Mohon tunggu...
Noorhani Laksmi
Noorhani Laksmi Mohon Tunggu... Administrasi - writer, shadow teacher, Team Azkiya Publishing dan Sanggar Rumah Hijau, Admin Komunitas Easy Writing

http://noorhanilaksmi.wordpress.com FB : Nenny Makmun

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mutiara Jumat 19 – Forgotten Angel (Part-5)

28 Maret 2011   09:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:21 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mutiara Jumat 19 – Forgotten Angel (Part-5)

Pras melihat datangnya Gadis dan lelaki yang kerap dilihatnya dari kamar tingkatnya.

Gadis langsung menuju meja yang telah di reserve Pras. Tanpa susah Gadis mengenali Pras karena ada mang Seno yang sudah bertemu beberapa kali.

 

Gadis mengulurkan tangan dengan senyum mengembang “Gadis....”

Pras diam sejenak, sedetik kemudian membalas dengan tetap duduk di tempat..”Pras.” jantung Pras berdegup kencang, tangannya dingin.

 

Gadis kikuk, apalagi menatap seraut wajah ganteng yang selama ini menyimpan misterius, dan tiba-tiba Gadis tersadar “Oh kaki sebelah kanan Pras tidaklah sempurna, mulai dari lutut sampai ke jari-jari kakinya mengecil, pada punggung kakinya menggelembung karena tonjolan tulang yang berkembang tidak pas,Pras mengenakan sepatu khusus yang pastinya harus di pesan pada pembuat sepatu untuk orang-orang cacat.” Gadis cepat merekam seluruh wujud fisik lelaki ganteng yang sekarang ada di hadapannya. Terjawablah mengapa lelaki berinisial FA dalam karya-karyanya anti publikasi.

 

Mang Seno menangkap kekagetan juga kekakuan yang tiba-tiba menyerang Gadis dan tuannya.

 

Sesaat diam…

Masing-masing tenggelam dengan kesan pertama.

 

“Oh Iya Mas Pras ini Boy partner saya, nanti kalau Mas Pras tidak keberatan mengambil gambar Mas Pras,” Gadis sudah menguasai diri dan mencoba bersikap netral.

 

“Ok, kalian pasti lapar kita makan siang dulu aja ya,”kata Pras.

 

“Wah boleh-boleh, kita santai aja Mas Pras…kebeneran nih teman saya sudah dari tadi ngeluh lapar,” ledek Gadis ke Boy.

 

“He he he ayolah pesan, disini yang menjadi favorit saya frice rice noodle nya, ini percampuran nasi goreng dan kwitau. Gadis bisa coba fry rice vegetarian yang kebannyakan disukai bagi pencinta sayuran, atau mau coba tomyam nya juga enak .” Pras bernafas lega ternyata tidak setegang yang dia perkirakan.

 

“Kalau Mang Seno siih pasti Soto Ayam, iya kan Mang.”

 

“Ha ha ha, Mas Pras sudah pasti tahu makanan kesukaan saya.”mang Seno tertawa lega, ternyata tuan yang amat disayangi berani menghadapi orang, ini awal bagus untuk mengikis rasa minder yang bertahun-tahun bersemayam pada diri Pras.

 

Sembari makan, sesekali Pras mencuri-curi wajah Gadis, “Ternyata Gadis lebih cantik aku pandang dari dekat.”

 

“Mas Pras sungguh ganteng, andai dia tidak harus cacat pasti sudah banyak wanita yang dia pacari, mapan, berada, apakah dia sudah punya pendamping? Hmmm andai aku bisa memikat pria ini, aku tidak sulit untuk mengalirkan berita-berita up to date tentang perkembangan karirnya,” pikiran Gadis kemana-mana.

 

“Okay, memang benar-benar lezat tomyamnya Mas Pras, ternyata selain pintar memotret ternyata soal makanan ahli juga ya,”puji Gadis.

 

“Nanti kapan-kapan kita makan bareng lagi ya, aku akan tunjukan tempat makan juga tempat-tempat yang indah.” Lanjut Pras.

 

“Wah mau sekali, asyik kan Boy mewawancarai mas Pras,” Gadis girang, sementara Boy tidak bisa banyak komentar. Apa yang Boy takutkan adalah Pras menyukai Gadis, tetapi Gadis masih dengan ambisi hati yang belum tahu kapan berujung. Bagi Boy Gadis kadang sangat tidak berperasaan, karena selama inipun Boy harus membunuh rasa cintanya, setelah jelas-jelas Gadis menolaknya.

Profesional kerja membuat Boy bertahan dan seiring waktu memang pupus cinta Boy kepadanya. Hanya saja Boy merasa kasihan dengan pria yang kerap terjebak dengan perilaku gadis yang jinak-jinak merpati. Gadis yang dengan gampang kesana-kemari, meninggalkan satu pria ke pria lain tanpa ada rasa bersalah. Beberapa pria yang diawal dia anggap susah di taklukan, ternyata gampang saja! dia raih, paling hanya bertahan beberapa bulan. Setelah Gadis bosan akan ditinggalkan begitu saja, tanpa peduli pria-pria itu merana dibuatnya. Boy merasa berdosa mengikuti kemaunan Gadis, tapi mau bagaimana lagi ? Belum ada pilihan yang bagus bagi dirinya. Boy kerap menasehati Gadis untuk merubah sikap seenaknya, tapi selalu mental. Gadis masih semau gue , “Maaf Boy aku masih belum bisa terikat dengan 1 pria..” selalu itu yang Gadis ucapkan dengan ringan.

Dan firasat Boy, pasti Gadis akan mempermainkan Pras juga, apalagi Boy bisa menebak Pras jatuh hati pada Gadis. Tatapan mata lelaki yang kasmaran!

 

Bersambung

 

Ilustrasi : layoutsparks.com

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun