"Ma, mana Kinan?" tanya Eca, mukanya menengadah pada Harti. Â
"Oiya, Kak. Kinanti mana ya? "tanya Harti pada Dewi.Â
"O, ada di kamar perawatan. Sedang sakit. Kinan sebenarnya anak yang pintar, tapi ia sakit-sakitan. Itulah, makanya ia terpisah dari saudara saudaranya yang sudah diadopsi. Tinggal ia seorang." jawab Dewi sambil berkisah sekilas mengenai Kinanti.Â
Harti tersentak, Eca terkesiap. Telapak tangannya dingin berpegangan tangan makin kuat pada Harti.Â
"Bisa kami menengoknya?" tanya Harti ingin segera melihat Kinanti.
"Ooo, tentu saja." jawab Dewi.
"Ma, nanti Kinan kita bawa ke rumah sakit ya! Setelah sembuh kita bawa tinggal di rumah kita ya Ma, ya Ma...!"
Harti mengangguk gembira, karena memang itu yang diinginkannya. Â
"Assalamu'alaikum, Kinan cantik. Siapa nih yang datang?" kata Dewi setelah membuka pintu kamar perawatan bagi anak yang sakit. Namun, yang diajak bicara tak menjawab, diguncangnya tubuh gadis kecil itu. Sudah dingin.Â
"Kinaaaaan... Jangan pergi Kinan, Kami menyayangimu Nak. Apa jawab ibu nanti dihadapan Tuhan, Nak..! Kinan, bangun, Nak..." Dewi histeris menjerit. Eca lemas, Harti limbung.Â
"Eca, cepat pulang, panggil sopir dan bawa mobil, kita bawa ke rumah sakit . Semoga masih bisa di selamatkan. " perintah Harti pada Reza.Â