Mohon tunggu...
Bobby Nopandry
Bobby Nopandry Mohon Tunggu... -

Bekerja di bidang konservasi sumberdaya alam di Sumatera Utara. Saat ini membantu pendampingan perpustakaan plus milik masyarakat desa sekitar hutan, Rumah Pintar Dongan, di Suaka Margasatwa Dolok Surungan, Toba Samosir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aku Bukan Expert

16 Januari 2012   14:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:49 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid (Albert Einstein) (ngutip postingan di www.absolutelymadness.tumblr.com hari ini)


Suatu waktu, dalam sebuah rapat bersama rekan-rekan penggiat konservasi nirlaba (LSM/Lembaga Swadaya Masyarakat) di kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara terjadi diskusi menarik tentang upaya-upaya pendampingan masyarakat. Ruang lingkup diskusi pada saat itu adalah pembentukan desa-desa konservasi yang cukup marak belakangan ini di Sumatera Utara.

Salah satu peserta, entah seorang fasilitator lapangan atau manajer program saya lupa, mengemukakan sebuah pendapat. Lagi-lagi saya tidak begitu ingat apa yang disampaikannya secara keseluruhan. Namun, ada satu hal yang sangat menggelitik yang disampaikannya waktu itu, yaitu pernyataan : ”Tujuan kita mendampingi masyarakat (desa sekitar hutan) adalah untuk menjadikan mereka (masyarakat) ekspert !”.

Well, Ok…dari satu sudut yang ‘lega’ mungkin kita semua bisa mengerti apa maksud pernyataan ini.

Pendampingan di masyarakat bermaksud menjadikan masyarakat ahli untuk menemukan permasalahan komunal mereka yang sering tersembunyi di balik batasan-batasan kapasitas SDM masyarakat desa. Pendampingan juga diharapkan membawa masyarakat desa menjadi ahli dan bijak dalam memandang sumberdaya.

Pendampingan juga selalu diarahkan pada keahlian masyarakat dalam merancang program-program pemecahan masalah yang berkaitan hidup dan penghidupannya. Dan ini, mencakup banyak hal : bagaimana menyiasati pemanfaatan sumberdaya seefektif mungkin, bagaimana memanfaatkannya secara lestari, dan bagaimana cara mempertahankan harga komoditi di pasar. Lalu pada akhirnya bagaimana mereka bisa mengevaluasi ini semua untuk perbaikan di masa depan.

Mungkin itu maksud dari pernyataan tersebut, dan dalam proses mencapainya tentu saja para pendamping (fasilitator) diharapkan sudah mengetahui terlebih dahulu hakikat program-program yang dijalankan di lapangan. Dengan ini, harapannya pendamping akan dapat fokus pada tujuan dan tidak asyik sendiri di lapangan selain daripada membuat masyarakat menjadi ekspert.

Banyak orang akan setuju dengan ini. Tetapi entah karena saya terlalu naif atau dangkal, saya memilih menolak pernyataan ini. Jika harus tetap menggunakan kata-kata yang serupa, sepertinya akan lebih baik kita katakan : “Kita mendampingi masyarakat adalah untuk bekerja bersama para ekspert (masyarakat) dalam mencapai tujuan program”.

Menurut saya, menjadikan seorang sebagai ekspert menuntut kualifikasi ekspert juga bagi fasilitatornya. Dan ini sangat berlebihan untuk ukuran seorang yang mengaku fasilitator. Pernyataan  yang menyebutkan 'akan menjadikan seseorang menjadi ekspert' juga terlalu berpihak pada satu sudut pandang, diri  sendiri. Egosentris.

Sebab, secara tidak langsung sang Fasilitor sedang mengaku sebagai seorang  ekspert. Lalu, dengan expertise yang dimilikinya dia akan menjadikan masyarakat sebagai ekspert juga ?

Sedemikian bodohnyakah masyarakat itu ? Lalu bagaimana selama ini mereka menjalani hidup dan tetap eksis setelah melewati rentangan jaman ? Tak adil rasanya mengeluarkan pernyataan yang sedemikian melecehkan potensi masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun