BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Ilmu optik merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari teori cahaya dan karakteristiknya. Manusia dalam berbagai aktivitasnya sangat membutuhkan ilmu tersebut, misalnya ahli Astronomi menyelesaikan masalah dalam perbintangan dan prakiraan cuaca, membuat penelitian untuk menemukan sebuah mikroba bagi para ilmuan sains.
Tidak dipungkiri dalam berbagai aktivitas manusia pun ikut melibatkan peran ilmu optik. Dengan demikian, ilmu optik memiliki peran yang sangat penting untuk saat ini dan masa yang akan datang.
Konstribusi penemuan tersebut dalam bidang ilmu pengetahuan tentu berkaitan dengan sosok ini. Tahukah kamu sosok ilmuwan yang menemukan ilmu optik? Pasti kamu mengira bahwa sosok tersebut ialah Isaac Newton, atau Roger Bacon, atau ilmuwan-ilmuwan Barat lainnya. Memang benar para ilmuwan tersebut memiliki kontribusi terhadap perkembangan ilmu optik.
Namun, ada juga sosok penemu yang jarang kita ketahui yang dijuluki sebagai "Bapak Optik", dia bernama Ibnu Haitham.
Ibnu Haitham merupakan seorang ilmuwan Muslim yang berasal dari Irak. Ia menulis sebuah buku yang berjudul Al-Manazhir (Book of Optic) yang telah diakui oleh Universitas-Universitas diseluruh dunia dan menjadikan refrensi utama dalam membahas penelitian tentang optik , baik di bagian Timur maupun bagian barat.
Abu 'Ali al-Hasan Ibn al-Haytham atau yang dikenal sebagai Ibnu Haytham, dia dijuluki di dunia Barat sebagai Alhazen merupakan salah satu dari beberapa saintis paling terkemuka yang dilahirkan dalam peradaban Islam. George Sarton (1931:721) menyatakan bahwa Ibnu Haytham adalah ahli fisika muslim dan sarjana dalam bidang optik terbesar sepanjang masa. Ibnu Haytham dilahirkan di Basrah pada sekitar tahun 354 H/965 M.
Ia bukan hanya seorang ahli geometri, tetapi juga ahli dalam bidang falak, pengobatan, maupun filsafat. Bukunya yang terkenal yaitu Al-Manazhir (Book of Optic) yang membahas mengenai mata menjadi rujukan sebagian besar ilmuwan Barat.
Ketika Ibnu Haytam ingin berpendapat dan membuat buku tentang optik, dia banyak mengambil pendapat dari seorang filsuf Yunani, Aristoteles khususnya dalam penjelasan tentang mata, pada pendapatnya yang tidak masuk akal bagi Ibnu Haytam bahwa mata bisa memancarkan sinar yang mampu menjangkau semua semua bintang- bintang yang jauh dan pendapat ini juga dikatakan oleh Ptolemy dan Euclid. Pada awalnya masalah mata menurut bangsa Yunani meliputi dua pendapat yang bertentangan.
Pertama "masuk", artinya semisal dua kelopak mata. Kedua menghantar pandangan mata ketika menghantar sinar cahaya dari kedua mata. Ibnu Haytam melakukan sebuah penyelidikan, beliau telah mengkaji cahaya, ciri-ciri bayang dan gambar dan banyak lagi tentang fenomena optik yang penting, dan dari penyelidikannya, dia telah menolak teori yang dibawa Ptolemy dan Euclid, Ibnu Haytam menyatakan tentang penglihatan (optik) pada mata bahwasanya "matatidak memberi cahaya benda, akan tetapi benda itulah yang memantulkan cahaya pada mata".
Ibnu Haytham memperkenalkan dua definisi yang berbeda terhadap cahaya, salah satunya menyatakan, "bahwa cahaya merupakan panas api, yang muncul dari benda-benda yang bercahaya karena eksistensinya seperti matahari, api dan benda-benda yang berpijar".
Definisi ini sesuai dengan pendapat ilmu cahaya modern. Adapun definisi kedua menyatakan bahwa cahaya merupakan ilustrasi esensial dalam benda yang bercahaya karena eksistensinya.
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat para filosof naturalis. Akan tetapi pendapat-pendapatnya yang menjadi titik tolak studi tentang cahaya bahwa cahaya akan menembus sebagian benda dan tidak tembus pada sebagian yang lain.
Ibnu Haytham juga merumuskan dua hukum refleksi yang dipelajari sekarang. Pertama, ia menyatakan bahwa sudut yang jatuh sama dengan sudut refleksi. Sedangkan hukum kedua menyatakan bahwa dua sudut jatuh danrefleksi jatuh dalam satu bidang vertical pada permukaan memantul. Hukum pertama berhasil ditemukan atau dirumuskan para ilmuwan Yunani dengan metode teoritis.
Selain itu, Ibnu Haytham mengemukakan tentang "teori biasnya cahaya", teori tersebut sangat mengagumkan ia berpendapat bahwa cahaya merah di kaki langit pada waktu pagi bermula ketika matahari berada di 19 derajat di bawah kaki langit. Sementara cahaya warna merah di kaki langit padawaktu senja akan hilang apabila matahari berada 19 derajat dibawah kaki langit selepas terbenamnya matahari.
hal ini menyebabkan teori tersebut diadopsi oleh Snellius dalam bentuk matematis dia menamakan sebagai "hukum pembiasan pada snell", begitu juga teori Ibnu Haytam ini mempengaruhi teori optik Isac Newton yang muncul pada abad perkembangan Eropa.
Pembahasan pada sebagaian pendapat-pendapat diatas kini menjadi populer dipelajari oleh kalangan para mahasiswa di berbagai universitas didunia dan para pelajar SMA sekolah menengahnya. Ibnu Haytam juga mengarang sebuah buku yang mebahas tentang optik diakui oleh ilmuwan optik diseluruh dunia yaitu Al-Manazhir (Book of Optic) buku tersebut berisi pendapat-pendapat beliau tentang optik itu sendiri.
Pemikiran Ibnu Haytham mengenai optik telah banyak memberikan pengaruh kepada ilmuwan-ilmuwan Barat. Hal ini terjadi setelah diterjemahkannya karya-karyanya kedalam bahasa Latin. Pada abad ke-13 seorang sarjana Inggris, Roger Bacon (1214-1249 M) menulis tentang kaca pembesar dan menjelaskan bagaimana membesarkan benda menggunakan sepotong kaca.
Beberapa sejarawan ilmu pengetahuan menyebutkan Bacon telah mengadopsi ilmu pengetahuanya dari Ibnu Haytam. Bacon terpengaruh dengan buku yang ditulis olehnya Al-Manadzhir dan mengembangkan teori dari buku tersebut dan diamenemukan sebuah alat yaitu Kaca Pembesar karena hasil teori Ibnu haytam yang dikembangkannya. Pada abad ke-14 tanpa disadari juga ilmu optik yang dicetuskan oleh Sir Isaac Newton memiliki banyak kaitan terhadap ibnu haytam.
Karya besar lainnya yang menginspirasi para ilmuwan modern seperti Isaac Newton adalah penemuan prinsip lensa cembung dan cekung. Karya fenomenal al-Haytham lainnya adalah kamera obscura. Saat itu, al-Haytham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi-nyata diproyeksikan melalui permukaan datar atau yang disebut sebagai kamar gelap.
Temuan ini menjadi cikal bakal pembuatan kamera fotografi masa kini. Setelah penemuan fenomenal al-Haytham ini, dunia Barat mulai terinspirasi untuk membuat hal serupa. Cardano Geronimo (1501 -1576) misalnya, mengganti lubang bidik lensa dengan lensa (kamera).
Kemudian, Joseph Kepler (1571-1630) berupaya meningkatkan fungsi kamera dengan menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif sehingga dapat memperbesar proyeksi gambar. Kemudian Robert Boyle (1627-1691), menyusun kamera berbentuk kecil tanpa kabel . Dan masih banyak ilmuwan modern lainnya yang terinspirasi dari Ibnu Haytham.
Penulis: Fiqih Razan Bayhaqi dan Naufal Alaf Ramadhan ( Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab)
- Basya, Ahmad Fuad. 2015. Sumbangan Keilmuwan Islam pada Dunia. Terj. Masturi Irham dan Muhammad Aniq. Jakarta: Pustidaka Al-Kautsar.
- Ibrahim, Subhan. 2017. Skripsi: Pemikiran Ibnu Haitsam Dalam Ilmu Optik Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Ilmu Optik Modern. Tersedia: http://repository.syekhnurjati.ac.id/2361/1/SUBHAN%20IBRAHIM-min.pdf. Diakses tanggal: Diakses 25 Desember 2019.
- Agung Sasongko. "Mengenal Ibnu al-Haytham, Sang Penemu Prinsip Optik Kamera".https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://m.republika.co.id/amp/prrda3313&ved=2ahUKEwiR5d3I0enmAhVPcCsKHcuaBfUQFjABegQICRAB&usg=AOvVaw1XyS4RuNsYFmolj9GGhTjz&cf=1 Diakses Ahad , 19 Mei 2019, 23:45 WIB.
- Â Amrusi Jailani, Imam. "KONTRIBUSI ILMUWAN MUSLIM DALAM
PERKEMBANGAN SAINS MODERN" . https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/download/2033/pdf&ved=2ahUKEwjxw_nZhezmAhXd6nMBHelQA0AQFjAAegQICRAC&usg=AOvVaw1pLvF70nil-3iPABfnwZ0r. Diakses 23 Desember 2019.
- Â Muhamad Ishaq, usep dan Wan Mohd Nor Wan Daud. "TINJAUAN BIOGRAFI-BIBLIOGRAFI IBN AL-HAYTHAM" . https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/178021-ID-none.pdf&ved=2ahUKEwj83fvSluzmAhUa8XMBHcS-BtcQFjAAegQIBhAC&usg=AOvVaw36qRShz8Lt0KpqkDWspiPN. Diakses 23 Desember 2019.
-Digilib UIN SBY. "PEMIKIRAN-PEMIKIRAN IBNU AL HAYTHAM". https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.uinsby.ac.id/2394/6/Bab%25204.pdf&ved=2ahUKEwjTj4D_luzmAhUFiOYKHUWTDvsQFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw3Up1QwC3SVehIdE2Fygu0u. Diakses 23 Desember 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H