Hahahaha aku semakin tertawa lebar sampai-sampai air mataku keluar, aku sangat geli dengan imajinasiku yang sangaat lucu dan sayangnya hanya aku yang tahu. Umi dan abi mana tahu apa yang ada dalam gelembung bola pikiran yang tercipta dari sana-Nya.
Dan aku hanya bisa terima sambil masih tertawa-tertawa, abi menarik tanganku ke ruang sunyi senyap, memberiku bola atau salah satu botol untuk kembali aku mainkan dan seolah ini obat kenormalanku karena aku jadi tak lagi ketawa terbahak-bahak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!