Kalau kita lihat sepintas, judul tulisan terkesan provokatif ya. Masa sih kita mengajak taruhan di bulan suci Ramadan? Apa tidak takut dosa ? Tapi ini kan menyangkut potensi perpecahan bangsa yang tampaknya sudah di depan mata. Kata para pemuka agama, suatu perbuatan negatif dalam suatu keadaan tertentu bisa dibenarkan asalkan perbuatan tersebut dinilai mempunyai manfaat yang jauh lebih besar dari pada mudharatnya. Benar ga sih?
Maksud tulisan ringan ini sebenarnya adalah untuk sekedar mengendorkan urat saraf kita yang lagi tegang gara-gara pilpres ini dengan cara yang sedikit berbeda, syukur-syukur sih bisa sedikit berkontribusi dalam mencegah perpecahan bangsa. Halah.
Lalu apa kaitannya antara "taruhan" dengan pencegahan perpecahan bangsa?
Begini lho ceritanya,
Seperti kita rasakan bersama, ajang pilpres 2014 yang sangat heboh ini telah demikian menguras banyak pikiran, tenaga dan emosi tidak saja para politikus tapi juga hampir seluruh lapisan masyarakat, meskipun proses pencoblosan telah usai. Penyebabnya adalah persaingan yang demikian ketat antara dua kubu, yang ditandai dengan tipisnya perbedaan perolehan suara menurut berbagail hasil quick count. Kedua kubu pun saling klaim kemenangan.
Dinamika politik seperti ini semakin mencekam dengan semakin dekatnya pengumuman resmi hasil pilpres oleh KPU. Perang opini pun bertebaran. Bahkan kabarnya, masa kedua kubu juga akan dikerahkan. Sebagian tokoh masyarakat yang seharusnya mampu meredakan ketegangan malahan membuat statement-statement kontroversial yang justru memperuncing keadaan. Akibatnya, masyarakat pun semakin terpolarisasi, semakin terbelah.
Lihat saja di sekitar kita, gara-gara perbedaan dukungan capres, hubungan persahabatan dan kekeluargaan menjadi renggang. Yang tadinya romantis pun menjadi sinis. Kalau hal ini dibiarkan....wah...bener-bener gaswat !
Untuk mengendorkan ketegangan urat saraf selama menanti pengumuman resmi KPU, kita bisa melakukan suatu kegiatan yang menurut saya kok perpotensi untuk bisa mencegah perpecahan di antara kita....yaitu bertaruh. Masa sih bertaruh? Ya, melakukan taruhan secara fun apakah itu dengan rekan, dengan pacar atau dengan anggota keluarga lainnya yang hubangannya dengan kita sedang renggang gara-gara perbedaan dukungan capres.
Hal yang dipertaruhkanpun yang sederhana saja, bisa berupa traktir makanan di restoran, ticket pertunjukan atau bisa juga voucher pulsa, yang penting jangan dipaksakan.
Model taruhan yang saya sarankan berbeda dengan taruhan konvensional. Biasanya, kalau seseorang bertaruh, dia akan memegang jagoannya yang bisa merupakan seorang capres atau mungkin sebuah tim sepakbola. Kalau jagoannya menang, dia akan senang berlipat karena taruhannya juga menang. Sebaliknya bagi pihak yang kalah, sudah sedih jagoannya kalah, masih juga ditambah kalah taruhan. Apa ngga tambah ilfil ?
Cara taruhan ala saya ini adalah kebalikannya. Kita tidak menjagoi capres yang kita dukung tapi justru menjagoi kompetitornya. Jadi, kalau kita pendukung fanatik pasangan Jokowi-Jk, maka dalam taruhan tersebut kita menjagoi lawannya yaitu pasangan Prabowo-Hatta. Demikian pula sebaliknya, kalau kita pendukung pasangan Prabowo-Hatta, dalam taruhan kita menjagoi Jokowi-Jk.