Mohon tunggu...
noormiskiyah
noormiskiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Hobi membaca buku novel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Isu Ekonomi dan Sosial Budaya di Gresik

17 Desember 2024   12:27 Diperbarui: 21 Desember 2024   09:29 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gresik, sebagai salah satu kabupaten strategis di Jawa Timur, berada di tengah transformasi besar. Sebagai bagian dari kawasan metropolitan Gerbangkertosusila, kabupaten ini menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Namun, perkembangan tersebut membawa tantangan besar, terutama pada aspek sosial budaya yang menjadi identitas masyarakatnya.

Perkembangan Ekonomi yang Dinamis. Kabupaten Gresik menjadi salah satu kawasan industri utama di Indonesia, dengan banyaknya pabrik besar seperti PT Petrokimia Gresik, PT Semen Indonesia, dan pelabuhan-pelabuhan yang strategis. Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Manyar juga menjadi motor penggerak perekonomian. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada awal 2024, inflasi Gresik berada pada angka 1,81% secara tahunan, terendah di Jawa Timur. Hal ini mencerminkan stabilitas ekonomi yang patut diapresiasi.

Namun, industrialisasi ini tidak lepas dari tantangan. Salah satu masalah utama adalah kemacetan yang semakin parah, terutama di kawasan Manyar dan Duduksampeyan. Meningkatnya aktivitas industri serta tingginya volume kendaraan angkutan barang memicu permasalahan transportasi. Hal ini menuntut perhatian serius, terutama dalam perencanaan tata kota yang mengakomodasi perkembangan industri tanpa mengorbankan kualitas hidup masyarakat.

Selain itu, dampak urbanisasi menjadi isu utama. Banyak masyarakat desa yang beralih ke pekerjaan di sektor industri, meninggalkan sektor pertanian yang dulunya menjadi tulang punggung ekonomi. Pergeseran ini menimbulkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan pangan lokal dan ketergantungan terhadap pasokan dari luar daerah.

Tantangan Sosial dan Kultural di Tengah Perubaha. Perubahan sosial akibat industrialisasi juga terasa nyata. Gresik, yang dikenal sebagai Kota Santri, menghadapi tantangan dalam mempertahankan identitas budayanya. Budaya santri, yang mencerminkan nilai-nilai keislaman dan tradisi lokal, perlahan tergerus oleh arus modernisasi.

Peningkatan pendapatan masyarakat akibat industrialisasi sering kali diikuti dengan perubahan gaya hidup. Masuknya budaya global melalui pekerja migran dan media juga membawa pengaruh besar terhadap nilai-nilai tradisional masyarakat Gresik. Penelitian menunjukkan bahwa industrialisasi sering kali memunculkan potensi konflik nilai, terutama ketika tradisi lokal tidak lagi menjadi prioritas.

Salah satu tantangan lain adalah keberlanjutan tradisi. Sebagai contoh, Pasar Bandeng, yang menjadi ikon budaya Gresik, telah mengalami transformasi besar akibat pandemi COVID-19. Tradisi ini tetap dipertahankan, tetapi harus beradaptasi dengan protokol kesehatan dan inovasi digital. Meskipun demikian, transformasi ini menunjukkan bahwa masyarakat Gresik mampu beradaptasi tanpa kehilangan esensi budaya mereka.

Selain isu sosial budaya, perempuan Gresik juga menghadapi tantangan besar dalam era modernisasi ini. Dalam Musyawarah Daerah (Musda) Ke-11 Aisyiyah Gresik, Wakil Bupati Aminatun Habibah menyoroti lima isu utama yang berkaitan dengan perempuan: pendidikan, stunting, ekonomi, politik, dan lingkungan.

Peran perempuan dalam pembangunan sering kali diabaikan, padahal kontribusinya sangat signifikan. Misalnya, perempuan di sektor informal seperti pedagang kecil dan pelaku UMKM menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Namun, kurangnya akses terhadap pendidikan dan pelatihan sering kali menjadi penghambat kemajuan mereka. Program-program berbasis pemberdayaan perempuan sangat dibutuhkan untuk mengatasi kesenjangan ini.

Solusi dan harapan ke depan untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut, diperlukan langkah kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Beberapa solusi yang dapat diambil meliputi:

1. Peningkatan Infrastruktur: Pembangunan jalan tol dan jalur khusus angkutan barang dapat mengurangi kemacetan. Selain itu, revitalisasi angkutan umum juga diperlukan untuk mendukung mobilitas masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun