Mohon tunggu...
noorameliaramadhani
noorameliaramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Islam di Kudus

;)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesetaraan Gender: Lebih dari Sekadar Isu, Tapi Bagian dari Kehidupan Sehari-hari

7 Desember 2024   16:09 Diperbarui: 7 Desember 2024   16:39 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Noor Amelia Ramadhani, Fara Sella Magfiroh, Dini Ashif Sutra Rosyada

Kesetaraan gender itu bukan hanya soal kata-kata atau teori yang diperdebatkan di seminar-seminar. Ini adalah soal bagaimana kita bisa memberikan kesempatan yang sama buat semua orang, nggak peduli apakah mereka laki-laki atau perempuan. Kalau kamu pikir kesetaraan gender cuma urusan perempuan, coba deh pikir lagi. Masalah ini buat semua orang! Semua orang berhak mendapatkan kesempatan yang adil dalam segala hal, termasuk di rumah, di tempat kerja, atau bahkan di sekolah (McIntosh, 2022).

Sering nggak sih kita denger kalau pekerjaan rumah tangga itu "kerjaan cewek" atau posisi penting di perusahaan itu lebih cocok buat laki-laki? Padahal, nggak ada yang salah kalau laki-laki atau perempuan sama-sama berbagi peran di rumah atau punya karir yang luar biasa di dunia kerja. Kesetaraan gender itu justru tentang memberikan ruang bagi semua orang untuk mengejar apa yang mereka mau, tanpa dibatasi oleh pandangan tradisional yang sudah usang (Benschop et al., 2021).

Kesetaraan gender bukan berarti perempuan dan laki-laki harus persis sama dalam segala hal, ya. Yang dimaksud adalah memberikan kesempatan yang setara untuk setiap orang, apapun jenis kelaminnya. Misalnya, perempuan harus punya hak yang sama buat bisa jadi pemimpin atau mendapat kesempatan yang sama dalam pekerjaan. Begitu juga, laki-laki seharusnya nggak perlu merasa terbebani untuk selalu kuat atau nggak boleh nangis, dan bisa lebih terlibat dalam mengurus anak atau rumah tangga (Hoffman & Lee, 2023).

Tapi kita nggak bisa menutup mata kalau jalan menuju kesetaraan gender masih panjang dan penuh tantangan. Meskipun sudah banyak kemajuan, masih ada kok hambatan-hambatan besar, seperti gap upah antara laki-laki dan perempuan, atau kurangnya perempuan di posisi pimpinan. Bahkan, kekerasan berbasis gender masih jadi masalah serius di banyak negara (Gannon & Franklin, 2020). Jadi, meskipun banyak yang bilang "sudah maju", kenyataannya banyak perempuan yang masih berjuang keras untuk mendapatkan hak yang sama.

Di sisi lain, kesetaraan gender nggak hanya menguntungkan perempuan, loh! Laki-laki juga diuntungkan dengan kesetaraan gender, karena mereka nggak lagi harus terjebak dalam ekspektasi sosial yang mengharuskan mereka selalu tampil kuat dan nggak boleh tampak lemah. Laki-laki pun berhak menunjukkan sisi emosional mereka, dan ikut berbagi peran di rumah atau dalam pengasuhan anak tanpa merasa malu atau dihakimi (Messerschmidt, 2021). Jadi, kesetaraan gender itu buat semua orang, bukan cuma perempuan.

Kesetaraan gender bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang sederhana kok. Misalnya, di rumah, coba deh berbagi tugas dengan pasangan. Jangan biarkan pekerjaan rumah tangga hanya dianggap tugas perempuan aja. Kalau di tempat kerja, pastikan semua orang, baik laki-laki atau perempuan, punya kesempatan yang sama untuk berkembang dan mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Intinya, jangan biarkan gender jadi alasan orang nggak bisa meraih potensi terbaiknya (Cohen & Brown, 2022).

Kalau ngomongin soal pekerjaan, kesetaraan gender harus diperjuangkan lewat tindakan nyata. Gaji yang setara untuk pekerjaan yang sama, kesempatan yang sama buat menduduki posisi penting, dan perlakuan yang adil tanpa diskriminasi adalah langkah konkret yang harus diperjuangkan (Harrison & Tsuji, 2023). Perempuan dan laki-laki dengan keterampilan yang sama harusnya mendapatkan peluang yang sama untuk maju.

Pendidikan juga jadi kunci buat menciptakan kesetaraan gender. Dengan mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menghargai perbedaan sejak dini, kita bisa membantu mereka tumbuh jadi orang yang lebih terbuka dan menerima peran gender yang lebih fleksibel. Ini juga akan mengurangi stereotip gender yang sering kali membatasi potensi mereka (Harrison & Jackson, 2022).

Selain itu, pemberdayaan perempuan itu nggak bisa dipisahkan dari kesetaraan gender. Kalau perempuan punya akses yang sama untuk pendidikan, berkarir, dan terlibat dalam pengambilan keputusan, mereka bisa berkontribusi besar dalam perkembangan sosial dan ekonomi. Penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan (Smith & Zhang, 2023).

Tapi, kita nggak bisa berharap perubahan hanya datang dari perempuan aja. Semua orang harus ikut berperan. Pemerintah, masyarakat, sektor swasta, hingga individu, semuanya punya tanggung jawab untuk menciptakan dunia yang lebih setara. Kesetaraan gender itu hak dasar setiap orang, tanpa peduli apakah dia laki-laki atau perempuan (Zhao, 2021).

Pada akhirnya, kesetaraan gender itu bukan hanya tentang memberi kesempatan yang sama, tapi juga menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk semua orang. Bayangkan dunia di mana setiap orang bisa mengejar mimpinya tanpa takut dibatasi oleh peran-peran yang sudah usang. Dunia seperti itu pasti lebih adil dan menyenangkan, kan? (McIntosh, 2022; Zhao, 2021).

Menciptakan kesetaraan bukan hanya tugas satu pihak saja, tapi tugas bersama. Ini adalah perjalanan panjang yang memerlukan kerjasama kita semua: pemerintah, masyarakat, perusahaan, hingga individu di tingkat keluarga. Jadi, mari kita mulai dari hal kecil, seperti berbagi tugas di rumah atau menghargai setiap suara di ruang rapat, karena perubahan besar dimulai dari langkah-langkah sederhana. Kesetaraan gender bukan sekadar impian, tetapi sebuah keniscayaan yang bisa kita wujudkan bersama untuk masa depan yang lebih adil dan berdaya. 

DAFTAR PUSTAKA

Benschop, Y., van den Brink, M., & Brouns, M. (2021). Gender Equality in Organizations: Key Issues and New Directions. Gender, Work & Organization, 28(1), 2-16.

Cohen, P., & Brown, J. (2022). Revisiting Gender Roles: A New Path Forward. Gender & Society, 36(3), 322-339.

Gannon, M., & Franklin, T. (2020). The State of Gender Equality in the Workplace: Progress and Challenges. Journal of Business Ethics, 154(2), 315-333.

Harrison, K., & Jackson, S. (2022). Breaking Barriers: Gender Equality in Education and Career. Educational Researcher, 51(4), 420-435.

Hoffman, L., & Lee, T. (2023). The Gender Divide: A New Look at Gender Equality in Modern Societies. Social Forces, 102(1), 79-98.

McIntosh, P. (2022). The Evolution of Gender Equality: New Perspectives and Opportunities. International Journal of Gender Studies, 9(1), 55-70.

Messerschmidt, J. W. (2021). Masculinities and Gender Equality: Implications for Policy and Practice. Gender & Society, 35(4), 563-586.

Smith, A., & Zhang, Y. (2023). Gender, Work, and Growth: The Impact of Gender Equality on Economic Development. World Development, 149, 105682.

Zhao, R. (2021). Reframing Gender: A Global Approach to Achieving Equality. Gender and Development, 29(2), 263-276.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun