Mohon tunggu...
Bobby Nopandry
Bobby Nopandry Mohon Tunggu... -

Bekerja di bidang konservasi sumberdaya alam di Sumatera Utara. Saat ini membantu pendampingan perpustakaan plus milik masyarakat desa sekitar hutan, Rumah Pintar Dongan, di Suaka Margasatwa Dolok Surungan, Toba Samosir.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Grebeg Poken, Cara Masyarakat Desa Lobu Rappa Melestarikan Hutannya

18 Januari 2012   08:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:44 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba sebutkan apa yang Anda bayangkan pertama kali ketika mendengar kata Penyuluhan Kehutanan. Hmmm...Sudah ?! Bayangan-bayangan yang muncul pasti terlihat seperti satu cuplikan program Pelangi Desa di stasiun TVRI, kan ? Ada petugas pemerintah berseragam, masyarakat yang duduk berbaris rapi, ada papan tulis, dan tentu gambaran balai desa. Karena ada kata kehutanannya, bisa jadi ada gambaran tambahan seperti suasana desa di tepi rimba, balai desa terbuat dari kayu, atau masyarakatnya yang mengenakan pakaian tradisional sehari-hari. Eksotik. Nah, kalau bayangan Anda tentang Penyuluhan Kehutanan memang seperti itu, maka Anda takkan menyangka kalau foto di atas menunjukkan salah satu aktivitas penyuluhan kehutanan yang dilakukan masyarakat di  sekitar kawasan Suaka Margasatwa (SM) Dolok Surungan, di Sumatera Utara. Untuk menyebarluaskan pesan "Selamatkan Dolok Surungan, Dongan (bahasa batak = Kawan) !", masyarakat Desa Lobu Rappa, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan, Sumut menemukan cara unik untuk melakukan penyuluhan. Mereka membuka stand seperti yang sering dilakukan vendor-vendor telekomunikasi selular di pusat pertokoan. Tidak di mall, kelompok penyuluhan partisipatif ini menggelar lapak atau stand di pekan-pekan sekitar desa mereka. Grebeg Poken namanya, kata mereka. Pekan atau Poken adalah pasar tradisional yang hanya dibuka satu minggu sekali di hari yang sama (ex: pekan kamis, pekan sabtu, atau pekan minggu). Di pasar inilah dengan modal satu meja, suvenir-suvenir tentang SM Dolok Surungan, megafon, dan satu tim yang bersemangat mereka menjajakan materi penyuluhan dengan style tukang obat. Kuis-kuis berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai konservasi kawasan, nilai pentingnya, tumbuhan dan satwa langka yang ada di SM Dolok Surungan menjadi sesi yang ditunggu-tunggu pengunjung stand. Sebab, pengunjung yang menjawab benar akan diberi hadiah menarik berupa suvenir seperti pin, buku tulis, tas ke ladang (hadangan), atau payung bersablon SM Dolok Surungan. Tidak ada uang yang beredar, karena suvenir ini tidak dijual-belikan. Kalau mau membawa pulang, pengunjung harus memenangkan kuis. Strategi ini cukup jitu. Pengunjung yang penasaran dengan SM Dolok Surungan bergegas mengambil leaflet-leaflet yang disediakan dan membaca isinya untuk menemukan jawaban-jawaban kuis. Sesekali salah satu 'penyuluh' masyarakat ini menerangkan atau menjabarkan mengenai salah satu pertanyaan kuis yang sudah dijawab. Seperti saat salah seorang pengunjung berhasil membawa pulang dua buah stiker karena berhasil menjawab Harimau sebagai salah satu satwa penting di SM Dolok Surungan, si penyuluh langsung menjelaskan bahwa jumlah Harimau Sumatera di alam bebas tidak lebih dari 400 ekor lagi jumlahnya. Unik bukan ? Penyuluhan kreatif ini merupakan bagian dari Kampanye Bangga SM Dolok Surungan dengan tagline "Selamatkan Dolok Surungan, Dongan !". Satu tim masyarakat Desa Lobu Rappa yang di dalamnya terdapat guru, petani, tokoh pemuda, dan ibu rumah tangga menggerakkan kampanye ini dengan dampingan staf Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Kementerian Kehutanan sejak tahun 2008 lalu. Desa Lobu Rappa merupakan salah satu desa di sekitar kawasan SM Dolok Surungan. Kawasan konservasi seluas 23.800 ha di sebelah tenggara Danau Toba ini sejak akhir tahun 1980-an mengalami perambahan masif yang kronis hingga mencapai 3500 ha. Sebagai salah satu rumah terakhir harimau sumatera dan tapir yang dilindungi, kondisi ini sungguh memperihatinkan. Masyarakat yang pro pelestarian di sekitar kawasan, termasuk di Desa Lobu Rappa membentuk kelompok-kelompok kerja untuk saling membahu menyuarakan pentingnya pelestarian kawasan SM Dolok Surungan. Dengan analisis citra untuk melihat tutupan lahan, sejak dimulainya tahun 2008, kampanye ini menyumbang penyadaran masyarakat pemilik 1400 ha lahan rambahan untuk tidak meneruskan perladangan ilegal mereka. Lahan seluas itu mulai ditumbuhi semak dan pepohonan kecil kembali. Gema kampanye dari pekan ke pekan itu cukup bergema rupanya. Maju terus warga Lobu Rappa ! Kelestarian hutan dengan segala nikmat yang diberikan alam itu hak kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun