Ya, tiap negara jelas berbeda cita rasa karena kebudayaan dan kebiasaan yang beda pula. Dan genre komedi itu belum tentu disukai setiap negara. Buktinya, meski kemunculannya kali pertamamya di Inggris pada abad ke-18, Stand-up Comedy justru lebih populer di Amerika Serikat. Daratan Eropa, khususnya Inggris lebih menyukai sitkom alias komedi situasi, AAtau Jerman yang memilih jenis silent comedy.
Di Indonesia, Stand-up Comedy tenggelam karena dianggap sebagai lawakan yang memaparkan analisis situasi rumit. Lawakan slapstick dan physical comedy nyatanya lebih mudah membuat penonton tertawa. Misalnya, Opera Van Java dengan ”dalang" Eko Patrio.
Terlepas dari semua itu, gebrakan dari komedian muda dengan menawarkan Stand-up Comedy patut diacungi jempol. Setidaknya, kehadirannya menjadi alternatif tontonan di antara komedi yang lain. Apalagi tujuannya tidak hanya mengajak tawa tapi juga mengolah fenomena agar masyarakat belajar kritis.
Itu misalnya bisa kita lihat dalam penampilan live Raditya Dika pada #StandUpNite di Comedy Cafe Kemang. Dengan bersemangat bak juru kampanye sebuah partai, dia berceloteh gerah melihat fenomena Boys Band yang digandrungi ABG ini.
”Gue paling nggak ngerti sama Smash. Kali pertama lihat Smash, ada tujuh orang laki-laki. Semilaki-laki. Bernyanyi 'kenapa hatiku cenat-cenut'... Jangan-jangan hepatitis. Dan yang paling gue sebelin ya baju mereka itu ada yang terbuka di dadanya. Lu mau nyanyi atau mau nyusuin?”
Nyinyir sekali, tapi penonton terpingkal. Lawakannya berlanjut. ”Di antara band-band di Indonesia gue bersyukur Andika ditangkap. Karena pas gue lihat sidangnya, dia akhirnya potong rambut. Selama ini kalau lihat Andhika rambutnya ke mana-mana kayak helm SNI. Kalau ngajak ngobrol ngetok dulu, Andhika ada?”
Kenyinyiran itu agaknya begitu jauh dari sebuah lawakan cerdas. Tapi, semoga saja para comic bisa mengendalikan diri sehingga tidak berakhir dengan menggalaukan masyarakat atau grup band yang dinyinyirinya. Kalau tidak, wah bukannya Stand-up Comedy Show malah Stand-Up Galau Show. Jadi, para comic itu tak bercanda secara asal atau asal bercanda saja. Candaan cerdas pasti lebih jos. (non)
SM/250911
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H