Mohon tunggu...
Naufal Fadhlul Hady Harmu
Naufal Fadhlul Hady Harmu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Hubungan Internasional dari Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta yang sedang menjalani semester tiga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Visi Ambisius Presiden Joko Widodo: Poros Maritim Dunia dalam bingkai Konstruktivisme

7 Desember 2024   17:39 Diperbarui: 7 Desember 2024   18:30 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pidato Perdana Presiden Joko Widodo sebagai Presiden RI ke-7 (Sumber: Reuters)

Sesaat setelah dilantik, Joko Widodo sebagai Presiden terpilih ke-7 Indonesia berpidato di hadapan mansyarakat Indonesia. Dalam pidatonya ada sebuah visi yang ambisius yang dipaparkan oleh Presiden Jokowi, visi tersebut adalah menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang kuat.

"Kita harus bekerja sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim Samudra laut selat dan Teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra dan memunggungi selat dan teluk, ini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga Jalesveva Jayamahe, justru di laut kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu bisa kembali lagi membahana."

Melalui pernyataan tersebut, jelas bahwa sejak awal masa kepemimpinannya Jokowi ingin menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang kuat. Pernyataan ini kemudian dijelaskan ulang dan dipaparkan Kembali dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timut ke-9 di Nay Pyi Taw, Myanmar, 13 November 2014, Dalam pidatonya, Presiden Jokowi menegaskan Indonesia akan menjadi poros maritim dunia, hal ini disampaikan bukan tanpa dasar. Melainkan ada sebuah kesempatan yang dilihat oleh Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan maritim terbesar di masa depan. Kesempatan tersebut yakni bergesernya aktivitas geopolitik dan geostrategis dari negara-negara barat ke kawasan Asia Timur, ini menandakan kebangkitan negara-negara di Asia. Selain itu dengan pertumbuhan ekonomi 7% per tahun dan dengan Produk Domestik Bruto sebesar 40 Triliun USD ini menjadi pemantik semangat bagi Presiden Jokowi dalam menegaskan visinya untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.

Salah satunya yaitu memaparkan 5 pilar-pilar utama dalam membangun Maritim Indonesia. Pilar utama dalam membangun Indonesia menjadi negara maritim yang kuat ini kemudian dijadikan dasar dan pedoman tersendiri bagi Presiden Jokowi dalam menentukan arahnya dalam membuat kebijakan-kebijakan yang nantinya selaras dengan visi Poros Maritim Dunia ini.

     1. Pengembangan budaya maritim

Jokowi menekankan pentingnya memahami nilai-nilai maritim yang telah lama ada dalam masyarakat Indonesia, seperti melestarikan tradisi lama, meningkatkan kesadaran terhadap ekosistem laut, hingga rasa bangga sebagai negara yang bergantung pada laut. Hal ini tak lain dan tak bukan untuk menjadikan laut sebagai identitas nasional.

     2. Pengelolaan Sumber Daya Laut

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, dimana sumber daya alam ini bisa ditemukan di daratan maupun lautan. Jokowi berharap pengelolaan terhadap sumber daya laut seperti ikan, gas alam dan lainnya dilaksanakan secara tepat dan berkelanjutan untuk menghindari eksploitasi berlebihan.

     3. Pembangunan Infrastruktur Maritim

Ada sebuah pernyataan Jokowi dimana beliau menyampaikan bahwa laut itu seharusnya menjadi sarana penghubung, bukan pemisah. Sehingga untuk mendukung pernyataannya ini beliau menekankan pentingnya percepatan pembangunan pelabuhan, peningkatan jalur kapal, hingga aksesnya untuk mempermudah arus barang dan jasa dari laut. Bahkan salah satu proyek esar yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi adalah Pembangunan tol laut.

     4. Diplomasi Maritim

Sebagai negara yang dilewati jalur perdagangan penting di dunia, Jokowi mendorong adanya diplomasi maritim secara aktif untuk menyelesaikan berbagai sengketa yang masih berlangsung di laut-laut Indonesia (seperti konflik Laut Cina Selatan), dan peningkatan kerja sama bilateral maupun multilateral dengan negara lain dalam keamanan, perdagangan, hingga konservasi laut.

     5. Kekuatan pertahanan maritim

Sebagai negara yang dilewati jalur perdagangan penting di dunia, Jokowi mendorong adanya diplomasi maritim secara aktif untuk menyelesaikan berbagai sengketa yang masih berlangsung di laut-laut Indonesia (seperti konflik Laut Cina Selatan), dan peningkatan kerja sama bilateral maupun multilateral dengan negara lain dalam keamanan, perdagangan, hingga konservasi laut.

Visi Poros Maritim Dunia yang diusung oleh Presiden Jokowi ini memiliki keterkaitan yang mendalam dengan pandangan konstruktivisme. Secara singkat pandangan  konstruktivisme menekankan pentingnya identitas, norma, dan nilai budaya dalam membentuk perilaku dan kebijakan negara. Dalam konteks ini, visi poros maritim dunia tidak hanya berbicara mengena pembangunan fisik infrastruktur maupun ekonomi, tetapi juga tentang membangun kembali identitas maritim Indonesia. Menurut pandangan konstruktivisme, tindakan suatu negara di panggung internasional dipengaruhi oleh identitas dan narasi sejarah yang unik. Jokowi, dengan menekankan kembali pentingnya laut sebagai bagian integral dari identitas bangsa Indonesia, berupaya untuk menghidupkan kembali semangat maritim yang pernah menjadi pusat dari peradaban dan ekonomi nusantara.

Langkah ini sejalan dengan pilar pengembangan budaya maritim, yang tidak hanya mengedukasi masyarakat tentang pentingnya laut, tetapi juga menanamkan rasa bangga sebagai bangsa maritim. Dalam kerangka konstruktivisme, ini adalah upaya untuk mengubah persepsi domestik dan internasional mengenai peran Indonesia di lautan. Di sisi lain, pilar diplomasi maritim juga menunjukkan bagaimana Indonesia berupaya membangun tatanan internasional yang lebih damai dan stabil melalui kerja sama dan resolusi konflik, selaras dengan prinsip konstruktivisme yang melihat diplomasi dan interaksi sosial sebagai jalan untuk menciptakan norma-norma baru.

Dalam pandangan konstruktivisme, Langkah yang diambil oleh Presiden Jokowi ini membantu membangun identitas nasional yang kuat dan bersifat inklusif, menanamkan rasa bangga dan keterikatan yang lebih dalam terhadap laut sebagai bagian dari sejarah bangsa. Lalu dalam lingkup global, visi ini berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat posisi diplomatik Indonesia dengan memanfaatkan jalur-jalur maritim strategis, menunjukkan tanggung jawab global sebagai penjaga lautan dan pencipta norma maritim baru.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui ini visi ini Indonesia tidak hanya mengejar kepentingan nasional tetapi juga berkontribusi pada stabilitas regional dengan cara memperkuat keamanan dan kerja sama di wilayah maritim yang sering kali menjadi titik konflik. Pada akhirnya melalui visi poros maritim dunia usulan Presiden Jokowi ini berkaitan erat dengan konstruktivisme, berbagai pandangan maupun konstruksi serta ide seperti revitalisasi identitas maritim seperti ini tidak hanya menunjukkan kegigihan Indonesia untuk sebagai negara maritim yang kuat di dunia, tetapi juga langkah strategis dalam menavigasi lanskap geopolitik yang semakin rumit. Oleh karena itu, visi Poros Maritim Dunia ini menjelma menjadi paradigma baru yang memadukan warisan budaya dengan ambisi modern, menjadikan laut sebagai pusat gravitasi dari kebangkitan nasional dan sebagai simbol ketahanan dalam menghadapi tantangan global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun