Hemoglobin suamiku memiliki nilai 7,9. Masih jauh di bawah target 10 yang ditentukan dokter. Pada pasien gagal ginjal kronik, sering terjadi kadar Hemoglobin atau Hb yang rendah karena produksi Eritropoietin (EPO) di ginjal berkurang.Â
Berdasarkankan hasil test darah rutin bulanan, kadarAkibatnya tubuh kekurangan sel darah merah dan oksigen, sehingga terjadi anemia atau jumlah sel darah merah yang ada di dalam tubuh berada di bawah batas normal.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam -- Konsultan Ginjal Hipertensi menerangkan kepada kami ketika kami mengkonsultasikan hasil lab suamiku,Â
"Pasien CKD on HD sering mengalami anemia karena kekurangan zat besi. Zat besi adalah komponen utama dalam membentuk hemoglobin, pembentukan hormon, jaringan ikat dan lain-lain".
Yang dimaksud CKD on HDÂ adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa secara rutin.Â
"Jika pasien gagal ginjal kronik kekurangan zat besi, terapi dengan suntik Hemapo yang mengandung Eritropoietin -- tidak akan dapat mengatasi anemianya, karena bahan baku zat besi-nya kurang."
Aku dan suamiku  mendengarkan penjelasan dokter dengan seksama. Dokter menyarankan menjalankan test darah lanjutan untuk melihat kadar Besi (Iron), TIBC dan Ferritin, agar dapat dilakukan diagnosis dan treatment yang tepat untuk mengatasi anemia dan kadar Hb-nya yang rendah.
Tergelitik rasa penasaran, aku mencoba mencari info dari halo.doc dan sumber lainnya.
- Test zat besi serum atau test Serum Iron (SI) merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur berapa banyak zat besi dalam serum tubuh. Serum adalah cairan yang tersisa dari darah saat sel darah merah dan faktor pembekuan telah dihilangkan.
- Test Total Iron Binding Capacity (TIBC) atau test zat besi adalah sebuah test darah untuk mengetahui seberapa banyak transferin dalam darah yang mengikat zat besi dan menilai seberapa baik zat besi berfungsi di tubuh. Transferin adalah protein yang mengikat besi di sirkulasi.
- Saturasi Transferin (Transferin Saturation, TSAT) adalah mengukur banyaknya protein pengangkut besi yang akan dikirim ke sumsum tulang belakang untuk proses pembuatan eritrosit. Saturasi transferrin dihitung dengan rumus SI dibagi TIBC x 100%. Saturasi transferrin normal jika menunjukkan 25% s.d 35%.
- Ferritin adalah sejenis protein dalam tubuh yang berfungsi mengikat zat besi. Jika test ferritin menunjukkan hasil yang rendah, artinya zat besi dalam tubuh berada pada tingkat yang rendah dan tubuh sedang kekurangan zat besi. Sebaliknya, jika hasil tes ferritin menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari tingkat normal, artinya zat besi terlalu banyak disimpan dalam tubuh.
*****
Dalam waktu sekitar 4 jam, hasil test kadar Besi sudah keluar:
    URAIAN    HSL TEST   NORMAL
- Besi (Iron)Â Â Â 51,6Â Â Â Â Â Â Â 33 -- 193
- TIBCÂ Â Â Â Â Â Â 269,0Â Â Â Â Â Â 228 -- 428
- Ferritin     94,19    21.80 -- 274,66
Terlihat selintas bahwa kadar Besi, TIBC dan Ferritin masih dalam batas normal. Namun dokter melakukan analisa tambahan untuk menghitung Saturasi Transferin, dengan rumus sebagai berikut:
= (Besi : TIBC) x 100% = (51,6 : 269,0) x 100%
= 19,18%Â
Jika threshold atau batas bawah Saturasi Transferin 31% sedangkan nilai Saturasi Transferin suamiku adalah 19,18%, maka terbukti suamiku mengidap defisiensi atau kekurangan zat besi.
Dengan didukung hasil test laboratorium, dokter dengan mantap memberikan terapi kombinasi yang diharapkan bisa efektif. Yaitu untuk mengatasi defisiensi zat besi - dengan terapi obat kunyah Maltofer dan obat injeksi Nefrofer yang tinggi zat besi, serta untuk meningkatkan Eritropoietin dan mengatasi anemia - dengan terapi obat injeksi Hemapo.Â
"Kita coba 10 x injeksi Nefrofer sewaktu HD. Setelah itu kita evaluasi lagi dan test darah rutin, asam urat dan elektrolit", dokter menutup pertemuan kami hari ini sambil tersenyum dengan ramah.
 Bismillah suamiku menjadi lebih fit dan Hb-nya bisa meningkat mencapai batas yang ditargetkan dokter. Aamiin... Aamiin... Yaa Rabbal Aalamiin...
Jakarta, 13 November 2024
-nonk-
#KMJCA
#challenge30harimenulisdiary
#D13
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H