Cermin : Sebuah Catatan Tertinggal
Ketika aku buka dokumen di BB, aku menemukan tulisan yang belum selesai :
Ramadahan menjelang hadir, harus kupersiapkan untuk memperbaiki dan membersihkan hati. Kurun setahun ini sungguh berat, beberapa hal dalam lingkungan pekerjaan.
Pekerjaan, dulu aku sangat menikmati segala aktivitas job description yang menjadi tanggung jawab. So far walau bos aku keras tapi di lingkup sesama rekan kerja kita masih saling back up. Ada kalimat mengatakan “Bos Tidak Pernah Salah?” wong aku bawahan ya sudah mana bisa menolak semua tugas-tugas dari beliau. Tapi aku merasa sangat dibutuhkan. Tidak selamanya kita bisa diposisi enak terus, hingga tanpa sadar Who Move My Cheese (mengingat sebuah buku aku pernah baca) pasti akan ada perubahan yang mau tidak mau bila kita bertahan harus terima konsekuensinya. Enak tidak enak dengan hadirnya bermacam orang dan karakter baru harus diterima, termasuk juga kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen yang min plus. Dan aku memilih bertahan dengan beberapa teman-teman lama walau merasa tidak nyaman pasti ada. Beberapa pertimbangan untuk memutuskan bertahan. Tapi bukan berarti aku juga diam di tempat, apapun kondisinya kita harus mengalir.
Itulah aku sebuah paragraf mencerminkan diriku yang sangat rapuh, sekaligus sangat egois. Kutermenung pagi tadi dan saat aku menulis. Sebenarnya cobaan itu belum seberapa, buktinya aku baik-baik saja. Allah sudah menakar kemampuan kita menghadapi berbagai persoalan, jadi aku harus belajar husnu dzon = berprasangka baik. Aku urai kejadian kantor yang membuat dismotivation, dibalik ini aku menemukan dunia baru yang lama aku tinggalkan. Apalagi kalau bukan menulis! 5 tahun aku tidak banyak sempat menulis karena pekerjaan yang load -nya banyak, tetapi sekarang banyak teman baru aku merasa diberi jalan untuk mempunyai waktu luang menulis. Ini adalah suatu kenikmatan lain di balikkekecewaan dengan pergeseran-pergeseran kantor yang aku alami. Sesekali aku masih bisa ngeblog atau juga menulis karena lingkup tugas yang semakin berkurang.
Ah jadi lihatlah aku masih berpikiran sangat kredil bila hanya menyesali dan mengutuki apa yang terjadi. Kehidupan semakin pelik dengan berbagai masalah, semua pasti datang dan pergi di luar kendali kita. Bersama Telkomsel, cermin hati, Allah selalu lebih tahu di balik setiap masalah pasti ada hikmah yang bisa diambil. Semoga kita bisa selalu berprasangka baik kepada Nya. Amiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H