"Kalau sebelum itu terjadi, sangat sulit untuk mengenali apakah orang yang ada di hadapan kita ini eksibisionis. Tapi kalau sudah terjadi, bisa langsung dikenali," tambah dr. Ismed.
Dokter mitra RS Tlogorejo ini menyebutkan, ada dua hal mendasar yang melatarbelakangi munculnya eksibisionis yakni faktor bawaan dan pengaruh lingkungan.
"Faktor kejiwaan itu berasal dari naluri karena pendidikan seks yang salah dari orang tua sehingga muncul perilaku menyimpang. Sedangkan faktor lingkungan itu terjadi bila seseorang itu mendapat informasi yang salah lewat pergaulannya atau media. "
Sebenarnya pendidikan seksual dari orang tua mempunyai 4 fase penting sesuai tumbuh kembang. Fase pertama adalah pembentukan identitas jenis yakni dengan cara memberi nama, pakaian, mainan dan panggilan untuk anak. Biasanya ini terjadi pada umur 1,5 tahun.
Kedua, identitas gender. Fase perilaku yang diberlakukan anak sehingga bisa mengenali jati dirinya sebagai perempuan atau laki-laki. Bisa pemberian identitas itu terlihat dari mainan dan pakaian. Ini terjadi pada anak usia 4 tahun. Pada fase ini, orang tua harus lebih berhati-hati. Misalnya, anak laki-laki menjadi kemayu, perempuan menjadi tomboi, sadis, kepuasan dengan menyakiti orang lain. "Sepertinya, hal ini sepele tapi justru perlu diwaspadai karena mengakibatkan identitas gender anak menjadi bias. Pada fase inilah kemungkinan besar penyimpangan mulai muncul. Pada anak umur 4 tahun keatas sudah terlihat."
Ketiga adalah orientasi seksual, yakni fase dimana seorang anak mempunyai kecenderungan kepuasan untuk melakukan hubungan psikologis dengan lawan jenis. Biasanya ini terbentuk setelah remaja. Misalnya, mulai senang bergaul dengan lawan jenis.
Dan yang terakhir adalah fase ke empat yang disebut sebagai fase perilaku seksual. Ini terjadi ketika seseorang sudah tumbuh menjadi dewasa.Dimana mereka mulai merasakan jatuh cinta, keinginan membina hubungan rumah tangga.
Dalam fase-fase tersebut ketika seseorang mendapatkan informasi yang salah maka akan muncul kecenderungan atau resiko terjadinya eksibisionis.
Meskipun Eksibisionis sebenarnya termasuk penyimpangan seksual yang prosentasenya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jenis penyimpangan seksual lain. Tapi bukan berarti ini menjadi hal sepele. Karena Walau kasusnya berbeda-beda, tapi orang yang memiliki penyakit Ekshibisionis mempunyai kecenderungan sangat berbahaya.
"Eksibisionis bisa masuk kategori kriminal apabila berlanjut merusak jiwa, dan keamanan misalnya perkosaan, membuat orang ketakutan, atau bisa mengganggu orang yang melihatnya," tandasnya. (non)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H