Demokrasi adalah sebuah sistem politik dengan menjadikan rakyat sebagai episentrum kekuasaan. dimana kekuasaan ada ditangan rakyat.  Rakyat berhak menentukan pilihannya dengan menggunakan saluran birokrasi bernama DPR yang anggotanya dipilih melalui mekanisme "pemilu". Yang menjadi Ganjalan besar bagi saya adalah resistensi kepentingan antara "anggota dewan yang terhormat" dengan keinginan rakyat kadang-kadang tidak sama. "anggota dewan yang terhormat" dengan segala kepentingan didalamnya berusaha mewakili nurani rakyat yang polos dan jujur. Fenomena tersebut dapat terlihat dalam Kasus Century yang sekarang ini sedang hangat dibahas dalam Pansus DPR. Kasus Century berawal dari kebijakan pemerintah melakukan bailout pada bank century yang totalnya mencapai 6,7 T. hal ini menimbulkan pro dan kontra. akan tetapi dibalik pro kontra tersebut sangat kental nuansa politik didalamnya yaitu "impeachment" pada presiden. Apakah keinginan rakyat sejalan dengan keinginan tersebut....!!! Rakyat Indonesia terdiri dari berbagai macam ras, suku, agama dan adat. semua itu merupakan sebuah kebhinekaan yang kita miliki. kebhinekaan itu tentu sangat berimbas pada bentuk keinginan dari rakyat. "Sangat Naif" jika "anggota dewan yang terhormat" selalu menggunakan kata "keinginan rakyat" dalam membenarkan opini mereka. Masing-masing pihak seolah-olah merupakan pengejawantahan dari "rakyat" dan suara mereka adalah suara "rakyat". Suara rakyat yang sekarang ini menjadi pegangan "anggota dewan yang terhormat" tidak terlepas dari peran media yang memberikan ruang sebebas-bebasnya pagi semua orang untuk memberikan pendapatnya. Sehingga opini publik secara tidak langsung akan akan terbentuk dari informasi-informasi yang ada dan sedang marak berkembang di media. Opini publik yang ideal adalah opini publik yang dilahirkan dari media-media yang independen yang menyajikan informasi dari sumber-sumber yang benar dan didasarkan kepada fakta atau pendapat dari kedua belah pihak yang pro dan kontra. selain itu posisi dari media tersebut harus netral dalam memberikan informasi tanpa harus mengakomodasi kepentingan dari "owner-nya". Secara pribadi saya melihat Dalam kasus century media memang selalu berusaha independen. akan tetapi independensi tersebut terkadang menemui keadaan dilematis apabila dihadapkan kalkulasi komersial menyangkut rating dimana "ke-seksian berita" yang biasanya merupakan berita negatif merupakan komoditas yang selalu menjajikaan rating menarik. sehingga kontroversialitas dalam konotasi negatif selalu menjadi incaran dibandingkan Kontroversialitas yang bersifat positif. Akhir kata, biarlah demokrasi century ini terus berjalan, dan semoga diikuti dengan demokrasi informasi sehingga terbentuk opini publik yang berasal dari rakyat, dan bukan "rakyat jadi-jadian". sehingga keadaan kontra produktf dapat dihindarkan dan energi bangsa ini bisa dihabiskan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat bagi rakyatnya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H