Mohon tunggu...
noor maryam
noor maryam Mohon Tunggu... -

Aku adalah seorang ibu yang senang membaca & berbagi hal-hal yang positif. Kegiatanku selain mengurus rumah tangga adalah mengajar anak-anak di rumah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fatherless Children

5 April 2011   03:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:07 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_100136" align="aligncenter" width="300" caption="anak jalanan mengais rejeki "][/caption] Kemarin malam saya dan suami pergi untuk membeli sesuatu di mini market & toko obat dekat rumah.  Setelah membeli beberapa kebutuhan, salah satunya berupa obat tetes mata untuk kucing saya cecil yang lagi belekan, dan saya membelinya sekaligus untuk mengobati matanya & juga buat saya & suami supaya tidak tertular...tentunya obat tetes mata itu diteteskan ke mata saya & suami terlebih dulu baru ke kucing..dengan jarak penetesan yang cukup jauh sehingga ujung pipet tidak mengenai mata saya ataupun mata kucing..(ya iyalah..).dan Alhamdulillah...sekarang dia sembuh! dan dia bisa bebas tidur atau minta gendong di pangkuan saya kapan pun dia mau. Di tempat parkir saya bertemu dengan anak tetangga berumur belasan tahun sedang asyik bermain gitar bersama teman-temannya, sebut saja namanya Rio .  Ketika ia masih SD ia kadang ikut ngaji ke tempat saya bersama adiknya yang perempuan.  Dari sejak SD itu, ia sudah kelihatan nakalnya, kalau ada game atau tebak-tebakan suka gak mau kalah, pengennya menang & kalau adiknya yang menang dia sirik sampai adiknya nangis karena hadiahnya direbut oleh dia..kalo udah kejadian begitu cara halus udah gak mempan, terpaksa deh pake cara yang 'tegas' dalam arti melebarkan kelopak mata alias melotot dan meninggikan intonasi suara. Saya dengar sendiri curhat dari ibunya mengenai anak laki-lakinya yang paling besar itu, adaaaaaa saja ulahnya yang membuat kesal.  Lulus SMP Rio dimasukkan ke pesantren dengan harapan lingkungan pesantren & materi agama yang diberikan secara intensif di pesantren akan meredam kenakalannya.  Ternyata harapan itu tidak terwujud. Rio masih tetap nakal justru kenakalannya makin menjadi & mulai terbiasa merokok.  Mungkin selama di pesantren dia berteman dengan anak yang nakal juga.  Akhirnya orang tua Rio memutuskan untuk memulangkan Rio & tidak meneruskan pendidikan di pesantren. Entah bagaimana ceritanya, sekarang  Rio bekerja di tempat cuci motor dekat mini market tetapi dia tidak pernah pulang. Makanya saya ketemu dia di tempat parkir itu, dan setiap kali saya lewat, saya selalu melihatnya berada di sekitar itu.  Adiknya pun mengiyakan bahwa Rio memang sudah kerja & jarang pulang ke rumah. Keluarga Rio adalah keluarga dengan taraf ekonomi menengah, tidak ke atas & tidak pula di bawah..benar-benar di tengah...kelas ekonomi tanggung...istilah saya begitu.  Ayahnya adalah seorang buruh di pabrik minuman bersoda di daerah Jakarta Utara. Pergi kantor sebelum adzan berkumandang demi mengejar kereta ekonomi paling pertama yang akan mengantarnya hingga stasiun kota Jakarta dan pulang sekitar jam 9 malam, begitu setiap harinya kecuali Minggu. Kadang-kadang ayahnya Rio pulang pergi naik motor, tetapi jam berangkat & pulangnya tetap sama...kalo gitu mah mending naik kereta aja atuh ya? biar gak terlalu cape...kalau saya istrinya pasti saya bilang.. Jadi interaksi antara ayah & anak hanya terjadi seminggu sekali.  Untung ibunya Rio tidak bekerja di luar rumah, dia membuka warung di rumahnya.  Tentu dengan kesibukan mengatur rumah tangga tanpa asisten cukup merepotkan bagi ibu 4 anak yang anak terakhirnya masih berusia 1 bulan, karena kebobolan KB.  Padahal si pangais bungsu belum genap 2 tahun...waduh gak kebayang deh kalo saya pasti udah nyari asisten RT dari kemarin-kemarin.  Emang siy...ada yang mampu mengatur rumah tangga sendiri tanpa bantuan asisten padahal anaknya banyak & dia baik-baik saja, anak-anaknya pun sehat & berprestasi..Subhaanallah...waah itu mah wonder woman...2 thumbs up lah..kalo saya mah jujur aja gak sanggup.  Daripada stress & cape sehingga malam tidak bisa melayani suami dengan maksimal...(halaaah)....lebih baik menggaji asisten untuk pekerjaan berat seperti mencuci, menyetrika, mengepel (segitu aja berat..?) kecuali masak, karena saya ingin suami merasakan cinta pada masakan yang saya buat...;P o ya perlu diketahui bahwa mengajar les & ngaji cukup menyita waktu & tenaga, sehingga saya takut pekerjaan rumah tidak beres-beres...apalagi kalau sambil online & blogging...pasti gak ada yang beres... ...ok kembali ke lap...top... Dalam perjalanan pulang saya & suami membahas sedikit tentang Rio & perasaan kedua orang tuanya..bagaimana yaa perasaan orang tuanya...anak laki-laki pertamanya dalam usia yang masih sangat belia berada di luar pengawasan & pengasuhan orang tuanya.  Apakah suatu saat Rio akan kembali ke rumahnya? Kenapa Rio sangat bandel & tidak bisa dikendalikan? Wallahu a'lam...tiba-tiba saya teringat pada pembahasan Ibu Elly Risman S.Psi mengenai kesalahan pola asuh pada orang tua yang sibuk. Orang tua akan sangat mengandalkan pengasuhan & pendidikan anak-anak mereka pada pihak lain seperti sekolah, les dll.   Dalam kasus Rio, ketidakhadiran ayah dalam kehidupan sehari-hari anak berdampak negatif pada perilakunya. Rio mempunyai ayah kandung tapi dia seperti tak punya ayah karena ayahnya sibuk bekerja, ketika ia bangun ayah sudah pergi & waktunya tidur ayah belum pulang. Mereka bertemu pada hari Minggu saja, itu pun waktunya ayah istirahat setelah sepekan membanting tulang untuk mencari nafkah.  Jadi kapan dong menjalin komunikasi & berinteraksi? Rio adalah contoh nyata fatherless children. Di Amerika kasus fatherless children banyak terjadi karena banyaknya anak yang lahir dari hasil hubungan bebas dan si anak diasuh oleh ibunya saja karena si ayah tidak mau bertanggung jawab atau si ibu memilih untuk menjadi single parent, perceraian dan kesibukan orang tua. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan beberapa diantaranya adalah: 1. Tertarik untuk mengetahui secara mendalam masalah seksual lebih cepat daripada anak yang mendapatkan perhatian dari orang tua yang lengkap secara fisik, secara formal & secara psikis. 2.  Kehilangan identitas diri 3.  Penyalahgunaan narkotika 4.  Kehilangan orientasi seksual 5.  Mengalami resiko pelecehan seksual dan dampak lainnya yang tidak kalah serem ... buat anak laki-laki atau perempuan ...sama saja...anak-anak kan amanah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang harus dijaga sebaik mungkin sedini mungkin... unfortunately..now we live in a material world...everything needs money...mau parkir harus bayar, keluar dari WC bayar...sagala kudu bayar...tapi apakah kasih sayang & perhatian orang tua itu bisa digantikan oleh baby sitter, uang, dengan mainan, dengan es krim dll ??....saya rasa tidak...bagaimana dengan Anda?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun