Sebenarnya banyak hal menarik yang bisa kami singgahi, di jantung kota Pontianak.Tapi terbatasnya waktu membuat kami harus segera bergegas meninggalkan kota penuh pesona yang dilalui garis khatulistiwa ini. Dan tugu khatulistiwa pun terlupa. Sayang sekali...
Siapkan Tas untuk Oleh-oleh
TENTU saja, setiap perjalanan lebih berkesan bila disertai buah tangan, setidaknya sebagai penegas kenangan. Di Pontianak, kita tak perlu risau jika menginginkan oleh-oleh khas dengan berbagai pilihan. Mungkin, kita malah perlu menyediakan satu tas khusus untuk diisi oleh-oleh itu.
Pertokoan di salah satu sudut kota, tepatnya di Jalan Pattimura, akan memanjakan wisatawan yang ingin berbelanja. Deretan toko dengan lebar masing-masing yang sebetulnya tak luas itu menyediakan berbagai macam barang yang cocok untuk oleh-oleh. Mulai dari kaus dengan desain khas Pontianak hingga mandau (senjata kaum Dayak) dalam berbagai ukuran tersedia di sana.
Bahkan, ada pedagang yang menyediakan mandau yang dia katakan benar-benar telah mencabut nyawa seseorang. Konon, cirinya adalah dari lingkaran di tepi bagian yang tajam. Pedagang yang sempat saya tanyai mengatakan, biasanya setiap membunuh orang, sebuah mandau akan dilubangi untuk kemudian ditutup kembali dengan bahan yang sama. Meski demikian, bekas lubang itu masih tetap membekas menyisakan tanda.
”Jadi, mau beli tidak?” tanya pedagang itu.
Saya menggeleng, ”Tidak.” Saya tidak suka kekerasan. Pun benda-benda yang mengingatkan padanya. Untuk mengurangi kekecewaan pedagang yang telah bercerita panjang lebar soal sejarah mandau itu, saya alihkan pandangan ke kain-kain.
Ya, Pontianak juga memiliki kain tenun dengan corak khas Dayak. Suku Dayak, Melayu, serta Tionghoa memang menjadi penghuni terbesar kota tersebut. Maka, tak heran jika motif benda-benda yang menjadi oleh-oleh khas sana berbau suku tersebut. Akhirnya, jadilah saya beli sebuah sarung tenun.
Seperti yang berlaku di pusat oleh-oleh di mana saja, kita harus pandai menaksir harga. Bahkan, menawar harga yang dibuka oleh pedagang menjadi keharusan agar uang kita bisa berguna untuk beli yang lain. Apalagi, begitu banyak barang di sana yang harus kita masukkan dalam tas khusus oleh-oleh tadi.
Ya, ada batu mulia untuk mata cincin, hiasan dinding beraneka bentuk, dan juga pernak-pernik yang sayang untuk dilewatkan. Maka pastikan agenda ke sentra oleh-oleh itu tak dibatasi waktu.
Tak terlalu jauh dari pertokoan tersebut, ada supermarket yang cukup terkenal. Di sana, bisa didapat aneka makanan ringan yang disebut berasal dari Malaysia. Harganya pun relatif terjangkau sehingga tepat kiranya jika ikut dimasukkan dalam tas khusus oleh-oleh.
Terakhir, jika kita ke Pontianak tepat di musim durian tumbuh, maka pastikan pula mencicipinya. Berhubung banyak hotel tak membolehkan membawa durian ke kamar dan tak mungkin pula untuk memasukkannya dalam tas oleh-oleh tadi, maka Anda hanya bisa menikmatinya di jalanan.
Di malam hari, banyak penjaja durian di dekat Jalan Pattimura itu. Bahkan, istilah dugem yang semula singkatan dari dunia gemerlap alias berfoya-foya di klub malam, di Pontianak dipelesetkan menjadi durian gemerlap. Bagaimana tidak, dengan harga yang tak lebih dari Rp 10 ribu, kita sudah bisa mendapatkan satu durian dengan rasa yang tak terlupakan. Hmm, tentu saja, jangan lupakan kadar kolesterol yang ada.