Mohon tunggu...
Noni Anggraini
Noni Anggraini Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan berbagi ilmu sepanjang masa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Awas Tebang Liar yang Akan Merenggut Nyawa Menelisik Kearifan Lokal Bima

19 Januari 2014   13:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jejak jejak peninggalan leluhur yang terus dijaga dan dihormati bukan hanya sebagai monument sejarah, namun dijaga karena menjunjung tinggi rasa hormat terhadap apa yang telah mereka nikmati saat ini bukan sekedar kerja keras mereka sendiri tapi  merupakan hasil dari pencapaian nenek moyang mereka tempo dulu.

Banyak sekali hal-hal yang diterapkan dalam kegiatan sehari-hari rakyat bima mengenai norma-norma yang walaupun tidak tertulis dengan jelas namun diterapkan dalam diri masing-masing rakyat.

Salah satunya adalah kepercayaan mengenai penebangan pohon tua yang akan membawa petaka. Menurut sebagian warga, ketika seseorang hendak menebang pohon mereka sebaiknya meminta izin terlebih dahulu, jika mereka tidak dapat berinterkasi dulu dengan pohon oleh karena itu harus ada orang yang bisa berinterkasi, jika orang biasa Cuma meminta izin biasa aja sebelum nebang tapi kalau penunggunya tidak mau maka di panggil orang yang dipercaya bisa berinterkasi dengan penunggu pohon (mahluk halus), untuk menghindari adanya masalah di kemudian hari yang membahayakan keselamatan baik itu dihantui, sakit bahkan kematian dari penebang pohon maupun warga yang akan menempati daerah tersebut (jika penebangan dialihfungsikan untuk pembangunan tempat tinggal).

Kepercayaan yang diwariskan turun temurun ini, membawa dampak baik terhadap lingkungan masyarakat sendiri, semakin lama pohon itu tumbuh maka semakin dalam pula akar pohon tersebut, ini membuat daya serap pohon itu meningkat pula dan ketersediaan air dalam tanah juga meningkat sehingga diwilayah bima dan sekitarnya tidak sulit ditemukan sumber mata air dan air terjun, diantaranya ada OI Roko, Cek Dam, dan  ada satu bendungan besar  yang berada di   Kecamatan Monta  Kabupaten Bima- NTB terdapat terdapat satu Dam Pela Parado yang telah diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada  2004 lalu dan memiliki kapasitas 15 juta m3 itu bisa bermanfaat bagi kebutuhan air baku (200 lt/dt) dan mikrohidro (250 KVA) masyarakat Kota Bima dan sekitarnya ungkap siswoko Dirjen Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan umum. (dilansir dari http://www1.pu.go.id)

Pohon tidak hanya menyediakan udara segar untuk  orang yang berada disekitarnya namun juga dari akar muncul sumber air yang menjadi sumber pengairan untuk pemukiman dan sisanya masih bisa digunakan untuk dialirkan ke persawahan warga sehingga semua tumbuh subur dan makanan ternak seperti kambing dan sapi menjadi sehat karena persediaan makanan mereka yaitu rumput dan daun-daunan sangat mudah didapat sehingga tidak perlu lagi tambahan hormone ataupun sesuatu hal lain yang perlu di suntikkan kebadan sapi guna membuat badan mereka lebih bugar dan gemuk. Kita tahu bahwa kandungan bahan kimia dalam setiap obat tak selalu baik untuk tubuh walaupun ia menyembuhkan penyakit namun pasti ada organ dalam tubuh yang dirugikan.

Banyaknya mata air dan air terjun yang tersebar diwilayah Bima membuat banyak pengunjung yang ingin sekedar melihat maupun rekreasi bersama keluarga untuk menikmati panorama asri dan alam yang masih terjaga keasliannya  ini cocok dengan para pemuda yang suka jelajah alam bersama anak anak pecinta alam Indonesia Travel. Cara mencapai kesanapun tidak sulit karena di Indonesia sudah banyak jasa travel yang bisa menjadi pilihan para wisatawan www.indonesia.travel

Kearifan lokal yang dipegang teguh, semua sebenarnya bisa hidup berdampingan tanpa harus merusak satu sama lain mitos yang percaya masyarakat membawa dampak positif bagi lingkungan mereka sendiri  apalagi banyak masyarakat bima yang hidupnya masih sangat tergantung pada alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun