Mohon tunggu...
afuah
afuah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

simple

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Catatan Kecil Perjalanan Singkat saat Ramadhan di Singapura

1 Agustus 2012   04:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:22 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebetulan ketika berkunjung ke Singapura kala itu, momennya tepat menjelang Ramadhan. Kami sudah berencana akan menginap di Hotel 81 Joo Chiat, kawasan Geylang.

Setiba di stasiun MRT Paya Lebar, lalu berjalan menuju hotel, kami mendapati banyak lapak dagangan sedang dikerjakan oleh para pekerja. Lapak-lapak itu didirikan rapi berjajar hampir sepanjang kawasan Geylang Road. Sempat terbersit tanya, ada apa gerangan?

Di jalan kami di sapa ramah oleh seseorang. Rupanya ia tahu, kami baru datang ke Singapura. Lalu ia sedikit bercerita, bahwa kawasan Geylang selalu meriah saat Ramadhan dan Syawal. Saat malam tiba, lampu-lampu hias akan dinyalakan, dan kawasan ini akan tampak bermandikan cahaya kerlap-kerlip. Lapak-lapak yang didirikan itu akan digunakan untuk semacam bazar Ramadhan. Akan ramai dipenuhi aneka makanan serta barang keperluan Ramadhan dan Lebaran. Tentu kami penasaran. Beruntung sekali kami akan dapat merasakan keramaian Ramadhan di Singapura.

Cerita yang kami dapat, di Singapura toleransi antar umat beragama sangat tinggi. Saat Ramadhan, kawasan Geylang menjadi pusat keramaian umat Islam yang merayakannya. Saat perayaan hari besar agama Hindu, kawasan Little India gantian yang bermandikan lampu kerlap-kerlip. Saat Natal, berhubung sebagian besar penduduk Singapura beragama Nasrani, tentu saja keramaian perayaannya menyeluruh di segenap penjuru Singapura. Namun semua penduduk membaur, dan saling menghargai perayaan hari besar masing-masing umat beragama.

Kami pun tiba hotel. Di depan pasar, tak jauh dari hotel, ketika itu sedang ada petunjukan tari Melayu oleh ibu-ibu dari etnis Melayu. Ramaisekali penontonnya. Salah seorang yang melintas mengatakan bahwa itu bagian dari perayaan menjelang Ramadhan.

Saat malam tiba, suasana di luar hotel sangat meriah. Kami menyempatkan berjalan-jalan menyusuri Geylang Road, keluar masuk deretan lapak-lapak yang sudah selesai dan telah banyak digunakan. Aneka menu makanan berbuka dan sahur, serta kue-kue untuk Lebaran bertebaran, ramai dijajakan para pedagang, yang sebagian besar keturunan Melayu, India, dan Arab.

Geylang Road saat Malam Ramadhan

Banyak juga dijual baju-baju muslim. Namun yang tak kami sangka-sangka, ternyata banyak terpajang baju-baju model kebaya Jawa. Katanya, saat itu baju-baju model kebaya Jawa sedang diminati. Wow, cukup membanggakan, hehe.

Banyak TKI Indonesia yang bekerja di lapak-lapak milik tuannya di situ. Seringkali kami mendengar obrolan dalam bahasa Jawa antar TKI. Lucu juga. Yang lebih lucu, ternyata dandanan para TKW malah lebih berani dan seronok ketimbang penduduk Melayu asli Singapura. Aduhai…..

Kebetulan kami punya kenalan warga asli Singapura dari etnis Melayu. Hari berikutnya, ia mengundang kami berbuka di apartemennya. Sebelum menuju apartemennya, kami ditunjukkan tempat ramai orang mencari menu berbuka, yakni di kawasan Tampines. Kami pun diajak ke sana, lalu berjalan-jalan sebentar cuci mata, memilih-milih aneka menu makanan berbuka. Wah, keramaiannya hampir seperti beberapa tempat di Indonesia yang banyak menjual aneka menu makanan berbuka.

1343795811204641995
1343795811204641995
Keramaian menjelang berbuka di Tampines

Ramadhan berikutnya, kami mengunjungi Masjid Sultan yang terkenal, di kawasan Bugis. Saat berbuka, masjid ini menyediakan takjil gratis berupa bubur dan minuman bagi pengunjung yang berpuasa. Saat kami tiba, di samping masjid sudah siap tenda dan semacam kuali besar berisi bubur yang akan dibagikan. Sayangnya, kami tak ikut menikmati bubur itu karena kami harus kembali ke hotel untuk persiapan perjalanan pulang ke tanah air.

13437959741050388595
13437959741050388595
Masjid Sultan

Itulah pengalaman singkat Ramadhan kami di Singapura. Meski hanya empat hari tiga malam, namun sangat mengesankan dan tak mungkin kami lupakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun