Mohon tunggu...
Yesi Nofia
Yesi Nofia Mohon Tunggu... Lainnya - Ruang Menulis

Saya suka menulis, tapi kadang males juga sih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebahagiaanku

4 Desember 2020   22:33 Diperbarui: 4 Desember 2020   22:46 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kebahagiaan seorang ibu tiada lain tiada bukan adalah seorang anak, yaa saya rasa semua ibu memiliki kebahagiaan yang sama mengenai anaknya. Namun satu dari semua hal yang sama sama dirasakan seorang ibu, ada 1 hal yang membuat rasa ini berbeda. Yaitu mengenai berbagi. 

Berbagi di sini dalam artian berbagi asupan makanan saat di dalam kandungan, berbagi dan mengikhlaskan ASI untuknya, serta berbagi kasur tentunya hehe.... 

Ya, tidak semua ibu diberikan kesempatan untuk bisa memberikan ASI kepada anaknya, ada banyak perkara dan alasan tentunya. Dari yang ASInya tidak keluar, atau alasan kesehatan yang mengakibatkan seorang ibu tidak boleh memberikan ASI kepada anaknya. Namun saya diberikan kesempatan itu, Kesempatan di mana saya bisa memberikan ASI hingga lebih dari dua tahun. Benar benar anugerah bagi saya.

Semua itu sungguh menyenangkan, membuat kebahagiaanku meningkat tajam, bahkan dari seorang bayi merah saja saya mengerti rasanya memberi, mengasihi, menyayangi.  Yang sedari dulu bahkan jarang saya nikmati, atau mungkin lupa mengingat. Yaaa.... Saya rasa begitu...

Melahirkan bagiku adalah kebahagiaanku. Kebahagiaan di mana saya menjadi satu satunya yang dia butuhkan, satu satunya orang yang dia nanti nantikan, satu satunya orang yang selalu memeluknya saat dia bangun bahkan terjatuh sekalipun.

Dari puluhan tahun hidup, baru setelah memiliki buah hatilah saya memiliki rasa iba, rasa haru saat melihat anak anak jalanan atau anak panti asuhan. Saya merasa terpanggil untuk menyantuni mereka, semampuku. Dengan harapan utama, mereka bisa makan. Itu saja..

Setelah memiliki seorang putra, barulah hidupku dimulai, di mana sebelumnya saya adalah seorang anak perempuan yang bandel dan penuh kebencian, sekarang harus menjadi wanita yang sabar dan belajar menjadi orang yang lebih baik, agar menjadi contoh untuk si kecil. Bagaimanapun kehidupanku dahulu, mau baik atau buruk, semoga anakku akan menjadi lebih baik lagi. Ya.... Semua harapan seorang ibu pasti sama...

Memiliki seorang putra yang aku dapat dari sholat taubat adalah kebahagiaan tersendiri untuk saya. Karena setelah 5 bulan menikah,saya tidak kunjung diberi amanah. Sedangkan teman teman yang menikah bebarengan di bulan dan tahun yang sama sudah 'pamer' testpack. Entahlah, Wallahualam,,, setelah saya melakukan sholat taubat, dengan memohon ampun kesalahan dimasa lalu yang sengaja ataupun tidak, Allah memberikan saya amanah itu. Tepat di hari raya idul fitri....

Bahagia? Tentu..... Saya bahagia sekali... Bahkan saya belum pernah sebahagia itu sebelumnya. Belum lagi saat janin di perut mulai ingin berinteraksi,, walaupun kaki bengkak, punggung dan selakangan nyeri, gerak terbatas, tapi semua itu punya nikmat tersendiri yang benar benar saya rindukan ketika sudah melahirkan. Meskipun setelah melahirkan kebahagiaan itu bertambah berkali kali lipat, namun tetap saja, fase hamil masih sangat menyiratkan rindu.

Banyak orang bilang, katanya hamil itu bikin trauma dan tidak mau mengulang lagi. Sama, saya pun demikian. Benar benar trauma, takut sakit lagi, takut tidak bisa bergerak bebas lagi, takut menahan kontraksi lagi, tapi itu yang menjadi kerinduan. Hahaha... Entah dari mana datangnya rindu itu, tapi memang ada dan nyata.

Sebenarnya banyak kebahagiaan lain yang saya punya, tapi satu satunya kebahagiaan yang teramat sangat adalah seorang anak. Oleh karena itu, saya mempersembahkan cerita saya ini untuk event JNE 3 dekade bahagia bersama. Semoga bisa menjadi hal baik bagi pembaca, juga bisa menjadi pembelajaran untuk lebih banyak lagi bersyukur. Terima kasih sudah memberikan saya ruang untuk bercerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun