Matahari sudah menampakkan sinarnya, cicit cuit bunyi burung gereja sudah ramai bersahutan. Sayup-sayup terdengar suara mesin mobil tetangga yang sedang dipanaskan, siap untuk berangkat sekolah dan ke kantor.
Aku sudah mandi dan memakai pakaian olah raga. Suamiku juga sudah mandi, tapi dari tadi wanti-wanti nggak mau ikut jalan-jalan ke luar rumah. Maunya kembali tiduran di bed kesayangannya aja.
Suamiku masih capek, maklumlah kemaren Kamis jadwalnya padat merayap. Sejak subuh persiapan berangkat ke RS untuk cuci darah/HD rutin.
Karena suamiku dapat jadwal HD pukul 07.00 WIB, kami harus berangkat dari rumah pukul 06.00 WIB. Setelah proses HD 4,5 jam dan konsul dokter, kami baru sampai kembali di rumah pukul 14.00-an WIB. Sangat melelahkan buat suamiku, tapi alhamdulillah dia tetap semangat menjalani semua ikhtiar ini.
"Ayah, mau sarapan apa pagi ini?", aku nawarin suamiku sarapan.
"Aku pengen nasi uduk si-Mpok. Komplit pake semur telor, semur tahu dan orek tempe."
Nasi uduk Mpok Geno adalah langganan kami sejak dulu. Nasi uduknya gurih, telor semurnya enak -- seperti telor pindang gudeg Yogya tapi pake kuah semur encer, plus bumbu kacangnya yang khas dan pedes. Mpok Geno juga jualan lupis, kue apem, ketan serundeng, kue pisang dan jajanan Betawi lainya. Semuanya enak, bersih dan harganya murah meriah.
"Ok ay. Aku jalan aja ya, ke warung Mpok. Tapi mlipir dulu ke taman, jadi baru sampe rumah kira-kira 45 menit lagi. Gimana?".
Setelah suamiku kasih ijin, bersegeralah aku memakai sneakers kesayangan dan bawa tas pinggang berisikan HP dan uang untuk beli nasi uduk. Nggak ketinggalan kaca mata hitam dan topi untuk menahan panas terik matahari pagi. Â
Melihat dandananku seperti itu, suamiku sampe comment, "Yaa ampun mamah. Ini mau jalan pagi tapi kok brukut banget?"
"Lha, soalnya kalau nggak rapet begitu, mukaku bisa belang dan susah untuk mulihinnya lagi, ay", dengan tertawa renyah aku menanggapi suamiku.
Setelah pemasanan sebentar, aku berjalan cepat menuju Taman Pembibitan Jagakarsa yang letaknya +/- 500 meter dari rumahku. Dalam waktu 7 menit, sampailah aku di taman dan langsung mengambil arah kiri mengikuti jogging track.
Taman ini dikelola Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta, ditanami berbagai macam tanaman bunga, buah dan tanaman peneduh. Sungai kecil dengan gemericik air, danau buatan dan jogging track melengkapi keasrian taman. Jogging track-nya rapi, dengan lebar 4 meter dan total keliling +/- 750 meter.
Aku berjalan cepat -- brisk walking kira-kira dengan kecepatan 4,8 km/jam. Rasanya bahagia sekali bisa menikmati keceriaan pagi ditemani sinar mentari yang tumpah ruah. Tambah bahagia lagi karena melihat area pavoritku di taman ini -- Taman Bunga Matahari.
Sejak dulu aku sudah terpesona dengan keindahan bunga matahari. Jatuh cinta dengan warnanya yang cerah dan keunikannya yang selalu mengikuti gerakan matahari. Melihat bunga matahari yang merekah, menjadi mood booster buatku karena aura kebahagiaan, kehangatan dan optimisme yang dipancarkannya.
Jalan cepat di pagi hari sebenarnya jadi sarana aku untuk me time. Sejenak melupakan kegundahan hati, meluruskan kepenatan pikiran dan sebagai muhasabah diri. Sambil menikmati pemandangan dan sinar matahari, sebagai rasa syukur atas semua berkah karunia yang Allah berikan. Alhamdulillah...
Tak terasa waktu sudah menjukkan pukul 07.50 WIB ketika aku menyelesaikan 4 putaran jogging track. Aku segera menuju pintu keluar Taman Pembibitan dan melanjutkan perjalanan ke warung Mpok Geno yang jaraknya +/- 300 meter dari taman. Di sana sudah menanti nasi uduk dan cemilan Betawi untuk aku borong bawa pulang.Â
Hhhmmmm, yummy...
Jakarta, 1 November 2024
-nonk-
#KMJCA
#challenge30harimenulisdiary
#D1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H