Mohon tunggu...
Noorhani Laksmi
Noorhani Laksmi Mohon Tunggu... Administrasi - writer, shadow teacher, Team Azkiya Publishing dan Sanggar Rumah Hijau, Admin Komunitas Easy Writing

http://noorhanilaksmi.wordpress.com FB : Nenny Makmun

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sesaat Bermain di Pasar Rakyat Anak

16 Mei 2011   07:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:36 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PASAR RAKYAT ANAK ALTERNATIF MENIKMATI HARI LIBUR SEDERHANA

Hari Minggu kemarin aku, ayah,uti dan Icha jalan ke daerah Griya berencana belanja di salah satu supermarket yang ada di daerah Griya Gunung Sari Bogor. Saat menuju ke supermarket Icha berteriak…”Ibu ada odong-odong…, lihat Icha mau naik odong-odong.” Gadis kecilku mulai merengek, ternyata dia masih inget dengan permainan odong-odong yang sewaktu lebaran tahun lalu menjadi mainan favoritnya saat kita mudik ke Purbalingga.

“Iya, tapi kita ke supermarket dulu ya.”

Setelah selesai membeli persediaan untuk di rumah, kita menepi pada suatu lapangan yang cukup luas di pinggir jalan, tepatnya di Perumahan Griya Bukit Jaya Gunung Puteri Bogor, turun dari mobil Icha langsung menunjuk mainan mesin yang berputar, ternyata dia lupa dengan odong-odongnya.

Mainan yang digerakan dengan generator, berbentuk binatang dino, kuda, macan, buaya, kapal Arab terdiri 6 rangkain ini berputar perlahan dengan iringan musik. Anak-anak balita dengan berbagai mimik wajah berputar seperti ayunan, hampir 20 menitan mereka bermain. Sementara aku berteduh di bawah pohon, menghindari terik matahari yang mulai memanas.Selain rangkain yang berayun, ada juga rangkain kereta api. Thomas menjadi gerbong utama dari rangkain permainan anak. Icha segera memburu rangkain bergambar gajah karena memang merupakan gerbong yang paling besar. Berkali-kali Icha melambaikan tangan ber-dadah-dadah setiap perputaran melewati di hadapan aku. Wajah anak-anak lucu menampakan kegembiraan di saat jam menunjukan pukul 10.00. Sebenarnya pasar dadakan ini suda beroperasi sedari pagi, pukul 06.00 karena kami tidak pernah melintas di jalan ini, tanpa sengaja jadi ‘nemu’ pasar rakyat anak yang terdiri dari beberapa wahana yang tidak kalah dengan wahana-wahana yang ada di modern chanel. Namanya anak dimanapun berada yang penting mainan pasti enjoyHanya saja kadang orang kota gengsi dengan berkunjung ke pasar rakyat anak yang biasanya identik dengan kalangan menengah bawah, padahal kalau kita nikmati pasar rakyat anak ini asyik dan murah. Sekali naik wahana disini lebih murah 2 kali lipat darpiada wahana yang ada di modern chanel.

Sembari menungguin Icha yang asyik bermain pancingan, aku melihat keramain sekeliling pasar malam rakyat ini yang mengingatkan masa kecil, dahulu jaman saya kecil yang paling tenar adalah permainan “ombak banyu”. Permainan melingkar dari kayu dengan mengerucut rangkaiannya bergerak seperti ombak air laut berayun dari bawah pada saatnya naik ke atas dan terposisi teratas turun kembali. Aku dan anak-anak akan menjerit-jerit karena sensasi yang ditimbulkan. Rasanya sudah berani naik “ombak banyu” serasa hebat. Tenaga berputar dilakukan oleh orang-orang lelaki sambil setengah berlari.

 

Selain ombak banyu ada juga jaman sekarang di sebut komedi putar yang ada di Dunia Fantasi, aku dulu menyebutnya “undar”, terdiri berbagai satwa yang berputar dengan landasan bawah adalah kayu. Berputar dan turun naik bawah. Pasar rakyat anak ini dulu disebut pasar malam, karena mulai beroperasi setelah maghrib. Hanya musiman, mereka akan mendirikan tenda dan segala wahana permainan sampai 2 minggu atau terlama 1 bulan, setelah liburan anak sekolah selesai merekapun meninggalkan untuk berpindah ke daerah lain. Saat aku mudik ke rumah semakin jarang bahkan tidak ada pasar malam yang penuh dengan permainan anak ini, jaman aku memang sudah berlalu.

Icha masih asyiik memancing, putriku ini kalau sudah permainan memancing dia akan sabar memancing satu persatu binatang yang ada dari ikan, ubur-ubur, kepiting, kura-kura dan udang akan dia pancing semua. Aku lihat dikeranjang tangkapannya penuh bahkan sudah 2 ranjang, padahal lumayan butuh ketelatenan dan kesabran, nampaknya Icha asyik-asyik aja. Sebagai kait pancingannya adalah besi berani (magnet) dan binatang yang akan ditangkap mulutnya berujung besi, jadi kalau tepat antara kait dan mulut maka klop dan menempel, tinggal tarik ke atas.

Hari semakin siang pasar rakyat anak semakin sepi, angin semilir sepoai dan perut juga terasa lapar. Nampaknya Icha sudah puas dengan acara mancingnya. Terakhir dia berteriak "Horeee aku dapat crab",  dan acara mancingpun selesai, kami bujuk untuk pulang dengan janji, lain kali kita akan main ke sini lagi.

Pasar rakyat anak tempat permainan yang sederhana dan merakyat, yang semakin tergilas dengan jaman. Tempat ini bisa sebagai alternatif sejenak refreshing dengan putra-putri kita.

Foto : dokumen pribadi

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun