Mohon tunggu...
Noorhani Laksmi
Noorhani Laksmi Mohon Tunggu... Administrasi - writer, shadow teacher, Team Azkiya Publishing dan Sanggar Rumah Hijau, Admin Komunitas Easy Writing

http://noorhanilaksmi.wordpress.com FB : Nenny Makmun

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sad Story: Stop Violence of Child!

26 Agustus 2010   05:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:42 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah Haru Dari Seorang Anak Kecil  dikirim dari makmun13@yahoo.com
Sungguh mengharukan......
 
Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar  meninggalkan 
anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak  tunggal pasangan ini, 
perempuan cantik berusia tiga setengah tahun.  Sendirian ia di rumah dan kerap 
kali dibiarkan pembantunya karena sibuk  bekerja di dapur. Bermainlah dia 
bersama ayun-ayunan di atas buaian yang  dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga 
dan lain-lain di halaman  rumahnya.
 
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai  tempat 
mobil ayahnya diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari  marmer maka 
coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru  ayahnya. Ya... karena 
mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak  jelas. Apalagi anak-anak ini 
pun membuat coretan sesuai dengan  kreativitasnya.
 
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin  menghindari 
macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka  ia beralih ke 
sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya,  gambarnya sendiri, 
lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut  imaginasinya. Kejadian itu 
berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu  rumah.
 
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil  yang 
baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama  lunasnya. Si bapak 
yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus  menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" 
.... Pembantu rumah yang tersentak  engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga 
beristighfar. Mukanya merah  adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis 
tuannya. Sekali lagi  diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan 
' Saya tidak  tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau 
lakukan?"  hardik si isteri lagi.
 
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari  kamarnya. 
Dengan penuh manja dia berkata "Dita yg membuat gambar itu  ayahhh.. cantik 
...kan!" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja  seperti biasa.. Si ayah 
yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang  ranting kecil dari pohon di 
depan rumahnya, terus dipukulkannya  berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si 
anak yang tak mengerti apa  apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. 
Puas memukul telapak  tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
 
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas  dengan 
hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu  harus berbuat 
apa... Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan  kemudian ganti tangan 
kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah  diikuti si ibu, pembantu rumah 
tersebut menggendong anak kecil itu,  membawanya ke kamar.
 
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil  
luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu.  Sambil 
menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga  menjerit-jerit 
menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si  pembantu rumah 
menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan  anak itu tidur bersama 
pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah  tangan si anak bengkak. Pembantu 
rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan  obat saja!" jawab bapak si anak.
 
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang  menghabiskan 
waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi  pelajaran pada anaknya. Tiga 
hari berlalu, si ayah tidak pernah  menjenguk anaknya sementara si ibu juga 
begitu, meski setiap hari  bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, 
Bu"...jawab pembantunya  ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. 
Sebelum si ibu masuk  kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat 
anaknya Dita  dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar 
pembantunya.
 
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu  badan Dita 
terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00  sudah siap" kata 
majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah  dibawa ke klinik. 
Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit  karena keadaannya susah 
serius. Setelah beberapa hari di rawat inap  dokter memanggil bapak dan ibu anak 
itu. "Tidak ada pilihan.." kata  dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua 
tangan anak itu dipotong  karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi 
akut..."Ini sudah  bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya 
harus  dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan  
terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti  berputar, 
tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
 
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata  
isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan  
pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan  habis, 
si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua  tangannya berbalut 
kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian  ke wajah pembantu rumah. 
Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua  menangis. Dalam siksaan menahan 
sakit, si anak bersuara dalam linangan  air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan 
melakukannya lagi.... Dita tak  mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... 
Dita sayang ayah..sayang  ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal 
menahan rasa  sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah  
pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
 
"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak  akan 
mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?...  Bagaimana Dita 
mau bermain nanti ?... Dita janji tidak akan  mencoret-coret mobil lagi, " 
katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati  si ibu mendengar kata-kata anaknya. 
Meraung-raung dia sekuat hati namun  takdir yang sudah terjadi tiada manusia 
dapat menahannya. Nasi sudah  jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu 
meneruskan hidupnya tanpa  kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa 
tangannya tetap harus  dipotong meski sudah minta maaf...Tahun demi tahun kedua 
orang tua  tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat 
Sang  Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis  
penyesalannya yg tak bertepi..., Namun...., si Anak dengan segala  keterbatasan 
dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat  sayang dan selalu 
merindukan ayahnya..
 
regrads,
M a k m u n # 0 0 3
 
 “ Anak adalah titipan dari Allah…semoga kita bisa menjaga amanah ini 
 dengan sebaik-baiknya…Ya Allah beri kami kemudahan untuk menjaga 
 dan membimbing mereka menjadi anak yang sholeh “

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun