Mohon tunggu...
noni okt
noni okt Mohon Tunggu... -

pemerhati dan penikmat kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Nyolot ala Petugas Custom Bea Cukai Juanda Airport

2 November 2012   06:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:05 4783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah diketahui false alarm itu karena sabun cair yang pecah, malah sekarang saya diminta ke ruangan khusus untuk custom bea cukai.

Alasan yang dipakai petugas tersebut adalah: 'Karena pernah ke Amsterdam' (dianggap mencurigakan).
Lalu petugas yang sama menanyakan pertanyaan lain; 'Kenapa jalan-jalan keluar negri sendirian ?
'Saya bilang dengan sopan, bahwa ini bukan pertama kalinya saya keluar negri sendirian dan kenapa menjadi urusan petugas bea cukai kalau saya jalan sendirian?

Toh traveling memang hobi saya, apakah harus selalu ada teman kalau lagi ingin jalan-jalan?Umur saya pun 32 tahun, sudah dewasa untuk traveling sendirian.

Petugas itu jadi nyolot dan bilang; 'Yah orang lain itu kalau jalan-jalan berdua, bertiga, banyakan. Ini koq sendirian.'
Juga menanyakan alasan kenapa saya ke Amsterdam. Saya jawab saat itu saya mendapat beasiswa untuk sekolah S2 disana.
Petugas lain menanyakan kenapa saya punya stamp Frankfurt padahal sekolah di Belanda. Kembali saya jelaskan, dengan visa Schengen bisa masuk lewat mana pun, tidak mesti lewat Amsterdam.
Semakin aneh saja saya pikir, pertanyaan yang gak jelas arah tujuannya.
Apa hubungannya pertanyaan tsb dengan bea cukai.
Dan perjalanan-perjalanan tsb dilakukan sekitar setahun yang lalu, samasekali tidak berhubungan dengan alasan saya ditahan sekarang.
Lalu petugas itu bilang ingin mendapat nomor telefon kantor saya di Surabaya, untuk mengkonfirmasi kebenaran informasi yang saya berikan, bahwa saya adalah seorang dokter yang sedang bertugas di Surabaya.Walaupun sudah saya tunjukkan kartu Identitas perusahaan tempat saya bekerja, mereka tetap ingin mengkontak kantor.
Saya pun menghubungi petugas Admin Officer di kantor tempat saya bertugas untuk menjelaskan situasi saya saat itu, dan bahwa petugas custom bea cukai yang ingin memastikan keberadaan saya.
Segera petugas tsb berbicara langsung via telefon kepada kolega saya di kantor.
Petugas tsb menjelaskan kepada kolega saya bahwa penahanan saya adalah sample (random).
Aneh kan ?!?
Pemeriksaan random sample koq tapi sampai walaupun sudah terbukti tidak ada barang berbahaya dalam tas saya tapi masi diinterogasi.
Dengan gaya yang nyolot dan pertanyaan-pertanyaan tidak relevan lagi.
Petugas Deni tersebut hanya kembali ke ruangan dimana saya menunggu dengan bilang, 'Semua keterangan cocok.'
Dan saya bertanya apakah saya boleh keluar, karena tidak ada alasan lain untuk penahanan tsb.
Mereka mempersilahkan, tanpa meminta maaf atas ketidaknyamanan tsb.
Ini berbeda seperti yang saya alami waktu di airport Jerman, sempat juga alarm berbunyi karena kamera saya dianggap benda mencurigakan.
Seorang officer dengan sopan mendekati saya, dan menjelaskan kenapa alarm berbunyi dan meminta waktu saya untuk diperiksa sebentar.
Setelah diperiksa ternyata hanya kamera SLR biasa, petugas tersebut meminta maaf karena alarm itu kadang-kadang aktif (false alarm) dan mengucapkan terima kasih atas waktunya.
Aneh juga, kenapa perlakuan petugas kepada bangsa sendiri koq lebih merendahkan daripada perlakukan officer luar kepada seorang warganegara Indonesia.
Yang saya sesalkan adalah, perlakuan yang tidak profesional, sikap petugas yang nyolot cenderung tidak sopan, tanpa menjelaskan bahwa prosedur itu dipilih random.
Melainkan sok benar, mencari-cari alasan penahanan, dan tidak menjelaskan prosedur apa yang selayaknya.
Entah apa maksud dan tujuan petugas custom tsb sehingga memperlakukan saya secara 'khusus' tapi semoga kejadian yang saya alami ini tidak menimpa saudara-saudari setanah air yang bekerja menjadi TKI di luar negri.
Alangkah traumatis-nya buat mereka, jika baru saja kembali ke negara sendiri tapi diperlakukan seperti itu oleh saudara sebangsanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun