Mohon tunggu...
noor johan
noor johan Mohon Tunggu... Jurnalis - Foto Pak Harto

pemerhati sejarah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Melindungi Segenap Bangsa Indonesia

15 Juli 2024   10:50 Diperbarui: 15 Juli 2024   10:56 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
VOA Indonesia/Presiden Terpilih Prabowo Subianto  

Noor Johan Nuh

Mengkhawatirkan Konflik Dikawasan

Presiden terpilih Prabowo Subianto saat memberikan pembekalan kepada Calon Perwira Remaja di Balai Sudirman mengatakan;  "Untuk apa kita bangun gedung-gedung, pelabuhan, bandara. Untuk apa kita bangun kereta api cepat, untuk apa kita bangun jalan raya, untuk apa kita bangun waduk, kalau negara ini tidak utuh, tidak aman, tidak terlindungi," ujar Prabowo dalam acara tersebut.

Pernyataan itu seperti menyesali beragam proyek pembangunan yang dikerjakan oleh pemerintahan Jokowi yang sebelumnya dikatakan bahwa arah pembangunan selama ini sudah tepat dan dilanjutkan.  

Lebih lanjut Prabowo mengatakan bahwa sesuai dengan pesan yang tercantum dalam mukadimah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yaitu tujuan nasional yang pertama adalah melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.

Dari pernyataan tersebut tersirat bahwa Prabowo mengkhawatirkan pertahanan Indonesia di tengah potensi konflik antara China versus Amerika dan sekutunya di Laut China Selatan, perang Rusia dengan Ukrania yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun, serta pergolakan di Timur Tengah tak kunjung reda, yang semua ini berpotensi menimbulkan perang yang lebih luas.

Mendayung Antara Dua Karang

Baik kiranya disimak bagaimana Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia, dimulai dari  pidato Wakil Presiden Mohammad Hatta di depan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat tanggal 2 September 1948, berjudul "Mendayung Antara Dua Karang." Hatta menguraikan politik luar negeri bebas dan aktif, tidak terikat pada blok mana pun, serta mewujudkan perdamaian dunia yang berkeadilan sosial dan bebas dari koloniallisme.

Politik bebas aktif Indonesia tak terikat blok manapun menjadikan Indonesia sebagai mercusuar dunia dalam konsep gerakan non blok yang menyatu padu dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955.

Indonesia yang baru merdeka sepuluh tahun dipotong perang kemerdekan selama lima tahun, dimotori Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Ali Sostro Amidjojo, muncul sebagai pemimpin baru bagi negara-negara di Asia Afrika dan sepuluh poin yang dihasilkan konferensi itu dikenal sebagai Dasa Sila Bandung, menjadi inspirasi bagi perjuangan kemerdekaaan negara-negara di Asia dan Afrika serta merambah ke  negara-negara di Amerika Latin.

Namun sayang,  dwi tunggal Soekarno-Hatta yang dikawinkan oleh kancah revolusi kemerdekaan Indonesia akhirnya bercerai.  Mohammad Hatta menyatakan mundur sebagai Wakil Presiden dipengujung tahun 1956. Sementara Perdana Menteri Ali Sostro Amidjojo, bergantian meminpin kabinet dalam sistem parlementer yang dianut pada saat itu, dan akhirnya Presiden Soekarno melaju tanpa patner setelah kembali ke UUD 1945 yang menganut sistem presidensial pada 5 Juli 1959.

Negara Terkuat Diselatan Khatulistiwa

Dalam kesendirian Presiden Soekarno mempersoalkan masalah Irian Barat yang seharusnya sudah beres satu tahun setelah Konferensi Meja Bundar tahun 1950. Persoalan ini tidak digubris oleh Belanda hingga Presiden Soekarno memutuskan merebut Irian Barat dengan kekuatan militer.

Untuk mempersiapkan kekuatan militer maka dibutuhkan peralatan perang. Tanpa mengurangi predikat sebagai tokoh gerakan non blok, Presiden Soekarno menerima tawaran Rusia menyediakan peralatan perang dengan pembayaran mundur atau utang, sedangkan Amerika sebagai sekutu Belanda dalam NATO tidak menggubris permintaan Indonesia membeli peralatan perang.

Tidak tanggung-tanggung, peralatan perang yang dibeli dari Rusia nilainya lebih dari dua milyar dollar, berupa beberapa skuadron pesawat terbang tempur paling canggih saat itu, dua belas kapal selam hingga kapal perusak, tank dan meriam serta peralatan perang lainnya, menjadikan Indonesia sebagai negara terkuat di bagian selatan khatulistiwa.

Memantau Indonesia sungguh-sungguh menyiapkan perang dengan Belanda untuk merebut Irian Barat, akhirnya Amerika melalui PBB memaksa Belanda menyerahkan Irian Barat pada Indonesia melalui proses penentuan pendapat rakyat.

Trikora, Dwikora, Nefo dan Ganefo

Selesai masalah Irian Barat dalam bingkai Trikora, kembali Presiden Soekarno mengumandangkan Dwikora, sebagai protes terbentuknya negara boneka bentukan Inggris yakni Malaysia, dan kembali Indonesia mempersiapkan perang.

Presiden Soekarno sebagai tokoh gerakan non blok terus meneriakkan protes atas ketidakadilan PBB yang berpihak pada negara-negara barat, dan selanjutnya membentuk organisasi  baru yaitu New Emerging Forces (NEFO) yang anggotanya adalah negara-negara yang baru merdeka, non imperialis, dan sosialis. Selanjutnya Presiden Soekarno mengadakan pesta olah raga disebut The Games Of The New Emerging Forces (Ganefo) sebagai tandingan dari pesta  Olympic Games.

Mempersiapkan dua perang yaitu Trikora dan Dwikora, serta mempersiapkan lembaga tandingan PBB dan  tandingan pesta olah raga Olimpiade, berdampak abai dengan perekonomian dalam negeri. Terjadi penurunan di sektor pertanian, perkebunan, perdagangan dan industri, sampai tanggal 1 Oktober 1965, apa yang menamakan dirinya Gerakan 30 September melakukan kudeta.

Terjadinya kudeta itu membuat perekonmian tambah terpuruk, hingga terjadi peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Pejabat Presiden Soeharto pada 12 Maret 1967.

Memajukan Kesejahteraaan Umum

Pejabat Presiden Soeharto mengawali pemerintahannya dalam kondisi perekonomian sangat terpuruk, inflasi 650%, negara nyaris bangkrut tidak memiliki devisa, situasi keamanan tidak kondusif pasca kudeta, perang dingin blok timur dan barat bergolak dalam perang Vietnam dan terancam teori domino dampak perang tersebut.

Dalam situasi negara seperti itu maka yang pertama-tama dibenahi adalah sektor ekonomi dan keamanan dalam negeri. Meskipun dihantui efek domino perang Vietnam akan tetapi pendekatan pertahanan tidak dilakukan dengan memperkuat Alutsita melainkan melalui pendekatan regional atau kawasan.

Presiden Soeharto melalui Menteri Luar Negeri Adam Malik menginisiasi terbentuknya perhimpunan negara-negara di kawasan, Asean. Meskipun perhimpun ini bukan pakta pertahanan namun negara-negara yang berhimpun mencerminkan kondisi pertahanan di kawasan ini.

Di sebelah utara tepatnya di Subic, Philipina, terdapat pangkalan militer Amerika yang merupakan instalasi militer Amerika yang terbesar. Masih di utara, Singapura, merupakan sekutu Amerika. Negara pulau ini mendapat privilege memiliki beberapa skuadron pesawat tempur paling canggih di dunia F35 Lightning II, pesawat tempur multi peran siluman, dan beberapa skaudron helikopter serbu AH-64 Apache, dan kapal selam canggih.

Sedangkan di selatan terdapat Australia sebagai sekutu Amerika dalam Nato sekaligus sebagai anggota Commonwealth of England, negara persemakmuran dengan Britania Raya.

Jelas di dalam kawasan regional, Indonesia dipagari oleh kekuatan militer blok barat dan terbukti teori domino tidak terjadi meskipun pada akhirnya Vietnan jatuh ke tangan komunis pada 1973.

Presiden Soeharto sebagai pejuang perang kemerdekaan dan sebagai panglima perang saat  operasi militer merebut Irian Barat, memiliki naluri militer bahwa untuk beberapa dekade ke depan tidak akan terjadi ancaman pertahanan dari luar hingga selama tiga dekade itu pula tidak pernah melakukan pembelian Alutsita secara massif.

Juga diperhitungkan jika negara superpower hendak mengakusisi Indonesia, bisa saja dalam beberapa hari Indonesia dapat ditaklukkan namun butuh beberapa tahun untuk menduduki Indonesia, seperti dibuktikan dalam pertahanan rakyat semesta pada perang kemerdekaan, hampir lima tahun Belanda dan sekutunya tidak pernah berhasil menduduki Indonesia.

Harapan Pada Presiden Terpilih

Dengan kalkulasi demikian maka segala sumber daya dan dana dikerahkan untuk mensejaterahkan rakyat.  Dari negara pengimpor beras terbesar di dunia di awal pemerintahan tahun 1967, berhasil swasembada beras pada 1984. Program SD Inpres, membangun lebih dari enam puluh ribu gedung sekolah, berhasil memberantas buta huruf dan kebodohan. Menjaga kesehatan masyarakat dengan membangun lebih dari enam ribu pusat kesehatan masyarakat, Puskesmas, di kecamatan, yang seharus pusat kesehatan sudah tersedian ditingkat desa. Dan berhasil mengentaskan kemiskinan dari enam puluh dua persen diawal menjadi dua belas persen diakhir pemerintahan Presiden Soeharto.

Karena itu lah dalam keadaan IQ nasional 87, tingkat pandidikan nasional kelas 7 atau kelas 1 SMP, rakyat miskin yang menyambung hidup dari Bansos, hendaknya Prabowo tidak saja melindungi segenap bangsa Indonesia, tapi juga secara simultan memajukan kesejaterahkan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia---seperti tertulis dalam satu kalimat atau satu tarikan nafas di paragrah keempat mukadimah UUD 1945.

Dan di tengah ruang fiskal yang sangat sempit,  tinta sejarah siap menggores jejak langkah Presiden Indonesia 08 Prabowo Subianto. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun