Sebagai negara yang dilewati jalur perdagangan penting di dunia, Jokowi mendorong adanya diplomasi maritim secara aktif untuk menyelesaikan berbagai sengketa yang masih berlangsung di laut-laut Indonesia (seperti konflik Laut Cina Selatan), dan peningkatan kerja sama bilateral maupun multilateral dengan negara lain dalam keamanan, perdagangan, hingga konservasi laut.
   5. Kekuatan pertahanan maritim
Sebagai negara yang dilewati jalur perdagangan penting di dunia, Jokowi mendorong adanya diplomasi maritim secara aktif untuk menyelesaikan berbagai sengketa yang masih berlangsung di laut-laut Indonesia (seperti konflik Laut Cina Selatan), dan peningkatan kerja sama bilateral maupun multilateral dengan negara lain dalam keamanan, perdagangan, hingga konservasi laut.
Visi Poros Maritim Dunia yang diusung oleh Presiden Jokowi ini memiliki keterkaitan yang mendalam dengan pandangan konstruktivisme. Secara singkat pandangan  konstruktivisme menekankan pentingnya identitas, norma, dan nilai budaya dalam membentuk perilaku dan kebijakan negara. Dalam konteks ini, visi poros maritim dunia tidak hanya berbicara mengena pembangunan fisik infrastruktur maupun ekonomi, tetapi juga tentang membangun kembali identitas maritim Indonesia. Menurut pandangan konstruktivisme, tindakan suatu negara di panggung internasional dipengaruhi oleh identitas dan narasi sejarah yang unik. Jokowi, dengan menekankan kembali pentingnya laut sebagai bagian integral dari identitas bangsa Indonesia, berupaya untuk menghidupkan kembali semangat maritim yang pernah menjadi pusat dari peradaban dan ekonomi nusantara.
Langkah ini sejalan dengan pilar pengembangan budaya maritim, yang tidak hanya mengedukasi masyarakat tentang pentingnya laut, tetapi juga menanamkan rasa bangga sebagai bangsa maritim. Dalam kerangka konstruktivisme, ini adalah upaya untuk mengubah persepsi domestik dan internasional mengenai peran Indonesia di lautan. Di sisi lain, pilar diplomasi maritim juga menunjukkan bagaimana Indonesia berupaya membangun tatanan internasional yang lebih damai dan stabil melalui kerja sama dan resolusi konflik, selaras dengan prinsip konstruktivisme yang melihat diplomasi dan interaksi sosial sebagai jalan untuk menciptakan norma-norma baru.
Dalam pandangan konstruktivisme, Langkah yang diambil oleh Presiden Jokowi ini membantu membangun identitas nasional yang kuat dan bersifat inklusif, menanamkan rasa bangga dan keterikatan yang lebih dalam terhadap laut sebagai bagian dari sejarah bangsa. Lalu dalam lingkup global, visi ini berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat posisi diplomatik Indonesia dengan memanfaatkan jalur-jalur maritim strategis, menunjukkan tanggung jawab global sebagai penjaga lautan dan pencipta norma maritim baru.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melalui ini visi ini Indonesia tidak hanya mengejar kepentingan nasional tetapi juga berkontribusi pada stabilitas regional dengan cara memperkuat keamanan dan kerja sama di wilayah maritim yang sering kali menjadi titik konflik. Pada akhirnya melalui visi poros maritim dunia usulan Presiden Jokowi ini berkaitan erat dengan konstruktivisme, berbagai pandangan maupun konstruksi serta ide seperti revitalisasi identitas maritim seperti ini tidak hanya menunjukkan kegigihan Indonesia untuk sebagai negara maritim yang kuat di dunia, tetapi juga langkah strategis dalam menavigasi lanskap geopolitik yang semakin rumit. Oleh karena itu, visi Poros Maritim Dunia ini menjelma menjadi paradigma baru yang memadukan warisan budaya dengan ambisi modern, menjadikan laut sebagai pusat gravitasi dari kebangkitan nasional dan sebagai simbol ketahanan dalam menghadapi tantangan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H