Mohon tunggu...
Noorhani Laksmi
Noorhani Laksmi Mohon Tunggu... Administrasi - writer, shadow teacher, Team Azkiya Publishing dan Sanggar Rumah Hijau, Admin Komunitas Easy Writing

http://noorhanilaksmi.wordpress.com FB : Nenny Makmun

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Candi Sambisari Misteri Keunikan Bawah Tanah

18 Mei 2011   07:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:31 2120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Candi Sambisari Keunikan Bawah Tanah

Sejarah

Candi Sambisari terletak di desa Sambisari, kalurahan Purwo, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Candi Sambisari pertama kali ditemukan 1966 bulan Juli oleh seorang petani yang sedang mencangkul sebuah bagian batu candi yang terukir. Setelah melalui penelitian ternyata temuan tanpa sengaja tersebut merupakan bagian kecil dari sebuah gugusan candi yang terpendam hingga kedalaman 6.5 m – 7 m di dalam tanah yang merupakan endapan lahar vulkanis dari gunung Merapi.

Pada bulan September 1966 untuk pertama kalinya dilakukan kegiatan penelitian sistematis berupa ekskavasi arkeologis yang dilaksanakan oleh Kantor Cabang I Lembaga Peninggalan Purbakala Nasional di Prambanan dengan dibantu oleh para mahasiswa Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tahun 1975 hingga 1977, berhasil menampakan satu buah bangunan induk dan tiga buah candi perwara. Kondisi candi-candi tersebut sudah dalam keadaan runtuh kecuali pada bagian kaki, sebagian pagar langkan dan sebagian tubuh masih dalam kondisi aslinya.

Candi Sambisari merupakan candi Hindu yang dibangun sekitar abad 9 Masehi. Kemudian bangunan ini menghilang tertimbun endapan lahar Merapi. Di tahun 1986 pemugaran candi Sambisari telah usai.

Bangunan Candi Sambisari

Merupakan kelompok percandian yang terdiri dari candi induk dan tiga buah candi perwara di depannya. Candi induk menghadap kearah Barat dengan denah berbentuk bujur sangkar berukuran 13,65 X 13,65 m dengan tinggi 7,5 m. Hal menarik dari candi induk adalah dijumpainya batu-batu pipih semacam umpak disepanjang selasanya. Batu-batu tersebut mempunyai tonjolan berbentuk bulan dan persegi. Pada sisi luar tubuh candi induk terdapat relung-relung yang ditempati oleh beberapa arca yakni arca Durga (sisi Utara), arca Ganesha (sisi Timur), dan arca Agatsya (sisi Selatan). Untuk dua buah arca di pintu masuk yakni Mahakala dan Nandiswara telah hilang dicuri pada tahun 1971. Di depan candi induk terdapat 3 buah candiperwara yang berukuran 4,8m X 4,8 m (perwara sisi Utara dan Selatan) dan 4,9 X 4,8 m (perwara tengah). Secara keseluruhan kompleks candi Sambisari dikelilingi oleh pagar berukuran 50 X 48 m.

Pada tahun 1976 ditemukan prasasti emas di bawah salah satu umpak di candi induk. Prasasti tersebut berukuran 2 X 1 cm yang bertuliskan om siwasthana yang artinya ‘hormat rumah bagi Dewa Shiwa’.Di halaman candi juga ditemukan arca perunggu berukuran tinggi 29 cmdan lebar 12 cm. Arca ini adalah arcaVajrapani yakni salah seorang Bodhisattva. Selain itu juga ditemukan sejumlah talam, gerabah dan cawan perunggu.

Sumber : Balai Pelestarian Yogyakarta 2008

Tempat Bermain

Saat saya berkunjung tanpa disengaja, saat terakhir liburan 25 April 2011 akan kembali ke Jakarta mampir ke rumah kakak ipar, ternyata dekat sekali rumahnya dengan candi Sambisari. Candi yang pernah saya baca postingan dari salah satu kompasioner yang aku kenal baik ini MBAK DIAH jadi sekalian setelah jemput keponakan atau sepupu Icha kita mampir ke tempat wisata bersejarah yang masih sedikit dikunjungi wisatawan.

Untuk memasuki area ini membayar Rp. 5.000,- bahkan untuk anak di bawah 5 tahun hanya Rp. 2.000. Pas pukul 10.15 an, tetapi matahari sangat terasa menyengat setelah memarkir motor, Icha dan Mbak Salsa berlari-lari menyusuri tepian atas dari candi Sambisari yang terletak kurang lebih 7 meter dari tanah berpijak.

Untuk memasuki area percandian terdapat bangunan tangga yang cukup curam di empat sudut masing-masing segi bujur sangkar. Icha tetap semangat, sepertinya dia penasaran juga dengan candi kecil unik dan terletak di bawah, selain berkejaran dengan sepupu yang tinggal di Yogyakarta.

Sempat saya ngobrol dengan bapak yang menjaga kebersihan candi Sambisari ini bernama Bapak Karyowinangun, beliau bercerita bahwa “Candi Sambisari ini ditemukan tahun 800 M (tepatnya antara 812-838 M), kemudian ada bencana alam merapi yang menyebabkan candi ini tertimbun.” Memang benar dari literature yang saya cuplik dari sumber pariwisata apa yang diceritakan benar adanya.

Terdapat tumpukan batu berbentuk kursi, meja yang menurut cerita beliau dahulu buat kunjungan tamu maka akan duduk di sini.

Sebelum saya mengakhiri kunjungan ke candi Sambisari saya mampir ke ruang informasi, disini akan dijumpai sejarah akan candi Sambisari, dari penemuan area yang berupa persawahan, dan pengupasan dari lahar gunung Merapi, juga miniature candi Sambisari.

Siang-siang banyak anak sekolahan pada duduk-duduk di tepian candi Sambisari sambil ngadem di bawah pohon yang rindang, sementara kalau sore hari ramai anak-anak kecil bersama mbak-mbak yang momong jalan-jalan di sekitar candi ini sambil menyuapi.

Semoga salah satu kekayaan dan keindahan alam ini akan selalu terjaga kelestariannya.

Foto : dok.pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun