Mohon tunggu...
Nopian Teguh Susyanto
Nopian Teguh Susyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Janji Untuk Sebuah Kehormatan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hidayat Tersangka, PSS Sleman Terancam, Apa Isi Kode Disiplin PSSI?

26 Februari 2019   14:45 Diperbarui: 27 Februari 2019   07:20 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satgas Anti Mafia Bola kembali beraksi dalam menguak kasus pengaturan skor di sepakbola Indonesia. 

Dilansir dari goal.com, mantan anggota Komite Eksekutif (Exco PSSI) resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pengaturan pertandingan dan upaya penyuapan dalam laga Madura FC melawan PSS Sleman di Liga 2 2018 dengan tujuan mengatur agar PSS Sleman bisa memenangkan pertandingan di kandangnya sendiri maupun saat away ke Madura. 

Ini membuat Hidayat menjadi tersangka ke-16 yang ditetapkan secara resmi oleh Satgas Anti Mafia Bola.

Menarik sebenarnya jika kita melihat profil dari Hidayat. Dilansir liputan6.com, selain sebagai pengurus PSSI, dia juga merupakan akademisi dengan gelar S3, tercatat sebagai dosen di salahsatu universitas swasta di Surabaya dan bahkan masuk dalam daftar ahli ekonomi dan bisnis di universitas tersebut.

Hidayat yang juga dikenal sebagai pemilik klub lokal asal Surabaya, Kresno Indonesia ini pernah menjadi manajer di klub Persebo Bondowoso, klub yang menjadi cikal bakal dari Madura FC. 

Sebelum menjadi Exco PSSI, Hidayat pernah maju dalam bursa Ketua Umum PSSI Jawa Timur periode 2017-2021, namun kalah suara dari Ahmad Riyadh, yang pada kongres biasa PSSI Januari lalu ditunjuk menjadi Ketua Komite  Adhoc Integritas PSSI.

Ternyata Hidayat memang bisa dibilang sebagai salahsatu orang yang berpengaruh dalam sepakbola Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Namun sangat disayangkan beliau saat ini malah diduga menjadi otak dari upaya pengaturan skor PSS vs Madura musim lalu.

Lalu, apakah hal ini akan berpengaruh pada nasib PSS Sleman musim depan? Klub yang diduga diatur kemenangannya oleh Hidayat ini kita ketahui bersama merupakan klub peraih gelar juara Liga 2 musim lalu dan tentunya mendapat tiket promosi ke liga 1 musim depan.

Hal ini sangat berbahaya bagi PSS Sleman, karena jika dugaan tersebut terbukti dan mereka terseret pada kasus ini, mereka bisa mendapat hukuman berat dari PSSI. 

Mari kita bedah dua pasal dalam Kode Disiplin PSSI 2018 yang bisa menjerat PSS Sleman dan juga klub-klub lainnya jika terbukti terlibat dalam pengaturan skor berikut ini.

PASAL 64 KODE DISIPLIN PSSI 2018

Tangkapan layar/dokpri
Tangkapan layar/dokpri
Tangkapan layar/dokpri
Tangkapan layar/dokpri
Dalam pasal 64 Kode Disiplin PSSI ayat (1) disebutkan bahwa siapapun yang terlibat dalam suap aktivitas sepakbola harus diberikan sanksi. 

Lalu, sanksi untuk klub atau badan yang anggotanya melakukan pelanggaran sebagaimana diatur dalam ayat (1) dan dilakukan secara sistematis diatur dalam pasal 64 Kode Disiplin PSSI ayat (5). 

Ini membuat PSS Sleman dan klub-klub Liga 1 maupun Liga 2 lainnya yang nantinya terbukti bersalah melanggar ini bisa mendapat sanksi denda sekurang-kurangnya 150 juta rupiah dan didegradasi dari kompetis yang sedang diikutinya.

PASAL 72 KODE DISIPLIN PSSI 2018

Tangkapan layar/dokpri
Tangkapan layar/dokpri
Tangkapan layar/dokpri
Tangkapan layar/dokpri
Dalam pasal 72 Kode Disiplin PSSI ayat (1) dosebutkan bahwa siapapun yang berkonspirasi mengubah hasil pertandingan secara ilegal akan dikenakan denda sebesar 250 juta rupiah dan sanksi tidak boleh ikut serta dalam aktivitas sepakbola seumur hidup. 

Sedangkan pada pasal 72 Kode Disiplin PSSI ayat (5) disebutkan bahwa hukuman untuk klub atau badan yang terbukti melakukan konspirasi mengubah hasil pertandingan seperti yang disebutkan di ayat (1) bisa dijatuhi sanksi denda 500 juta rupiah, sanksi degradasi dan pengembalian penghargaan.

Menarik bukan, melihat isi dan butir-butir dari Kode Disiplin PSSI pasal 64 ayat (1) dan (5) serta pasal  72 ayat (1) dan (5) tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa PSS Sleman dan klub-klub lain yang terbukti melakukan pelanggaran pengaturan skor bisa didegradasi dan harus mengembalikan gelar juaranya ke PSSI.

Apakah hal itu akan terjadi?

Bisa saja, Juventus pernah mengalaminya dalam kasus Calciopoli Serie A 2006, dua gelar juara Serie A mereka tahun 2005 dan 2006 dicopot dan lebih parahnya lagi Juventus didegradasi ke Serie B.

Penulis sendiri cukup menyayangkan jika hal tersebut terbukti, bagaimanapun PSS Sleman musim lalu sebenarnya bermain sangat baik, ditambah dengan skuad mereka yang dipenuhi nama-nama mentereng semisal Christian Gonzales.

Ya, di tulisan ini penulis hanya ingin mencoba membaca kode disiplin PSSI, regulasi yang kadang sering dilanggar juga oleh pembuatnya. 

Sebagai supporter dan penikmat sepak sepakbola Indonesia penulis hanya ingin sepakbola kita menjadi lebih bersih.

Berharap Indonesia dengan PSSInya bisa seperti FIGC, federasi sepakbolanya Italia, yang walaupun dilanda skandal pengaturan skor (Calciopoli) tahun 2006, timnas mereka bisa tetap berprestasi, bahkan menjadi juara di Piala Duni 2006.

Maju terus Satgas Mafia Bola!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun