan menjadi "pasal karet".  

Disebut pasal karet atau catchall article karena ia tak memiliki tolak ukur yang jelas. Salah satu aturan karet yang cukup populer di Indonesia adalah UU ITE. Sudah banyak orang yang dipenjara karenanya, termasuk musisi Ahmad Dhani.

RUU Permusikan berisi pasal yang membatasi tumbuhnya musisi baru, membatasi proses berkreasi, dan rawan kriminalisasi terhadap musisi. Misalnya, Pasal 5 tentang larangan konten-konten tertentu dalam karya musik, seperti menistakan, melecehkan, dan menodai nilai agama, serta membawa pengaruh negatif budaya asing.

Sangat jelas itu membatasi musisi dalam menggali dan mengekspresikan idenya dalam pembuatan karya pada materi yang boleh dan tidak boleh sesuai pasal tersebut. Hal ini ertentangan dengan Pasal 28 E ayat (3) UUD 1945 yang menjamin kemerdekaan mengeluarkan pendapat.

RUU Permusikan secara tidak langsung akan membatasi ruang gerak para musisi, terutama untuk mereka yang bergerak di jalur independen. Kreativitas dan daya pikir masyarakat akan terus terkikis karena ruang geraknya telah dibatasi regulasi. kalau begitu apakah nanti Iwan Fals akan dipenjarakan? atau mati dibunuh oleh negara sama seperti musisi Papua tadi Arnold C. AP. Hal macam begitu bisa jadi juga karena observer atau pengamat politik salah satunya Rocky Gerung menilai kepemimpinan pemerintahan Jokowi saat ini adalah ada aroma-aroma orba (kalau Papua, Orba masih ada sampai saat ini).

Memang masih banyak musisi Indonesia terutama yang bergerak secara independen dan masih terus mengkampanyekan pikiran-pikiran mereka lewat musik. Seperti, Nosstres, Efek Rumah Kaca, Seringai, dst.

Namun, jika RUU ini diberlakukan, maka daya pikir kritis masyarakat saat ini menjadi berkurang, bukan tidak mungkin musik pergerakan akan hilang dan pergerakan-pergerakan sosial akan mati yang berdampak pada masyarakat yang mudah tergiring opininya serta berkurangnya fungsi kontrol sosial masyarakat terhadap pemerintah. Bukankah sudah saatnya kita membuka pikiran untuk melihat manfaat yang ditimbulkan dari adanya musik pergerakan? 

Tanpa RUU permusikan pun, Arnold Clemens AP dibunuh negara artinya masalah ini tidak perlu diperdebatkan karena bagi Papua, RUU macam ini sudah ada sebelum Mambesak, Arnold Clemens AP menjadi populer bahkan setelah aneksasi Papua ke pangkuan Ibu pertiwi. Benar kata-kata aktivis Papua biasa bilang bahwa Papua punya talented people killed by official government. that’s it.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun