Â
Agresi Militer Belanda Kedua
Tanggal 19 Desember 1948, pukul 06.00, Wakil Tinggi Mahkota Belanda Mr. Beel membatalkan secara sepihak perjanjian Renville. Pukul 06.45,  lapangan terbang Maguwo  dihujani bom dan tembakan mitraliur dari 5 pesawat Mustang F-51 dan 9 pesawat Kittyhawk P-40.Â
Selanjutnya diterjungkan pasukan para komando Belanda. Setelah lapangan terbang Maguwo dikuasai, didatangakan pasukan dan peralatan perang dari Bandung dan Semarang melalui jembatan udara 32 pesawat Dakota. Lepas tengah hari kota Yogyakarta sudah dikuasai Belanda.
Raungan suara pesawat-pesawat tempur Belanda di langit Yogyakarta mengusik Panglima Besar Jenderal Soedirman (Pak Dirman) yang sedang terbaring sakit setelah operasi paru-paru. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
 Â
Mengetahui pesawat-pesawat itu milik Belanda dan menyadari Belanda melakukan agresi militer kembali, Pak Dirman mengutus ajudan Kapten Supardjo Rustam ke Gedung Agung menemui Presiden Soekarno untuk mendapatkan perintah atau keputusan berkenaan dengan situasi kritis saat itu.
   Â
Hampir dua jam Kapten Supardjo belum kembali, akhirnya Pak Dirman memutuskan untuk menemui langsung Presiden Soekarno di Gedung Agung.  Presiden Soekarno menjelaskan kepada  Pak Dirman  bahwa akan dilakukan sidang kabinet namun masih menunggu Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri Mohammad Hatta yang berada di Kaliurang.  Lalu  Sri Sultan Hamengku Buwono IX berinisiatif menjemput Bung Hatta di Kaliurang.  Diperjalanan mobilnya beberapakali diserang pesawat tempur Belanda.
Tidak menunggu  keputusan sidang kabinet, pukul 11.30 Pak Dirman meninggalkan Gedung Agung menuju Kadipaten, dan selanjutnya ke luar kota Yogyakarta meminpin perang gerilya.Â