Mohon tunggu...
Noor Zainab
Noor Zainab Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Selayak pena, ingin kuberitahu dunia lewat goresan tinta. Aku hanya perempuan sangat biasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Happy Teacher's Day :: Catatan Perjalanan ke Sekolah Islam di Victoria, Australia

26 November 2014   05:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:50 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Happy Teacher’s Day

Selamat untuk semua guru di Indonesia..

Semoga semua guru di Indonesia selamat..

[Sesuatu banget ya… Daleeem maknanya, hehe]

Di hari yang berbahagia ini, saya ingin menghadiahkan sebuah catatan perjalanan ke Australian International Academy di Merlynston, North Coburg. Sebelumnya sekolah ini dikenal dengan nama King Khalid Islamic College of Victoria, merupakan salah satu dari 5 kampus AIA yang tersebar di Melbourne,   New South Wales, Abu Dhabi, dan Caroline Spring.

Hal pertama yang saya perhatikan disini adalah dominansi wajah putra putri Timur Tengah yang sangat indah. Subhanallah… Seharusnya saya menjaga pandangan disini. Baik siswa putra maupun putri memiliki wajah khas Timur Tengah dengan kulit putih, pipi kemerah-merahan, hidung mancung, dan mata yang indah. Sebagian lainnya adalah muslim kulit putih Eropa dan Australia. Sebagian kecil lainnya memiliki wajah muslim Afrika. Maha suci Allah yang telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Sebagai tambahan, di Melbourne saya pernah melihat manusia mulai dari kulit yang paling putih sampai yang paling hitam, dengan beraneka ragam bentuk fisiknya. Kadang ada rasa ciut juga, melihat bangsa kulit putih dengan postur tubuh tinggi dan wajah yang tak perlu make-up [karena mereka udah beautiful-handsome dari lahir]  berjalan dimana-mana. Tapi, Alhamdulillah saja, masih banyak yang patut disyukuri daripada diratapi sebagai bangsa Indonesia.

Saya dan 39 orang teman-teman Indonesia disambut oleh seorang perwakilan guru yang ditunjuk sebagai guide kami disana. Sejenak selepas dipersilakan memasuki pintu utama, kami diminta menghadiri The General Assembly. Seperti sebuah opening ceremony, yang biasanya dilaksanakan setiap awal pembelajaran atau mungkin setiap minggu bahkan setiap bulan, saya lupa menanyakannya.

Baru disini, setelah 18 hari menginjakkan kaki di Melbourne, saya mendengarkan lantunan Asmaul Husna dibacakan bersama-sama secara langsung. Rasanya ada bulir-bulir embun yang membasahi relung hati yang kering kerontang. Di negeri tanpa azan ini, kehadiran saudara seiman begitu bermakna. Iman, sebuah ikatan persaudaraan yang sangat dekat dan erat, bahkan lebih dari sekedar saudara kandung, kami disatukan oleh ikatan yang sangat kokoh, Iman dan Islam.

Disusul pembacaan ayat suci Al Qur’an dan Hadits Rasulullah. Perasaan saya saat itu bagaikan selembar langit yang mengharu biru, bahagia campur haru. Ternyata di Australia, Negara yang saya anggap sekuler, Islam bisa berdiri tegak dan  dihormati. Saya masih  bisa bertemu dengan saudara seagama dan seiman, meski dalam jumlah kecil.

Selanjutnya, “Advance Australia Fair”, lagu kebangsaan Australia bergema dinyanyikan seluruh siswa yang hadir saat itu. Kami hanya ikut berdiri dan mendengarkan sebagai bentuk penghormatan kepada tuan rumah yang telah menerima kami dengan tangan terbuka.

Kami dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 10 orang. Ada 3 sesi observasi kelas yang akan kami jalani. Setiap kelompok dibantu oleh seorang siswa sebagai guide menuju kelas yang akan diobservasi. Sayangnya, kami tidak diizinkan mengambil gambar, kecuali salah seorang teman yang bertugas. Pada catatan kali ini, sengaja saya lebih menekankan bagian lain dari pembelajaran yang unik dan mungkin belum pernah saya dan teman-teman temui di Indonesia.

Observasi pertama, kelas 7 B

Ada poster di dinding, bunyinya “Clean Up.. Sit Quietly.. Naughty Student don’t leave”. Dalam bahasa Indonesia, kira-kira begini, “ Bersih… Duduk Tenang… Murid yang nakal jangan tinggal di kelas”

Observasi kedua, kelas 6 B

Ada pajangan dinding yang salah satunya berbunyi, “Honesty.. When you lie, you are not Muslim at that moment”. Artinya, “Kejujuran… Ketika kamu berbohong, kamu bukanla seorang Muslim saat itu”.

Seketika saya teringat dengan diri saya, Indonesia dan mahalnya harga kejujuran disana, terlebih lagi di dunia pendidikan. Saya kira hampir semua orang tau apa yang saya maksud.

Observasi ketiga, kelas 9 C

Banyak sekali pajangan di dinding kelas. Ada gambar hasil karya siswa, tulisan kreatif, ada papan khusus IPA, Matematika, Kemanusiaan, Agama, dll. Ada pula papan PR mingguan, jadwal pelajaran.

Setiap guru di kelas selalu meng-update kehadiran siswa dan nilai-nilai mereka ke dalam jaringan internet sekolah, sehingga orang tua mereka bisa mengecek perkembangan anaknya setiap saat. Pada pelajaran matematika, penggunaan kalkulator di kelas adalah hal biasa. Tanggung jawab dan keprofesionalan guru sangat terlihat dari perencanaan dan pengalaman mereka mengajar selama sekian tahun. Di sekolah ini, tidak semua guru beragama Islam. Mereka mengajar sesuai kompetensi bidang keilmuan yang dimilikinya.

Di akhir observasi, kami dikumpulkan di sebuah ruangan untuk menikmati hidangan lunch karya siswa AIA. Yang paling saya sukai, adalah cake manis-nya. Hidangan lainnya hanya pengganjal perut saja. Sepertinya, lidah Indonesia saya terlalu jaim terhadap hidangan mereka. Alhamdulillah atas semuanya…

Sesi selanjutnya adalah pemaparan singkat dari Pimpinan AIA dan beberapa guru Matematika dan IPA tentang pembelajaran di AIA. Excellent. Sekolah ini adalah salah satu sekolah Islam yang menerapkan kurikulum Australia berpadu dengan kurikulum Internasional dan patut diperhitungkan keberadaannya di Victoria dengan segala prestasi yang telah diraih. Sebagai seorang Islam, tentu saja saya ikut bangga.

Sayup-sayup terdengar azan zuhur berkumandang di AIA. Ini azan pertama yang saya dengar secara langsung di Melbourne, selebihnya saya hanya mendengar dari alarm jadwal sholat yang disetel di Android Asus kesayangan saya.

Waktunya pulang. Saatnya menjelajah Melbourne, mumpung waktu siang masih lama. Saya dan beberapa teman memutuskan pergi ke South Melbourne Beach, sebuah pantai nan indah di East Coburg. Disini kami melanjutkan sesi lunch yang tertunda ditemani sekelompok burung camar yang sangat cantik.

Melbourne,  22 October 2014


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun