Di suatu Sabtu pagi yang cerah, tiba-tiba terdengar suara yang tak asing di depan rumah.
"Assalamualaikum tante. Nyuwun sewu aku nggak telpon dulu, langsung nongol aja nich. Mau ngajakin tante sarapan".
Tante Sari dan om DJ alias bapak Djoko Subroto, sudah nongol di depan pintu. Dengan senyum sumringah, ceria seperti biasanya. Tak lupa bawa tentengan oleh-oleh di tangannya. Dari kantongnya tersembul logo warung, tempat kami biasa beli nasi uduk ayam suwir.
"Waaaah, pagi-pagi udah dapat rejeki. Dibawain nasi uduk kesayangan. Alhamdulillah. Monggo mlebet, tante". Aku mempersilahkan masuk.
Kami sudah bersahabat sejak anak gadis kami sekolah di TK, sekarang anak gadis kami sudah berusia 23 tahun. Tante Sari dan om DJ adalah orang tuanya Rania. Persahabatan kami sekeluarga tetap terjalin, tak lekang dimakan waktu dan jarak yang memisahkan.
Setelah aku cipika cipiki dengan tante Sari, mereka berdua langsung bersegera menemui suamiku yang terbaring di kamar.
"Assalamualaikum pak Andrew. Kelihatan tambah seger, nich". Om DJ menyapa suamiku.
Beliau seneng banget kasih nama julukan untuk para sahabatnya. Suamiku dipanggil pak Andrew, sedangkan aku bu Nancy. Padahal nama kami asli nama Jawa, di tangan om DJ dan tante Sari, nama kami berubah jadi nama barat yang keren dan pas. Hehehe... Kreatif sekali.
"Alhamdulillah pak DJ. Tapi minggu lalu sempet camping lagi ke RS untuk pasang stent jantung. Ahamdulillah sekarang sudah lebih seger. Sekarang udah jadi Lord of the Ring, nich".Â
Suamiku seneng banget kalau dijenguk om DJ dan tante Sari. Karena suami istri ini suka ngocol, senang bercanda dan apa saja bisa dibikin jadi lebih ceria. Sejenak bisa rehat melupakan strok, gagal ginjal, demensia dan jantung yang diderita. Sejenak bisa melupakan kegundahan hati yang sering datang melanda.
"Ayah, yuk jalan pake walker ke meja makan. Kita sarapan bareng. Ini tante Sari bawain nasi uduk maknyus kesayangan ayah, lho". Â