Meskipun model ini membawa banyak manfaat, tantangannya tidak sedikit. Salah satu isu utama adalah potensi korupsi. Karena wali kota memiliki kendali besar atas proyek ekonomi, risiko penyalahgunaan kekuasaan menjadi tinggi. Selain itu, kompetisi antar wilayah terkadang menyebabkan duplikasi proyek dan pemborosan sumber daya. Ketimpangan juga menjadi isu, karena wilayah yang lebih maju cenderung menarik lebih banyak investasi sementara daerah tertinggal semakin terpuruk.
Tantangan lain adalah ketergantungan pada investasi asing. Beberapa wilayah terlalu fokus pada menarik perusahaan multinasional, yang dapat membuat mereka rentan terhadap fluktuasi ekonomi global. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang mendorong pengembangan kapasitas lokal agar ekonomi daerah tetap berkelanjutan.
Relevansi untuk Ekonomi Indonesia
Model ini memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia yang juga menghadapi tantangan pembangunan daerah. Dengan struktur pemerintahan yang desentralistik, Indonesia dapat belajar dari Tiongkok untuk memberikan lebih banyak otonomi kepada pemerintah daerah sambil memastikan akuntabilitas. Misalnya, inisiatif wali kota di beberapa daerah di Indonesia seperti Surabaya dan Makassar, menunjukkan bahwa pendekatan berbasis kepemimpinan lokal bisa efektif jika didukung oleh kebijakan nasional yang kuat.
Sebagai contoh pengembangan ekonomi kreatif di Bandung di bawah kepemimpinan Ridwan Kamil menjadi bukti bahwa strategi berbasis inovasi lokal dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal serupa terlihat di Banyuwangi yang berhasil menjadi destinasi wisata unggulan melalui strategi pembangunan daerah yang inovatif. Dengan mengintegrasikan pembelajaran dari model Tiongkok, Indonesia dapat memperkuat koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk hasil yang lebih optimal.
Dampak pada Ekonomi Dunia
Keberhasilan Ekonomi Wali Kota di Tiongkok juga memiliki dampak global. Banyak perusahaan multinasional melihat daerah-daerah ini sebagai pasar baru dan basis produksi.Selain itu, pendekatan ini memberikan model alternatif bagi negara berkembang lainnyatentang bagaimana mendorong pembangunan ekonomi secara lebih mandiri dan inovatif.
Negara-negara di Afrika misalnya telah menunjukkan minat pada pendekatan ini. Dengandukungan Tiongkok melalui inisiatif Belt and Road, banyak wilayah di Afrika mencobameniru strategi pembangunan berbasis pemerintah daerah. Hal ini menciptakan peluang barubagi investasi global sekaligus membuka pasar yang lebih luas untuk produk dan jasa.
Pandangan Baru tentang Pembangunan
Salah satu hal yang baru dipahami dari model ini adalah bagaimana pemerintah lokal dapat menjadi penggerak utama inovasi bukan hanya pelaksana kebijakan pusat. Hal ini membantah pandangan lama yang menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi selalu harus dipimpin oleh pemerintah nasional. Selain itu, peran kompetisi antar wilayah sebagai pendorong inovasi menjadi wawasan baru yang sebelumnya jarang diperhatikan.
Dalam konteks global model ini juga memperlihatkan bahwa desentralisasi tidak harus berarti melemahnya kendali pusat. Sebaliknya dengan strategi yang tepat, desentralisasi dapat menjadi alat untuk meningkatkan daya saing nasional secara keseluruhan.