Mohon tunggu...
noor maryam
noor maryam Mohon Tunggu... -

Aku adalah seorang ibu yang senang membaca & berbagi hal-hal yang positif. Kegiatanku selain mengurus rumah tangga adalah mengajar anak-anak di rumah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Televisi dan Gaya Hidup Modern

13 Juni 2010   04:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan kita sehari-hari sekarang ini tak terpisahkan dari kotak ajaib yang sering disebut televisi. Mulai dari balita sampai kakek-nenek tak asing lagi dengan televisi.  Acara televisi menjadi bagian dari kegiatan kita sehari-hari.  Makan sambil nonton TV, masak sambil nonton TV, minum kopi sambil nonton TV, bahkan menyetir pun sambil nonton TV! Luar biasa daya tarik televisi ini sehingga tak terasa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. Televisi memang media yang efektif dalam menyampaikan pesan dan informasi karena dengannya kita bisa melihat sekaligus mendengarkan informasi yang disampaikan.  Maka televisi merupakan salah satu media edukasi yang cukup efektif.  Bagi teman-teman yang sebaya denganku, mungkin masih ingat dulu TVRI adalah satu-satunya stasiun TV di Indonesia, betapa hausnya kita dalam mendapatkan pengetahuan dan hiburan di TV sehingga acara flora & fauna yang menayangkan kehidupan hewan-hewan di alam liar atau keindahan alam bawah laut yang diliput oleh Jacques-Yves Cousteau atau episode si Unyil dan teman-temannya yang nasionalis dan kompak adalah acara-acara favoritku di masa kecil, dan aku sangat bersyukur bahwa orang tuaku mengarahkan aku untuk menonton acara-acara yang mendidik itu. Seiring  dengan perkembangan zaman dan teknologi, semakin marak dan berkembang pula media komunikasi dan hiburan bagi semua kalangan usia.  Anak-anak SD sudah mahir on-line dan ber-facebook ria melalui PC, laptop, BB ataupun HP-nya. Dulu, HP adalah alat canggih dan mahal yang tak semua orang bisa punya.  Sekarang kita bisa memesan sayur lewat SMS kepada abang sayur langganan kita :).  Dimana-mana orang memegang BB dan HP-nya, sibuk ber-SMS atau meng-update status, sampai terciptalah istilah autis di kalangan mahasiswa untuk menggambarkan keadaan mereka yang seolah-olah tak peduli dengan lingkungan sekitarnya.  Acara TV pun semakin banyak pilihan.  Tak perlu khawatir tertinggal berita yang paling aktual, karena hampir setiap jam, stasiun televisi selalu menayangkan berita paling aktual dan tajam, sampai-sampai kita hafal dan mampu menceritakannya kembali kepada suami ketika Ia pulang dari kantor, sefasih pembawa beritanya.   Sementara kantor pos semakin sepi dan perangko adalah barang yang semakin antik karena orang lebih suka mengirim e-mail karena lebih praktis, murah dan cepat. Semua perkembangan teknologi yang membantu kita mendapatkan informasi, menyambungkan komunikasi, dll adalah suatu keuntungan bagi kita yang hidup di jaman serba modern ini, tapi tentu saja tidak selamanya perkembangan teknologi itu berdampak positif.  Ada efek negatif yang sedang dan akan terjadi jika kita tidak bisa memanfaatkan perkembangan teknologi itu dengan benar.  Saat ini efek negatif itu begitu dahsyat bak gulungan bola salju yang semakin membesar, kecuali kita segera melakukan pencegahan dan pemulihan dengan cepat agar efek negatif itu tidak semakin meluas dan mempengaruhi jiwa generasi penerus estafet bangsa ini, yaitu anak-anak dan remaja. Ada beberapa tips yang aku rangkum dari beberapa artikel dan situs untuk menekan efek negatif dari perkembangan teknologi informasi, yaitu: 1. Berilah jatah waktu bagi anak-anak untuk bermain game atau online.  Misalnya memberikan jatah bermain game atau online di internet seminggu sekali pada hari libur dengan jumlah waktu tertentu. 2. Dampingi anak saat menonton TV, bermain game dan mengakses internet.  Memiliki akses internet di rumah jauh lebih baik daripada kita membiarkan anak untuk mengakses internet di warnet sendirian atau bersama teman-temannya. 3.  Arahkan anak untuk menonton TV atau mem-browsing situs-situs yang mendidik.  Jika kita sulit menemukan acara TV yang mendidik, maka lebih baik kita memutar DVD yang edukatif.  Terdapat banyak sekali situs-situs yang mendidik di internet. Kita bisa tanya sama mbah google dan pilih yang paling sesuai dengan minat dan usia anak. 4.  Berilah anak hiburan dan aktivitas di luar rumah sehingga kemampuan bersosialisasi dengan dunia nyata dan teman-teman sebaya mereka semakin terasah. Dan tingkat ketergantungan mereka dengan game atau internet pun akan semakin berkurang. 5.  Anak-anak di bawah usia 12 tahun sebaiknya diberikan alat komunikasi yang terbatas pada pengiriman pesan (SMS) atau  menelepon saja.  Semakin lengkap fasilitas pada alat komunikasinya, semakin rentan anak terpapar kiriman video atau audio yang tidak sehat begi perkembangan jiwanya. 6.  Seringlah berkomunikasi dengan anak.  Dengan seringnya berkomunikasi, orangtua akan peka merasakan akibat negatif yang terjadi pada anak sehingga orangtua dapat lebih cepat bertindak untuk mencegah dan mengatasinya. sumber: http://www.connectsafely.org/ http://www.safekids.com/ http://ictwatch.com/internetsehat/2010/03/19/8-panduan-dahsyat-untuk-anak-pencinta-game/ http://megapolitan.kompas.com/read/2010/02/11/17080896/Lagi..Remaja.Jadi.Korban.Facebook

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun