Dari awal aku sudah menyukainya, entah kenapa ....
Sepertinya dia beda dengan sosok yang aku perlukan bersamaku saat aku harus dibilang,"Belajar,belajar biar pintar!" Â Entahlah belajar apa, yang rasanya tidak membuat aku jadi pintar tapi pening iya! Tentu saja aku tersenyum kecut saat mamaku bilang agar aku pintar, sesuatu yang menurut aku sangat aneh! Dan buat aku mual saja!
Mereka tak tahu rasanya saat aku harus memelototi huruf, angka yang menurut aku mereka seakan maunya menjauh dan menjaaaaauh sejauh-jauhnya dari mataku. Padahal kalau huruf dan angka merasa anti dengan diriku akupun merasakan hal yang sama.
Yah begitulah aku sama sekali tak suka dengan huruf, angka jangan paksa aku mengenal mereka apalagi hafal!
Tapi lain dengan benda bernama bola, bola basket saat aku bisa mendribel, melempar, dan memutarnya inilah duniaku. Dunia yang sekaan nyata dan membuat aku merasa hidup menjadi hidup!
Ada yang salah dengan kesukaanku?
Kenapa aku dilarang memegang, menyentuh bola, dan memutar-mutar dengan tanganku terkadang? Aku suka sekali bisa dikata cintaaa amat dengan benda satu ini.
Oh ya hubungannya dengan perempuan yang sekarang jadi temanku sekarang apa ya?
Hiii aku suka sih, tapi tetap tak mengalahkan cintaku pada bola.
Tapi aku suka dia, dia tidak memaksaku mengenal angka dan huruf dengan ambisius seolah aku normal saja! Setidaknya dia ngertiin akulah, ngertiin aku sebagai orang istimewa.
Dia memperbolehkan aju juga bersahabat dengan bola bahkan dia berkata,"Suatu hari kamu akan jadi pemain basket yang keren."
Dan aku mengamini, aku suka cara dia menatap aku, meminta aku menatap manik matanya yang indah dan selalu mengekor kemana aku pergi seolah dia takut aku akan hilang tak berjejak.
Dia mengatur aku sedemikian rupa dari aku datang, meminta aku membuka sepatu, menaruh tasku di loker, mengajak aku berdoa bersama yang lain, membimbing aku dalam proses aktivitas yang bernama belajar.
Dia juga mengajarkan aku cara bertakbir, melakukan ruku dan bersujud beberapa gerakan dalam sholat.
Dia beda dengan temanku yang lalu, dia seolah tak peduli dengan apa yang seharusnya. Aku suka dengan kelembutan eksperimennya ... ya dia sempat bilang saat mengajak aku mengobrol, "Kamu memang tak bisa seperti yang lainnya, karena kamu spesial ... setidaknya untuk dirimu sendiri kamu bisa mandiri, jadi berjuanglah untuk diri kamu sendiri Sayang ..."
B-a-s-a-g-i-t-a hanya untuk satu nama aku berusaha bersahabat dengan 6 huruf ini. Diseleksia coba kulawan demi 6 huruf namamu.
Basagita temanku dalam kebingung pikiranku di sebuah gelembung bola. Sepi, asing dan aneh ....
Basagita kamu teman terbaikku saat ini. Cukup hanya aku yang tahu tentang kamu yang peduli padaku, someday you will miss me very much ... remember ... I am the little boy with autism.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H