duduk, tapi kakinya bergoyang terus nggak bisa diam? Seperti layaknya tukang jahit, bekerja menggunakan mesin jahit yang digerakkan kaki.Â
Pernahkah Anda melihat seorang pria sedangMalam ini aku nggak sengaja bertemu dengan salah seorang diantaranya, seperti ini kisahnya...
Ketika dokter melakukan tindakan angiografi venoplasti untuk suamiku, aku diminta menunggu di Ruang Tunggu Keluarga Pasien. Di ruangan itu sudah banyak menunggu, keluarga pasien lain yang dirawat di ruang ICU & Intermediate atau pasien yang sedang dioperasi. Ruang tunggunya sunyi dan dingin, hanya terdengar sayup-sayup suara TV dan AC. Difasilitasi locker besi susun 10 pintu, televisi dan 10 kursi tunggu. Masing-masing kursi tunggu dengan 3 seaters dan bersandaran tangan, sambung menyambung dalam satu rangka besi.
Ketika aku masuk, hanya ada 2 kelompok kursi tunggu yang relatif kosong. Yang satu di tengah ruangan, dengan 3 seaters yang kosong semua. Sedangkan yang satu di dekat pintu masuk, dengan 2 seaters yang kosong -- kursi sebelah kiri sudah diduduki seorang pria berusia +/- 25 tahun. Aku langsung menuju kursi pertama dengan 3 seaters-nya kosong semua. Tapi ternyata aku kedinginan, karena letaknya persis di bawah AC central.Â
Akhirnya aku pindah ke kursi ke-2 yang sudah diisi mas-mas. Kuletakkan tas dan botol minuman di kursi tengah, dan duduk di kursi pinggir kanan. Selintas kulirik mas yang duduk di kursi pinggir kiri, sedang asyik main games di HP-nya. Senyam-senyum sambil serius memainkan jarinya dengan lincah.Â
Satu hal yang sangat mengganggu aku, kakinya bergoyang terus seperti tukang jahit dengan mesin jahit yang digerakkan kaki! Kadang beberapa saat berhenti sebentar, tapi lanjut lagi sambil tetap asyik mainkan HP.Â
Aku terganggu sekali karena kursiku ikut bergoyang dan membuat kepalaku pening. Mau menegur kok nggak enak banget, tapi tetap berharap dia akan berhenti walaupun tidak kutegur. Mungkin dia ngerasa kalau aktivitas kakinya mengganggu, akhirnya pindah duduk di luar Ruang Tunggu Keluarga Pasien. Aku bisa bernapas lega, melanjutkan bacaan doa memohon kepada Allah untuk kelancaran operasi suamiku.
Dipicu rasa penasaran dengan sindrom kaki goyang yang dilakukan mas-mas tadi, aku mencoba mencari info dari siloamhospital.com. Kenapa hal itu bisa terjadi? Apakah dia sedang sakit sehingga nggak bisa mengontrol kakinya? Ataukah karena faktor psikologis, sedang cemas menunggu keluarganya yang dioperasi?Â
Hasil pencarian, aku rangkumkan sebagai berikut:
Sindrom kaki gelisah atau Restless Legs Syndrome (RLS) adalah suatu kondisi ketika seseorang mempunyai keinginan sangat kuat untuk menggerakkan kaki saat sedang beristirahat. Hal ini biasanya didorong oleh rasa tidak nyaman pada kaki. Gejala RLS kerap muncul saat tubuh sedang beristirahat di malam hari, yang bisa memengaruhi kualitas tidur. Kondisi ini juga dapat bertambah buruk saat tertidur yang disebut dengan periodic leg movements of sleep.
RLS mungkin terjadi pada sekitar 5--15% populasi. Gejala sindrom ini bisa terjadi sebelum usia 45 tahun (early onset) dan berkembang secara perlahan. Namun RLS juga dapat timbul ketika seseorang berusia di atas 45 tahun (late onset) dengan perkembangan penyakit yang cepat. Kondisi ini lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Terdapat dua jenis sindrom kaki gelisah, yaitu sindrom kaki gelisah primer dan sindrom kaki gelisah sekunder.
1. Sindrom Kaki Gelisah Primer, disebabkan karena adanya kelainan pada sistem saraf pusat.Â
Pada sebagian besar kasus, tidak diketahui secara pasti apa penyebab dari sindrom kaki gelisah/ idiopatik.
- Penyakit idiopatik ini mungkin bersifat diturunkan pada 25--75% pasien.Â
- Pasien dengan RLS tipe familial (diturunkan dari orang tuanya) cenderung terjadi di usia awal (<45 tahun) dengan perkembangan penyakit yang lebih lambat.
- Faktor kejiwaan, stres, dan kelelahan juga dapat memperburuk gejala RLS.
- Terdapat dugaan bahwa kondisi ini juga dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa kimiawi dopamin di otak. Dopamin berperan sebagai pengirim pesan untuk mengontrol pergerakan otot.
2. Sindrom Kaki Gelisah Sekunder, terdapat kondisi lain yang mendasari terjadinya hal tersebut, yaitu:
- Defisiensi zat besi.
- Penggunaan obat-obatan antihistamin, antidepresan dan antimual.
- Kehamilan - terutama pada trimester terakhir.
- Kondisi medis tertentu seperti Peripheral neuropathy (kerusakan pada sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi), gagal ginjal, gangguan tulang belakang, penyakit Parkinson, Diabetes melitus, Fibromyalgia dan lain-lain.
Keinginan yang kuat untuk menggerakkan kaki merupakan gejala utama dari sindrom kaki gelisah, umumnya dipicu oleh ketidaknyamanan dan tanpa adanya rasa sakit.Â
Berbagai gejala yang menyertai di antaranya sebagai berikut:
- Keinginan muncul ketika sedang berbaring atau duduk dalam waktu yang lama, misalnya saat di mobil, pesawat terbang, ruang rapat atau bioskop.
- Merasa lega setelah melakukan gerakan, seperti menggoyang-goyangkan kaki atau berjalan mondar-mandir.
- Gejala semakin memburuk di malam hari.
- Kaki berkedut di malam hari.
Dalam mendiagnosis sindrom kaki gelisah, dokter akan melakukan wawancara medis mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik guna meninjau gejala tersebut. Dikarenakan tidak ada test khusus digunakan untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter biasanya merekomendasikan konsultasi lebih lanjut dengan Dokter Spesialis Neurologi. Kemudian akan dilakukan pemeriksaan neurologi seperti pemeriksaan otot, test darah dan kadar zat besi guna memastikan penyebab dari RLS.
Banyak info yang kuperoleh dari kejadian melihat kaki yang bergoyang.Â
Insyaa Allah mas-mas yang tadi duduk di sebelah aku, goyangkan kaki hanya untuk menghilangkan kecemasan menunggu saudaranya operasi. Bukan karena sakit lainnya. Aamiin... Aamiin.. Yaa Rabbal Aalamiin...
Jakarta, 19 November 2024
-nonk-
#KMJCA
#challenge30harimenulisdiary
#D19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H