Mohon tunggu...
afuah
afuah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

simple

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asyiknya Kreativitas Anak-anak

2 September 2012   01:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak suka tak sabaran. Jika menginginkan sesuatu, maunya segera terwujud. Rayuan dan rengekan merupakan senjatanya untuk membuat keinginannya terkabul. Saat pintanya diiyakan namun harus menunggu, ia lalu akan mencecar dengan pertanyaan: kapan?, kok lama?

Sulungku pernah menuliskan protesnya pada sobekan kertas karena banyak keinginannnya tak segera kami wujudkan. Saat itu, kalau tak salah, ia masih duduk di kelas satu SD. Kutemukan tulisan itu ditinggalkan di atas tempat tidurnya, hurufnya naik turun, belepotan, namun bisa terbaca.

ayah lelet

ibu cerewet

Sontak, aku tertawa cekikikan membacanya. Kutunjukkan pada ayahnya. Kami pun tergelak bersama. Kami tahu itu dituliskan karena ayahnya lelet (lamban) menanggapi keinginannya, dan ibunya dianggap cerewet karena sering menasehatinya. Baiklah, Nak. Itu akan jadi bahan introspeksi kami. Kami lalu menjelaskan mengapa kami melakukan itu.

Akhir-akhir ini, sulungku merengek minta dibuatkan kolam ikan di depan rumah. Ayahnya menyanggupi, namun harus menunggu lagi, mencari waktu luangnya. Seperti biasa, anak-anak tetap saja suka tak sabar. Tanpa sepengetahuan kami, ia bergerak sendiri. Ow…ow… ow….

Sabtu sore kemarin (1 September 2012), ia mengajak teman-temannya, anak-anak tetangga kami, menggali tanah di halaman depan untuk dijadikan kolam. Berbekal pacul dan sekop, anak-anak melakukan aksinya dengan suka cita. Hahaha…, boleh juga kreatifitas mereka. Bagi mereka, ternyata penggalian bersama itu merupakan ajang permainan yang begitu mengasyikkan. Canda dan jerit mereka terdengar seru memenuhi halaman depan.

Minggu pagi ini (2 September 2012), aksi mereka berlanjut. Walah, ternyata kali ini ada yang menangis gara-gara rebutan sekop. Bungsuku merengek lari masuk ke dalam rumah, sekopnya dipakai temannya. Hahaha…, jadilah kami sibuk mencarikan sekop yang lain, yang tersimpan entah di mana. Kami lupa! Walhasil…., tak bisa kami temukan. Untungnya tangis bungsu segera mereda, dan ia mau berbagi, ikhlas meminjamkan sekopnya. Maka, keasyikan pun kembali berlanjut. Biarkan saja….

1346549097405691973
1346549097405691973

1346549158983243168
1346549158983243168

Senang juga memandangi mereka berlama-lama. Aku ikut larut dalam keceriaan mereka. Ayolah, Anak-anak…., teruslah bergembira, jangan bertengkar ya…. Nikmatilah permainan dan kreatifitas kalian!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun