Mohon tunggu...
Bobby Nopandry
Bobby Nopandry Mohon Tunggu... -

Bekerja di bidang konservasi sumberdaya alam di Sumatera Utara. Saat ini membantu pendampingan perpustakaan plus milik masyarakat desa sekitar hutan, Rumah Pintar Dongan, di Suaka Margasatwa Dolok Surungan, Toba Samosir.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Guru di Sekolah Tepi Hutan yang Kreatif, Memakai Kertas Bekas untuk Mengajar

9 April 2012   09:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:50 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_173583" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Siddik menyeterika, merapikan, memprint bagan peraga untuk mengajar di kertas bekas, dan murid-murid MTS Nurul Falah, Lobu Rappa yang menerapkan konsep daur ulang dalam proses pendidikan di desa tepi hutan yang terbatas "][/caption]

Mengekspresikan kecintaan terhadap lingkungan hidup tidak harus dengan melakukan hal yang sulit. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya dan selalu mematikan lampu yang tidak diperlukan adalah contoh tepatnya. Di pedalaman Sumatera Utara, seorang guru menggunakan kertas bekas untuk mengajar. Menurutnya, ini adalah ekspresi ketakutannya melihat hutan yang gundul setelah tahu kalau salah satu bahan pembuat kertas adalah serat kayu.

Pak Siddik, nama guru tersebut, sudah setahun ini senang sekali mengumpulkan kertas-kertas bekas dari balai desa, kantor dinas pendidikan kecamatan, atau dari teman-temannya sesama guru. Kertas bekas ini biasanya merupakan hasil print out yang salah, hasil editan naskah, atau diktat-diktat lama milik guru-guru yang sudah tidak terpakai lagi.

Di bagian kosong atau halaman yang belum terpakai, Pak Siddik kemudian mem-print alat peraga mengajar, menggambar bagan, memperbanyak bab-bab penting sebagai pengganti buku ajar, atau menjadikannya kertas ujian bagi anak-anak muridnya. Ide kecilnya ini ternyata sangat ampuh menjawab keterbatasan buku ajar dan keterbatasan daya beli siswa, yang kebanyakan anak-anak petani, terhadap buku di desa sekitar hutan tempatnya mengajar kini.

Pak Siddik adalah seorang guru PNS di SD Negeri Sikopi-kopi, Desa Kula Beringin, Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhan Batu Utara. Selain itu, Pak Siddik juga mengajar di sebuah sekolah swasta milik masyarakat Desa Lobu Rappa, Kabupaten Asahan, yaitu MTS Nurul Falah. Kuala Beringin dan Lobu Rappa meskipun berada di dua kabupaten yang berbeda, merupakan desa bertetangga yang berbatasan langsung. Pak Siddik sendiri sebenarnya Kepala Dusun di Desa Meranti Timur, Kabupaten Toba Samosir. Desa ini juga berbatasan langsung dengan dua desa tempatnya mengajar.

Tinggal di desa perbatasan tiga kabupaten berarti berada di lokasi yang jauh dari setiap kota kabupaten. Beruntung, Pak Siddik sebagai seorang guru kerap harus melakukan kunjungan ke Aek Kanopan, Kota terdekat di Labuhan Batu Utara untuk mengurus administrasi sekolahnya ataupun sekedar berbelanja keperluan rumah tangga. Setiap ke Aek Kanopan, guru yang sudah melek komputer dan internet ini tidak akan lupa mengunjungi warnet dan mengunduh banyak materi pelajaran sekolah (e-book) dari situs Kementerian Pendidikan. Bahan-bahan inilah yang kemudian diperbanyaknya dengan menggunakan sumberdaya kertas bekas.

Pak Siddik mengenal konsep daur ulang ini dari aktivitasnya sebagai relawan Kampanye Bangga Suaka Margasatwa (SM) Dolok Surungan, kawasan konservasi yang berada persis di depan rumahnya di Meranti Timur. Kampanye Bangga SM Dolok Surungan sendiri merupakan program kerjasama Balai Besar KSDA Sumatera Utara dan Rare Asia Tenggara untuk menyelamatkan SM Dolok Surungan sebagai salah satu habitat harimau sumatera dan tapir.

Dari aktivitas-aktivitas kampanye yang sarat dengan pengaplikasian nilai-nilai konservasi alam dan pendidikan lingkungan inilah Pak Siddik memahami konsep daur ulang : re-use, reduce, dan re-cycle. Pemahaman bahwa kertas merupakan salah satu produk akhir industri kayu, mendorong Pak Siddik lebih bijak memanfaatkan kertas.

Menyadari betapa sulitnya menumbuhkan satu batang pohon sebagaimana yang telah dipraktekkannya bersama Forum Guru Dolok Surungan yang dibentuknya dalam membantu reboisasi SM Dolok Surungan, Pak Siddik sadar penggunaan secara hemat dan maksimal akan menambah nilai guna kertas sebagai salah satu produk kayu. Oleh karena itu, dengan senang hati Pak Siddik mulai mengumpulkan kertas-kertas tak terpakai untuk dipergunakan kembali.

[caption id="attachment_173583" align="aligncenter" width="441" caption="Pak Siddik, Guru Pengguna Kertas Bekas untuk Mengajar"]

1333956998314483517
1333956998314483517
[/caption]

Tak jarang, karena sudah tidak terpakai kertas yang didapatnya sudah keriting dan tidak rapi lagi. Makanya sesekali setelah  selesai menyeterika baju, Pak Siddik menggosok-gosok kertas-kertas ini dengan setrika yang masih panas. “Memanfaatkan sisa panas setrika untuk kertas bekas”, katanya menerangkan konsep zero wasting energy karangannya.

Maju terus, Pak Siddik ! Dunia butuh lebih banyak orang kreatif seperti Anda. Tidak menyerah dengan keterbatasan, menginspirasi sekeliling untuk menjadikan bumi tempat yang lebih baik untuk ditempati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun